Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Di Antara Kebenaran dan Kekuatan
Hari ini saya menghabiskan waktu lebih dari 2 jam di ruang pengadilan. Mendengarkan saksi-saksi, mulai dari saksi mata sampai saksi ahli. Dan saya salah seorang di antara mereka. Meskipun di dalam ruang pengadilan tidak diperbolehkan untuk menggunakan handphone, tapi diam-diam saya bermain game di handphone saya.
Hari ini saya berpikir, apa gunanya seseorang dibuktikan bersalah atau tidak bersalah? Bukan karena tidak penting buat saya, tapi justru sangat penting.
Apa yang saya lihat selama ini, sebenarnya bukan kebenaran yang dicari orang, namun kekuatan.
Kekuatan? Iya, kekuatan.
Seperti agama-agama lainnya, agama kristen dianggap sesat pada jaman Yesus dan gereja mula-mula, karena mereka masih kecil. Belum kuat. Belum jadi mayoritas.
Ketika kekristenan menjadi mayoritas, golongan-golongan di dalam kekristenan pun mesti disingkirkan satu persatu. Yang tidak sepakat dengan mainstream akan dibawa ke ruang pengadilan negeri, dan kalau terbukti sesat akan dipenjara bahkan dihukum dan disiksa.
Pernah dengar "The Judas Craddle"? Saya pernah melihatnya. Bangku berbentuk piramid yang digunakan untuk menyiksa orang non-kristen di masa Inquisisi Spanyol. Orang yang akan disiksa pelan-pelan diturunkan dari atas menggunakan tali, supaya lubang anus atau vaginanya bisa tertusuk dengan ujung piramid:
sumber: Wikipedia
Ada lagi topeng yang digunakan untuk menyiksa orang yang dilabel sesat. Topeng ini terkenal dengan nama "Boia" tapi beberapa orang menyebutnya "The Holy Trinity".
Topeng berbahan metal ini digunakan dengan cara dipakaikan kepada kepala si penyesat atau si terhukum, lalu dipanaskan sampai lapisan metal topeng tersebut bisa melekat dengan kulit muka atau kepala si terhukum:
sumber: Torture Museum
Walaupun tidak menimbulkan kematian atau siksaan di alat kelamin, namun topeng ini cukup menyiksa karena bisa menarik bola mata sampai keluar dari kepala si "penyesat". Ketika sudah dirasakan cukup, si "penyesat" bisa dilepaskan dan dibiarkan pulang ke rumah atau sengaja dilihat publik, supaya orang-orang dan keluarganya bisa belajar itulah akibatnya jika orang berani menyesatkan orang lain atau berani berkata berbeda dengan pihak yang berkuasa saat itu, yakni gereja.
Masih teringat di benak saya bagaimana Yakub bergulat dengan seseorang sampai fajar menyingsing. Kenapa dia bergulat? Tidak ada hal lain yang muncul di benak saya setiap membaca cerita itu selain tentang kekuatan.
Dulu saya juga teringat masa-masa kecil, di mana berkelahi dengan teman atau musuh bisa hampir setiap minggu. Tidak jarang kalimat "kalo berantem jangan sama yang kecil dong!" terucap oleh saya ataupun teman-teman sebaya setiap kali datang pihak musuh yang sengaja membawa kakak kelas atau bahkan membawa koko, kakak, abang, saudara, bahkan ayah mereka yang tentunya ukuran badannya lebih besar daripada ukuran badan kami saat itu. Tentu saja kami kabur. Bukan karena takut, tapi karena kami pintar. Kami tahu tidak akan menang melawan mereka. Jadi teringat cerita seorang teman yang dendam dengan gurunya karena pernah dihukum. Begitu dia mendatangi gurunya, dia tidak sadar bahwa badannya sudah bertambah besar setelah bertahun-tahun terlewati, sementara gurunya malah semakin ringkih.
