Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

"Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun" - Bab. 1 (Up-Date)

Julius Tarigan's picture

Tahun lalu (2008) saya telah menulis dan menerbitkan sendiri (self-publishing) sebuah buku, yang saya beri judul: "Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun". Dan, sub judul: "Menuju Reformasi Gereja yang Sebenarnya". Terbitan yang pertama itu terbatas, baik dalam jumlah (hanya 1000 eks.) maupun dalam peredarannya (hanya di kota Medan dan sekitarnya saja). Supaya penyebarannya bisa lebih meluas, sekarang ini saya sedang mencari penerbit yang cocok untuk menerbitkan edisi yang keduanya, yang sudah saya siapkan. (Ternyata, tidak mudah juga untuk menemukan penerbit Kristiani yang ber-visi luas sekarang ini!).

Dan, untuk perkenalan secara on-line-nya, saya akan memuat beberapa bab awalnya di sini (secara ber-seri). Selamat membaca dan menerima kegairahan untuk mereformasi gereja-gereja yang ada sekarang ini. Salam REFORMASI!

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Bab Satu Perlunya Gereja

Bab Satu


Perlunya Gereja Sekarang Ini Direformasi

BUKU INI BERBICARA MENGENAI GEREJA. Sebagai seorang Kristen (lebih lagi, sebagai seorang pendeta!) betapa saya ingin untuk bisa mengatakan, dengan bangga, bahwa selama ini saya sangat menyukai gereja. Tetapi, sangat disayangkan (dan sungguh merupakan kenyataan yang sangat menyedihkan!), saya tidak bisa mengatakannya begitu. Mengapa? Sebab, saya memang tidak merasa begitu (dan saya tidak mau menjadi seorang yang hipokrit!). Jadi, ya, begitulah... saya tidak menyukai gereja!


Apakah Anda Menyukai Gereja?
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda menyukai gereja? Mungkin Anda tidak mau langsung menjawab pertanyaan itu dan, dengan bijak (atau, terlalu berhati-hati?), balik bertanya begini: Gereja dalam arti apa atau yang mana yang dimaksudkan dalam pertanyaan itu tadi?



Baiklah, yang saya maksudkan dengan gereja di atas itu adalah gereja yang riil, yaitu gereja sebagaimana yang pada umumnya kita katakan tentangnya: “Gereja kami”, “gereja Anda”, “gereja yang digembalakan oleh pendeta Andreas”, dsb. Atau, dengan kata lain, di mana atau dalam kelompok atau komunitas Kristen yang mana saat ini Anda tergabung atau menjadi anggotanya – itulah (salah satu contohnya) gereja yang saya maksudkan di sini. Sudah jelas, kan?

Nah, sekarang kembali lagi, pertanyaannya masih mengejar Anda: Apakah Anda menyukai gereja?

Saya memang mendesak agar orang-orang mau mengungkapkan jawabannya sendiri dengan jujur terhadap pertanyaan itu. Mengapa saya sepertinya sangat “ngotot” menginginkan supaya orang-orang mengungkapkan jawaban (melalui kata-kata mereka sendiri) terhadap pertanyaan itu? Sebab, saya percaya bahwa kebanyakan orang Kristen (terlebih lagi, mereka yang terbiasa berpikiran kritis), jika saja mereka didesak atau diharuskan untuk memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan itu, niscaya mereka (sedikitnya, pada akhirnya) akan menjawab seperti jawaban saya yang di atas itu juga.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Gereja Sekarang Sudah Tidak

Gereja Sekarang Sudah Tidak Seperti yang Dulu Lagi!

 

 

Mengapakah hal itu bisa menjadi demikian (yaitu, seperti yang telah dikemukakan di atas tadi)?

Penyebabnya adalah karena pada umumnya gereja(-gereja) sekarang ini sudah tidak lagi mencerminkan Gereja yang sesungguhnya. Kondisi gereja-gereja sekarang ini jauh berbeda (menurun) dari gereja yang mula-mula, ketika gereja pada masa itu masih murni dan sehat. Sehingga, bukan saja para anggota-anggotanya sangat menyukai gereja mereka pada masa itu, bahkan dikatakan tentang mereka sebagai gereja bahwa “mereka disukai oleh semua orang” (Kis 2:47).

