Dahulu ketika aku masih SMA, di kotaku Magelang tercinta baru trennya KKR n bahasa roh. Dan aku sangat merindukan masa2 itu, di mana gereja2 gak saling berebut untuk memenuhkan gerejanya dengan jemaat gereja lain ( transmigrasi Jemaat dan Salesman Gereja ). Tetapi untuk membangun jemaat di Kota Magelang. Kisah ini aku tuliskan sebagai sebuah kesaksian.

Suatu pagi di sebuah perlintasan kereta api.

Persaingan antar operator seluler sudah sangat sengit. Akibatnya, TELKOMSEL melarang karyawannya menggunakan apa pun yang berkaitan dengan perusahaan pesaing. Untuk itu, TELKOMSEL melarang karyawannya menyanyikan lagu-lagu berikut. Alasannya, dalam syairnya terdapat kata-kata "MENTARI" (produk Indosat), "BEBAS" (Produk Excelcomindo) dan "CERIA" (milik Sampoerna). Jika ingin tetap menyanyikannya, maka mereka harus mengganti kata tersebut dengan "SIMPATI" Contoh: "Yesus segala-galanya, MENTARI hidupku" diganti Yesus segala-galanya, SIMPATI hidupku.

Hari ini bisa jadi hari terakhirku bekerja di sini. Ada haru yang menyeruak ketika aku menyadarinya. Menyadari hal yang selama ini coba kulupakan meski tak dapat. Haruku mungkin dapat tersembunyi di balik topeng sok tenang dan tak peduli.

Banyak sekali pendapat umum yg mengatakan bahwa start awal belajar parenting adalah setelah kita mempunyai anak atau setelah kita menikah.

"Akhirnya kelar juga satu tulisan!” begitu teriakku ketika hari ini dapat menyelesaikan satu tulisan. Sebelumnya aku sempat resah karena hampir lima hari berlalu, belum ada satu tulisan pun yang berhasil kuselesaikan. Ide memang banyak berseliweran di kepalaku. Tapi ketika hendak menuliskannya… macet… baru dapet satu alinea… macet lagi.

Sebuah keluarga di mata Tuhan bukanlah suatu yang main - main. Kenapa ?

Kalau kita membaca Alkitab, di dalam PL, kita akan menemukan sebuah keluarga Adam dan Hawa untuk mendahului pasal - pasal yang lain di dalam PL ( Kejadian 1 : 27 - 28 ) 

Selamat jalan papi,

Dalam usiamu yang uzur, engkau tetap punya semangat.

Bahkan engkau mau hidup sampai 100 tahun,

Tapi, Tuhan berkehendak lain, Dia memanggilmu pulang

Diusia 92 tahun, engkau masih simpan keuletan melawan derita,

Dengan tenang engkau menghadap Bapa,

Setelah meneguk sesendok air dari tanganku, engkau menghembuskan