Begitu juga dengan berbagai cerita dan hal-hal yang saya lihat. Seringkali dalam suatu debat tidak seimbang. Ada sekumpulan mahasiswa mencoba berdebat dengan profesor dengan latar belakang yang sama. Hasilnya bisa ditebak, profesor tersebut menang mudah karena sang para mahasiswa yang merasa hebat ternyata ilmunya masih masuk dalam kategori MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) atau prerequisites. Mirip seperti petinju kelas bulu yang mencoba menantang petinju kelas berat. Siapa yang akan menang, pertarungan antara Elyas Pical dan Mike Tyson? (Mungkin anda sudah gatal ingin memberikan komentar mengenai pertarungan Daud dan Goliat. Daud ternyata bisa menang. Iya, makanya dicatat dalam sejarah. Karena pertandingan tersebut di luar akal manusia, dan jarang terjadi. Kalaupun memang mau hitung-hitungan kedua pihak, sebenarnya Daud adalah pihak yang kuat karena Allah membuat batu tersebut tidak meleset.)
Tidak sedikit kasus di mana seseorang dinyatakan bersalah, tapi setelah [berpuluh] tahun kemudian, bahkan beberapa kasus di antaranya, terbukti bahwa orang tersebut ternyata tidak bersalah. Jadi dengan dasar apa bahwa di awal kejadian, orang tersebut bisa dinyatakan bersalah? Tidak lain tidak bukan, karena kekuatan yang ada saat itu yang membuat si orang tak bersalah bisa menjadi terhukum. Kenapa bertahun-tahun kemudian, yang bersalah malah dinyatakan tidak bersalah? Karena yang dulu kuat sekarang tidak lagi kuat.
Begitu juga dengan film G 30 S PKI, misalnya. Film tersebut bertahun-tahun diputar, dengan tujuan memperlihatkan bahwa cerita yang terjadi adalah seperti itu. Ketika si penguasa tidak lagi berkuasa, film tersebut tidak lagi wajib diputar. Bahkan banyak versi cerita beredar di luar yang isinya tidak sama dengan isi cerita di film tersebut. Kebenaran yang dipegang oleh banyak orang selama puluhan tahun lebih, ternyata menguap begitu saja ketika yang kuat menjadi lemah. Dari banyaknya contoh seperti film G 30 S PKI tersebut, saya malah sering menggaruk kepala, apakah banyak hal yang selama ini saya terima dengan percuma (istilah kerennya: take it for granted) sebagai kebenaran, jangan-jangan itu bukan kebenaran? Apakah itu semua adalah kebenaran, ataukah dianggap sebagai kebenaran karena adanya kekuatan-kekuatan yang berada dibalik mereka? Kalau saya saja bisa tertipu oleh si penguasa dengan menonton film itu setiap tahun sekali, apakah saya juga tertipu dengan banyak hal lainnya hanya karena saya lemah dan 'mereka' kuat?
Tidak heran banyak orang berkata "history is written by the winner". Sejarah apa saja. Baik itu di dalam bidang politik, budaya, militer, olahraga, pendidikan, bahkan juga agama. Itulah yang sekarang menyebabkan saya sangat berhati-hati dalam hal kesesatan. Dahulu kala, kata "sesat" hanya merupakan kata yang dipakai untuk menunjukkan bahwa perjalanan yang dilakukan seseorang melenceng dari arah yang sebenarnya. Sekarang kata tersebut sudah lebih kompleks dan berlipat makna dan motif yang terkandung di dalamnya.
Alih-alih mau berkata kebenaran, saya pikir itu tidak akan gunanya jika saya tidak kuat. Saya tentu akan kalah berdebat dengan profesor di bidang quantum physic, karena saya tidak kuat di bidang itu. Sementara menghadapi seorang remaja yang baru lulus kuliah, umumnya saya bisa menjawab pertanyaan dan debat mereka dengan mudah, karena saya lulus kuliah bertahun-tahun yang lalu dengan nilai yang tidak mengecewakan.
Saatnya untuk saya kembali melakukan push-up, sit-up, angkat beban dan lari marathon dengan teratur, supaya saya kuat. Tentunya tidak lupa makan yang banyak.