Ya, dengan sangat bangga Alkitab mencatat bahwa gereja yang mula-mula itu "disukai oleh semua orang". Apakah yang menjadi penyebab bagi hal itu? Hal itu bisa terjadi, tentunya, tidak terlepas dari hal yang telah disebutkan di atas tadi tentang mereka, yaitu karena mereka sendiri (para anggota-anggota gereja itu) menyukai gereja mereka. Sebab, tidak mungkin orang lain akan menyukai mereka (sebagai gereja), kalau (sebelumnya) mereka itu tidak menyukai diri mereka sendiri (sebagai gereja). Tentunya begitu, bukan?

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Antusiasme yang

Antusiasme yang Bengkok

 Bukannya saya mau menutup mata terhadap trend atau fenomena yang sedang terjadi di dalam dunia kekristenan pada akhir-akhir ini, yaitu terjadinya  peningkatan minat (antusiasme) yang sangat besar pada banyak orang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan gerejani. Tetapi, apa yang kelihatan (dari luar) sebagai peningkatan minat terhadap gereja atau kegiatan-kegiatan gerejani itu, jika ditelusuri (ke dalamnya) maka akan nyatalah bahwa hal itu sesungguhnya bukanlah demikian.  Saya mengatakan hal itu sebagai seorang yang sudah cukup lama terjun langsung ke dalam kegiatan-kegiatan pelayanan gerejani, seperti yang nanti akan saya ceritakan di dalam buku ini. Apa yang sebenarnya terjadi, bisa kita peroleh gambarannya dari dua hal yang saling berhubungan, yang akan disebutkan berikut ini.

    Pertama, jenis pesan yang disampaikan di sana. Pesan-pesan yang disampaikan oleh para juru bicara (para pendeta, penginjil, dll.) di lingkungan gereja-gereja itu pada umumnya bukanlah pesan-pesan yang penting (pokok/utama) dalam kekristenan. Pesan-pesan yang mereka sampaikan itu pada dasarnya adalah pesan-pesan umum (jadi, tidak khas Kristen), yaitu pesan-pesan untuk memotivasi orang agar tetap berpengharapan dan bersemangat dalam segala situasi dan kondisi yang  mereka hadapi/alami di dalam hidup ini.

       Tentunya bukanlah sesuatu yang salah atau sama sekali tidak berguna untuk menyampaikan pesan-pesan umum kepada jemaat. Orang-orang Kristen masih juga memiliki atau wajib juga menjalani kehidupan umum,[1] seperti yang dijalani oleh semua manusia yang lainnya. Hanya saja, yang patut disayangkan di sini adalah pencampuradukan yang mereka lakukan antara pesan-pesan Kristen (yang khusus) dengan pesan-pesan umum (yang berlaku untuk semua manusia, baik Kristen maupun yang non-Kristen). Sehingga, apa yang kemudian terjadi adalah pesan-pesan Kristen (atau pokok-pokok kekristenan seperti: iman, kasih karunia, keselamatan, penebusan, dll.) itu hanyalah digunakan sebagai alat (baca: kamuflase) untuk menyampaikan hal-hal yang sebenarnya merupakan sasaran-sasaran dari pesan-pesan umum di atas itu tadi. Hal-hal itu misalnya: optimisme, berpikir positif, sikap percaya (bahwa segala sesuatu itu mungkin, tidak ada yang mustahil), keuletan,  imajinasi kreatif, hipnotis atau sugesti diri, dsb.

       (Perlu saya tambahkan di sini bahwa kebanyakan dari mereka itu sebenarnya tidaklah menyadari atau tidak dengan sengaja memaksudkan atau melakukan hal yang seperti itu. Banyak dari mereka itu melakukannya hanyalah karena pemahaman yang masih sangat kurang (minim) mengenai pesan Kristen yang sesungguhnya dan perbedaannya dengan pesan-pesan yang lainnya. Sehingga, akhirnya mereka hanya “mem-beo-kan” saja pesan-pesan yang disampaikan oleh “tokoh-tokoh” tertentu, yang oleh banyak orang sekarang ini diagung-agungkan sebagai: Pendeta/gembala dengan jumlah jemaat yang [ter] besar, Penginjil yang disertai dengan tanda-tanda dan mujizat, Pengajar Alkitab yang penuh kuasa, dsb).

