Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

guru wiyata bakti

Purnomo's picture

MALAM INI AKU MERINGIS

                 11 September 2015 malam aku memandangi spreadsheet di layar monitor komputer setelah memasukkan data transfer donasi ke 5 pendeta pedesaan, 4 Guru Wiyata Bakti, dan 1 mahasiswa Teol, yang berjumlah Rp.3.205.090,- Naik bila dibandingkan Agustus yang Rp.2.754.572,- karena mulai September “Pdt EME” masuk dalam daftar penerima donasi.


Purnomo's picture

GWB 9 – DERITA CALON PENDETA (bag-2)

                 Pak Budi bercerita juga tentang pelayanannya di pelosok Jawa Timur dan Palangka Raya. Sampai dia mengakhiri kesaksiannya, aku belum bisa memutuskan apakah dia bisa dimasukkan ke dalam “Cluster Teol”. Untuk memberi tambahan waktu otakku berpikir, aku mengulur waktu dengan berkata, “Pak, saya ke mari untuk minta maaf karena sewaktu donasi untuk Bpk dihentikan mendadak saya lupa memberitahu kepada Bpk sebelumnya.”
                “Saya sebetulnya ingin bertanya kepada mbak Ningsih tetapi saya sungkan mengatakannya,” jawabnya. Ningsih adalah penyalur santunan untuk para GWB di daerah selatan Semarang sampai Ungaran.


Purnomo's picture

GWB 8 – DERITA CALON PENDETA (bag-1)

                 Dua tahun yang lalu ketika mengunjungi alamatnya, aku hanya bertemu istrinya. Suami istri ini GWB (Guru Wiyata Bakti). Rumah mereka seatap dengsn sebuah gereja karena si suami adalah pendeta. Aku harus menanyakan beberapa hal walau dia pernah selama setahun aku kirimi donasi, karena posisinya sebagai “GWB sekaligus pendeta” akan aku rubah menjadi “Pendeta sekaligus GWB”.

Purnomo's picture

GWB 7 – NEMENI sekalian NENENI

                Sore ini aku di-sms seorang guru wiyata bakti (GWB) yg bersama sekitar 25 GWB menerima santunan bulanan “Persekutuan Biji Sesawi”-nya sebuah yayasan Kristen setiap Sabtu ke-2. “Ini Samuel. Bpk yg tadi pagi cari saya di PBS? Sy terlambat datang. Ada apa?”
                Dulu aku sering bertemu dengannya karena aku ada di Departemen Musik yayasan itu, tapi sering “ngusili” Departemen Diakonia. Aku tak pernah memberinya donasi.

Purnomo's picture

GWB 6 – MENYALAKAN PELITA di GUNUNG KALONG

              Begitu pagi ini aku memutuskan unt memulai “santunan teol” aku menulis nama2 siapa saja yg akan aku hubungi. Prioritas pertama adalah seorang GWB (Guru Wiyata Bakti) yg tinggal di Kelurahan Susukan Ungaran Timur. Aku pernah mengunjungi rumahnya dalam mempersiapkan penyantunan GWB yg kemudian berlangsung dari Nopember 2013 sampai dengan Desember 2014. Setiap hari Kamis pk.19.00 - malam Jumat – dia mengadakan persekutuan oikumene di rumahnya. Yang hadir penduduk di sekeliling rumahnya sekitar 15 orang. Aku dimintanya datang membawakan Firman. Tetapi aku menolak. “Pak Subandi, orang yg tepat adalah mbak Ningsih. Bpk akan bertemu dengannya karena setiap bulan Bpk akan mengambil santunan di rumahnya.”


Purnomo's picture

GWB 5 – KEPONISASI

06-Nopember-2013 siang. Kalau dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada GWB (Guru Wiyata Bakti) untuk menguji apakah ybs layak disantuni aku dikatain kepo, aku tak akan ngeles. Aku bertanya kepada prospek Kek (kayak) Polisi, yes, karena aku memang seperti sedang melakukan interogasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan silang dalam tempo cepat agar ybs tak sempat mengarang jawaban.

Purnomo's picture

GWB 4 – Wooooooow GURUKU CANTIK SEKALI

           Facebook bisa membunuhmu, begitu judul blog yang pernah aku tulis. Dalam menyeleksi daftar GWB (Guru Wiyata Bakti) yang aku miliki, yang pertama aku lakukan adalah melacak nama-nama ini di rimba raya facebook. Ada 1 yang aku gugurkan karena walau di catatan yang disertakan dia menulis mendapat honor 100 rb sebulan dari sebuah SDN, ternyata facebook-nya bercerita lebih lengkap. Dia sudah S2 teologi, jadi dosen teologi dan sedang mencari sponsor sekian puluh juta rupiah untuk mendapatkan S3-nya. Woooow.


Purnomo's picture

GWB 3 – KOSTER Plus Plus

          17-Agustus-2014.
          Usai ibadah Minggu tadi aku mencari teman gereja yang membantu aku sebagai penyalur santunan GWB (Guru Wiyata Bakti) untuk memberikan beberapa amplop yang berisi uang dan blangko kwitansi. Kemudian dia akan mengirim sms ke para GWB untuk memberitahu kapan santunan bisa diambil di rumahnya. Tetapi temanku tidak berhasil kutemui di gereja.


Purnomo's picture

GWB 2 – Setia Mengikuti Suami

            Rabu malam 06 September 2013 aku menelepon seorang GWB (guru wiyata bakti) wanita. Aku jelaskan rencanaku. Untuk memastikan apakah seorang GWB bisa disantuni, aku harus menemuinya di rumah. "Tetapi sayangnya, walau Ibu Tias mengajar di SDN di kota Semarang, rumah Ibu di Kabupaten Demak. Jauh sekali, saya butuh waktu 1 jam bermotor ke sana. Jadi saya pikir lebih baik menelpon saja untuk meminta beberapa keterangan tambahan. Bisa, Bu?"

Purnomo's picture

GWB 1 - Perjuangan Seorang Perempuan

                    Informasi yang aku catat guru wiyata bakti di kota Semarang sampai Ungaran mendapat honor sebesar 150 ribu sampai 250 ribu saja. Karena itu mereka harus mengajar paling tidak di 2 sekolah agar bisa mendapatkan lebih banyak. Mereka bisa bertahan dalam kekurangan ini karena berpengharapan suatu ketika nanti bisa diangkat jadi PNS yang honornya paling tidak 1,2 juta apabila mereka S1.