Cheers! :)
- PlainBread's blog
- Login to post comments
- 6009 reads
@PB dari sekian kalimat...
Saatnya untuk saya kembali melakukan push-up, sit-up, angkat beban dan lari marathon dengan teratur, supaya saya kuat. Tentunya tidak lupa makan yang banyak.
Sepertinya anda sedang bersiap-siap untuk mengadu jurus nich?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@Sandman Menyembah Dewa Internet
Jurus apaan? Saya cuma kelebihan berat badan, selama ini sering menyembah dewa Internet, akhirnya jadi malas. Olahraga yang rutin saya lakukan jadi jarang. Makanya mau olahraga, yang sudah saya lakukan lagi beberapa waktu belakangan ini.
The only difference between a sarcasm and a satire is the first one is usually done with anger while the later one is done with a smile - PlainBread
"history is written by the winner"
Statement di atas membuat merinding. Tetapi memang begitulah kenyataannya sejak manusia bisa menggambar bunyi. Setiap buku sejarah pasti ditulis oleh penguasa pada waktu itu.
Blog yang bagus, blog kelas Koran Kompas.
Salam.
@Purnomo Kelas Koran Kompas?
Terima kasih buat pujiannya.
Tapi maaf seribu maaf, buat saya "kelas koran kompas" terasa seperti hinaan. Koran Kompas sering saya pake buat ngelap kotoran anjing saya.
The only difference between a sarcasm and a satire is the first one is usually done with anger while the later one is done with a smile - PlainBread
@PB, kebenaran atau Pembenaran
Kebenaran yang didapat dengan kekuatan cenderung kearah pembenaran,
kekuatan yang sejati adalah kasih sayang dan cinta kasih yang tanpa pamrih,
kekuatan yang inilah disebut dengan kebenaran sejati. itulah yang saya pahami dari teladan Tuhan Yesus.
dikala kekuatan digunakan tanpa disadari oleh yang menggunakannya,
sedikit banyaknya pasti ada Kebencian dan Keserakahan ,
untuk mengetahui apakah Kebencian dan Keserakahan tersebut ada atau tidak, banyak atau sedikit, kasar atau halus,
semua itu perlu Kesadaran Murni, dengan Kesadaran Murni yang telah dimiliki
barulah dapat menyadari apakah timbul niat2 yang negatif tersebut dalam diri sendiri,
itupun tergantung seberapa besar/kuat Kesadaran Murni yang dimiliki oleh orang tersebut.
ketika seseorang berdebat tidak bisa menerima argumentasi dari lawan debatnya,
disaat itulah perlu disadari didalam perasaannya "apakah timbul Kebencian" pada dirinya (marah, hujat, cemooh dll)
ketika seseorang berdebat menganggap argumentasinya dapat diterima oleh lawan debatnya,
disaat itulah perlu disadari didalam perasaannya "apakah timbul keserakahan" pada dirinya (sombong, takabur, dll)
oleh karena itulah perlunya kesabaran, rendah hati dan keseimbangan,
agar kita tidak terjebak untuk mencari pembenaran melainkan mencari Kebenaran yang sejati.
salam damai dalam Tuhan Yesus
Sesat?
Betapa mudahnya kita sekarang ini memberi label "sesat" pada pemikiran yang tidak sesuai dengan sistem keyakinan kita. Padahal kalau menilik sejarah, pemberian label "sesat" ini berakibat yang serius yaitu penyiksaan berat atau bahkan mengarah pada hukuman mati.
Pertanyaannya, apakah orang yang memberi label sesat itu punya hak untuk melakukannya? Apakah dia sudah benar-benar memahami dogma/ajaran secara sempurna, tanpa kesalahan sedikit pun? Apakah pemberian cap sesat itu dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan sesama?
Sungguh menarik ucapan James G. March perihal sesat: "... we sometimes find that such heresies have been the foundation for bold and necessary change, but heresy is usually just new ideas that are foolish or dangerous and appropriately rejected or ignored. So while it may be true that great geniuses are usually heretics, heretics are rarely great geniuses."
------------
Communicating good news in good ways