           

       Kedua, kondisi dari orang-orang yang datang ke sana. Pada umumnya, orang-orang yang datang ke sana adalah orang-orang yang mengalami gangguan atau guncangan atau ketidak-harmonisan di dalam tubuh, emosi, kepribadian, hubungan-hubungan dan/atau aspek-aspek kehidupan yang lainnya. Kita tahu, bahwa orang yang sedang sakit, hanyalah akan memikirkan dan mementingkan (rasa atau keadaan) sakitnya itu saja, yaitu: bagaimana supaya sakitnya itu bisa segera diatasi (sembuh) atau,  setidaknya, bisa berkurang. Hal-hal yang lainnya (seberapa penting, mulia dan menariknya pun itu menurut kita) bagi mereka semuanya itu sama sekali tidak berharga – karena itu, mereka sama sekali tidak akan tertarik dengannya.

       Selain dari itu, mereka juga sudah sangat “direpotkan” atau telah dibuat menjadi “terlalu sibuk” oleh penyakit atau kesakitan yang dideritanya itu. Karena itu, mereka sudah tidak “sempat” untuk memikirkan hal-hal yang lainnya lagi.  “Kesampingkanlah dulu semua yang lainnya itu! Tolonglah, adakah sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk bisa mengatasi sakit yang saya derita ini? Atau, setidaknya, yang bisa mengurangi sedikit saja dari penderitaan ini?” Begitulah yang akan mereka katakan atau yang menjadi sikap batin mereka pada saat sekarang ini.

       Karena itu, kalau orang-orang yang seperti itu datang ke gereja, mereka sesungguhnya tidak datang ke sana karena tertarik kepada gereja atau mau mendengarkan berita atau pesan Kristen yang sebenarnya. Apa yang mereka inginkan (dan tertarik padanya) hanyalah satu hal ini saja: mendapatkan kesembuhan atau, setidaknya, pengurangan dari (rasa) sakit yang sedang mereka derita itu.[2]

       Kalau kita menggabungkan kedua hal yang sudah disebutkan di atas itu, maka dari sana kita bisa menarik kesimpulan yang seperti ini: Kedatangan mereka ke sana bukanlah karena mereka tertarik kepada gereja atau berita/pesan Kristen, melainkan karena pesan-pesan yang bersifat membangun dan membangkitkan motivasi itu -- yang disampaikan di dalam gereja-gereja itu -- adalah sangat cocok dengan situasi dan kondisi mereka pada saat ini.

       Apa lagi, khususnya jika gereja tersebut adalah gereja (beraliran) Pentakosta-Kharismatik, biasanya pesan-pesan itu disertai dengan iming-iming akan menerima “berkat Tuhan” atau “mujizat dari Tuhan”. Dan, sangat sering di-klaim bahwa “mujizat-mujizat sungguh terjadi” di sana. Sekalipun, sebenarnya, jika sungguh-sungguh diperiksa, yang terjadi hanyalah sejenis sugesti massa atau penerapan – secara disadari atau tidak teknik-teknik psikologis yang lainnya. Yang memang, jika dilakukan dengan tepat, akan dapat menghasilkan hal-hal yang menakjubkan atau kejadian yang luar biasa, yang sering disangka atau di-klaim, secara keliru, sebagai mujizat atau telah terjadinya campur tangan kuasa Allah yang supranatural.

       (Saya menyadari bahwa ini adalah sebuah pernyataan yang “keras” bagi sebagian orang, khususnya bagi mereka yang berasal atau yang merupakan simpatisan dari gereja-gereja Pentakosta-Kharismatik. Perlu Anda ketahui bahwa, sebagaimana yang nantinya akan saya singgung juga di dalam buku ini, saya sendiri sebenarnya berasal dari kalangan Kharismatik. Saya juga sudah melayani dilingkungan Kharismatik selama tidak kurang dari 20 tahun. Dan, saya pun sudah juga ditahbiskan sebagai pendeta [Pdt] dalam wadah organisasi gereja Kharismatik yang terbesar di Indonesia sekarang ini, yaitu GBI [Gereja Bethel Indonesia]. Tetapi, rupanya saya terbeban untuk Gereja secara keseluruhan. Karena itulah, saya menulis buku ini. Dan, selanjutnya akan di susul lagi dengan sebuah buku yang berikutnya, yang secara khusus akan membicarakan mengenai topik sekitar mujizat, sebagaimana yang juga nanti akan saya singgung di dalam buku ini).

