Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Adama Sihite's blog
Imago Dei
Imago Dei (Kejadian 1 : 27)
Saya adalah orang yang tidak setuju dengan teori Darwin yang mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah hewan primata, yaitu keluarga monyet dan kera. Sebelum kita bicara tentang hal yang serius, ada sebuah banyolan tentang hal ini. Yaitu bila Darwin mengatakan nenek moyang manusia adalah monyet, apakah Darwin pernah bertanya kepada para monyet tentang apakah mereka bersedia menjadi nenek moyang kita? Jangan-jangan monyet tidak sudi menjadi nenek moyang manusia. Jadi mari kita tidak setuju dengan teori Darwin itu.
Ini seriusnya! Firman Tuhan dengan begitu jelas mengatakan bahwa Allah menciptakan kita manusia menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Ada teladan dan pencitraan Allah di dalam diri manusia. Hal ini bicara tentang nilai-nilai etis dan moral yang berada di dalam manusia yang seharusnya sesuai dengan standar Allah sendiri. Bila kita mengatakan bahwa Allah itu kasih, adil dan bertindak benar, maka seharusnya manusia yang adalah gambar dan rupa Allah (bahasa teologisnya “Imago Dei” – Imago berarti gambar, Dei berarti Allah). Selain itu, sebagai Imago Dei maka hanya manusialah satu-satunya makhluk hidup ciptaan Allah – di luar para malaikat – yang memiliki relasi atau hubungan dengan Allah secara pribadi. Inilah fitrah kita sebagai manusia.
Sabat
(Imamat 19:30)
????? shabba?th shab-bawth' demikianlah kata asli bahasa Ibrani dari kata Sabat yang sering kita dengar. Lalu apa maknanya? Apa pengertiannya? Artinya sederhananya adalah perhentian (Inggris: intermission). Seperti keterangan dalam Keluaran 20:11 dimana dikatakan setelah Tuhan Allah menciptakan langit bumi dengan segala isinya selama 6 hari, maka pada hari ke-7 Allah berhenti dan menguduskannya menjadi Sabat. Yaitu hari perhentian. Tradisi kekristenan tertentu sajalah yang sampai sekarang menggunakan Sabat sebagai satu hari untuk melakukan peribadahannya kepada Tuhan Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Kita tidak akan memperdebatkan tradisi denominasi tertentu di sini, tetapi baiklah kita mencoba mencari pengertian terhadap pelaksanaan Sabat itu sendiri.
Mendengar Nasehat
(Amsal 12:15)
Ada orang yang gampang sekali menerima nasehat atau masukan dari orang lain, tetapi ada orang yang amat susah mendengarkan nasehat atau masukan dari orang lain apalagi untuk menerimanya dan melakukannya. Tipe orang yang pertama mudah untuk menerima masukan dari orang lain saat melakukan satu pekerjaan atau apapun itu. Ia akan memperhatikan apa yang dikatakan orang lain, terutama yang lebih tua dan yang dianggapnya lebih bijak dari dirinya. Lalu masukan dan nasehat itu ia timbang-timbang di dalam hati dan pikirannya. Tentu saja di dalam proses ini, bila orang ini juga bijaksana, ia tidak langsung menerima segala masukan dan nasehat yang diterimanya. Ia timbang-timbang dan pilah-pilah lalu ambil apa yang baik dan yang memang berguna untuk dirinya. Sebaliknya ada orang yang gampang sekali menerima nasehat dan masukan, tetapi akhirnya ia bingung hendak melakukan yang mana. Ia menjadi gampang bimbang dan ragu. Terlihat ia tidak percaya diri dan menelan bulat-bulat nasehat dan masukan orang lain sementara semuanya itu belum tentuk berguna buat dirinya. Bahkan tidak jarang menjerumuskan dirinya pada situasi sulit.