Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PKI

PlainBread's picture

Di Antara Kebenaran dan Kekuatan

Hari ini saya menghabiskan waktu lebih dari 2 jam di ruang pengadilan. Mendengarkan saksi-saksi, mulai dari saksi mata sampai saksi ahli. Dan saya salah seorang di antara mereka. Meskipun di dalam ruang pengadilan tidak diperbolehkan untuk menggunakan handphone, tapi diam-diam saya bermain game di handphone saya.

y-control's picture

Dalih Pembunuhan Massal

Di hari yang diperingati sebagai hari lahir Pancasila, tidak ada salahnya mengapresiasi sebuah buku tentang kejadian yang oleh pemerintahan Orde Baru dijadikan bahan untuk membangun mitos Kesaktian Pancasila.
 
Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah gerakan yang dilakukan anggota TNI berhaluan kiri dan yang pro Sukarno dengan didukung beberapa petinggi PKI (termasuk D.N. Aidit) dan diketuai antara lain oleh Sjam alias Kamaruzaman (ketua Biro Chusus, badan rahasia PKI untuk menyusup di militer) yang berencana menculik para perwira petinggi Angkatan Darat berhaluan kanan yang pro Amerika, menghadapkan mereka pada Sukarno agar presiden memecat mereka. Definisi di atas jelas belum lengkap. Masih cukup banyak hal yang dikemukakan oleh buku ini sehubungan dengan kejadian yang sebenarnya kecil, tapi membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini. Buku yang versi Indonesianya diterbitkan pada 2008 dan dikabarkan sedang diteliti oleh Kejaksaan Agung tentang perlu tidaknya dilarang ini memang hanya satu dari banyak buku lain yang membahas tentang gerakan yang oleh Sukarno disebut sebagai Gestok (Gerakan 1 Oktober), oleh pemerintahan Suharto disebut Gestapu (Gerakan September Tigapuluh, plesetan dari Gestapo yaitu nama pasukan Nazi) dan oleh buku pelajaran disebut G 30 S/PKI. 
 
anakpatirsa's picture

Layar Tancap

"Saksikanlah pemutaran film Yesus, malam ini, bertempat di tengah pasar...." itulah kira-kira bunyi pengumuman melalui pengeras suara di atas perahu motor tempel yang tengah menyusuri sungai kampung kami. Penyampaian pengumuman dengan perahu memang jauh lebih tepat daripada berteriak sepanjang jalanan kampung, soalnya penduduk yang sedang meladang di seberang sungai pasti bisa ikut mendengarnya. Apalagi kesempatan berteriak saat semua orang berkumpul di rumah hanya ada pada malam hari, namun tidak akan ada yang berani melakukannya. Itu sama saja artinya berharap mendapat sedikit benjolan di kepala.