       Jadi, antara pesan yang disampaikan di sana dan (kondisi) orang-orang yang datang ke sana memang nyambung. Karena itu, tidak heran kalau kita menyaksikan sekarang ini di gereja-gereja tertentu, khususnya yang mengikuti (dan pintar memanfaatkan) trend ini, tingkat partisipasi “jemaat” di dalam setiap acara yang mereka lakukan, pada umumnya, sangat tinggi. Tetapi, seperti yang sudah kita lihat di atas, hal ini tidaklah dapat dikatakan sebagai timbulnya minat yang besar terhadap gereja pada masa sekarang ini. Sebab, minat yang timbul di dalam diri orang banyak itu sekarang ini bukanlah minat yang murni untuk atau terhadap gereja itu sendiri. Minat mereka sebenarnya dibangkitkan oleh dan ditujukan kepada pesan-pesan motivasi dan iming-iming yang diberikan di dalam gereja-gereja tertentu yang mereka datangi itu. Dengan kata lain, minat orang-orang itu sebenarnya bengkok, atau sudah dibengkokkan.



[1]Kehidupan Kristen bisa dibagi dalam dua bidang: umum dan khusus. Kehidupan umum adalah yang menyangkut relasi dengan diri sendiri dan sesama. Sedangkan yang khusus adalah yang menyangkut relasi kita dengan Tuhan. Untuk yang umum kita tidak ada perbedaannya (keistimewaannya) dengan semua manusia yang lainnya; sedangkan untuk yang khusus kita sama sekali tidak ada persamaannya dengan manusia lainnya, di luar orang Kristen.

[2] Karena itu, tidak heran jika  banyak juga gereja/persekutuan (yang sebenarnya berasal dari latar belakang non-Pentakosta-Kharismatik) yang sekarang ini mengikuti sebuah trend baru, yaitu dengan menambahkan sebuah “menu acara wajib” di dalam hampir setiap acara ibadahnya, yaitu: berdoa untuk kesembuhan bagi orang-orang yang sakit.

 

 

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Adakah Lagi Harapan Bagi

Adakah Lagi Harapan Bagi Gereja?

 

Wahai, betapa celakanya keadaan kita sekarang ini! Kita semua sebenarnya tidak menyukai gereja. Sebagian dari kita, seperti saya sendiri, tidak menyukai gereja karena kondisinya yang sekarang ini. Dan, sebagian yang lainnya, harus dikatakan bahwa mereka juga sebenarnya tidak menyukai gereja. Sebab, sekalipun mereka itu kelihatannya seperti sangat menyukai gereja (karena mereka sangat rajin dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan gerejani), tetapi sebenarnya yang mereka sukai itu hanyalah “dagangan” orang-orang tertentu yang “digelar” di dalam gereja, bukan gereja itu sendiri.

       Sampai kapankah hal ini akan terus terjadi? Terus terang, saya tidak rela membiarkan keadaan ini untuk berlanjut terus seperti yang terjadi sekarang ini. Dan, saya pun sudah tidak bisa bersabar lagi untuk hanya menunggu dan berharap (dengan pasif saja) bahwa – entah bagaimana – “segalanya akan menjadi baik kembali. Karena itulah, saya pun menulis buku ini.

       Dengan buku ini – yang melaluinya saya meluapkan hasrat dan mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang terpendam selama ini -- saya ingin memulai suatu gerakan perubahan ke arah perbaikan gereja, dari keadaannya yang sekarang ini menuju kepada keadaannya yang semestinya. Hal itu akan membutuhkan tidak kurang dari suatu reformasi.

       Ya, reformasi. Itulah sesungguhnya yang kita butuhkan sekarang ini. Tetapi, reformasi yang seperti apa? Mengingat sudah ada beberapa gerakan yang disebut atau dikenal sebagai gerakan reformasi juga selama ini. Karena alasan yang akan saya ungkapkan nanti, saya menyebut kegerakan ini sebagai: Reformasi Gereja yang Sebenarnya.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Imbauan untuk me-Reformasi

Imbauan untuk me-Reformasi Gereja

 

 

Saya sendiri saja, tentunya tidak akan bisa sampai menghasilkan perubahan secara menyeluruh kepada semua gereja-gereja di seluruh dunia, yang sangat luas ini. Karena itu, saya sangat mengimbau bagi siapa saja(khususnya lagi, bagi mereka yang telah dianugerahi daya nalar yang baik dan mendapatkan pendidikan yang memadai), yang juga telah merasakan kebutuhan yang sama, yaitu untuk mereformasi gereja, untuk turut terlibat di dalam Gerakan Reformasi Gereja yang Sebenarnya ini.

       Sengaja, saya tidak mengatakannya sebagai, misalnya: Reformasi gereja yang kedua. Sebab, kalau saya mengatakannya begitu, hal itu sama saja dengan meng-eliminir teman-teman dari kalangan gereja Katolik Roma dari barisan laskar pejuang, untuk perjuangan yang suci bagi Gereja Yesus Kristus yang sejati di dunia sekarang ini. Sedangkan, saya sama sekali tidak bermaksud begitu.

       Selain itu, tentulah masih ada lagi alasan yang menyebabkan saya menyebutnya sebagai Reformasi Gereja yang Sebenarnya (bukan ‘reformasi gereja yang kedua’). Tetapi, yang ini tidak usahlah saya yang menyebutkannya di sini. Biarlah Anda, sebagai pembaca, yang nanti akan menyimpulkannya sendiri, dari semua uraian dan pembahasan yang tertuang di dalam buku ini.

       Untuk selanjutnya biarlah saya ceritakan – secara ringkas saja— kepada Anda bagaimana saya bisa sampai menggumuli mengenai hal ini atau, lebih spesifiknya, apakah sesungguhnya yang menginspirasi (mengilhami) saya sehingga akhirnya saya menulis mengenai hal-hal yang tertuang di dalam buku ini.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

gsm's picture

@Julius Tarigan: sepakat bro

Dear Julius,

Penyebabnya adalah karena pada umumnya gereja(-gereja) sekarang ini sudah tidak lagi mencerminkan Gereja yang sesungguhnya. Kondisi gereja-gereja sekarang ini jauh berbeda (menurun) dari gereja yang mula-mula, ketika gereja pada masa itu masih murni dan sehat. Sehingga, bukan saja para anggota-anggotanya sangat menyukai gereja mereka pada masa itu, bahkan dikatakan tentang mereka sebagai gereja bahwa “mereka disukai oleh semua orang” (Kis 2:47).

Bro...saya sependapat dengan Anda, karena memang gereja sekarang sudah kehilangan identitas yang aslinya. Gereja berubah menjadi tembok dan papan nama saja. Yang lebih sering berfungsi sebagai perusahaan manusia daripada menjadi persekutuan yang saling menguatkan dan saling menolong untuk bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus!

Saya sepakat bro...gereja haru berubah!


Carilah domba yang hilang, sampai dapat! (Lukas 15:4)

__________________

Carilah domba yang hilang, sampai dapat! (Lukas 15:4)

Julius Tarigan's picture

@gsm: Thanks, bro!

Thanks ya, bro gsm!

Semoga semakin banyaklah orang-orang yang melihat dan menyadari betapa gereja-gereja sekarang ini memang sudah saatnya untuk direformasi!

Salam REFORMASI, bro gsm!

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

smile's picture

Julius :Mau tidak mau :???

 Suka atau tidak...

benci atau rindu

diam atau teriak

marah atau menangis

gembira atau sedih

ITULAH WAJAH GEREJA SAAT INI.....

saya kadang kadang suka berhayal...semoga SS semakin banyak penulis handal yang diurapi Tuhan,...yang bacaannya dibaca oleh semua pendeta dan semua umat,..sehingga semuanya bisa saling memperbaiki diri,..dan menjadi umat pilihan Tuhan yang sejati,...pandai dalam pengetahuan alkitab,...giat dalam melakukan kegiatan kemanusiaan, hebat dalam praktek hidup sehari hari...dan menjadi besar dan semakin besar,...

Tapi,..itukan hanya khayalan,.................seandainya.....

 

Best Regards,

 

smile

 

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

Julius Tarigan's picture

@Smile: Bukan cuma wajahnya!

Dear Smile,

Seandainya cuma wajahnya (gereja) yang buruk/jelek, itu pun tidak patut untuk dibiarkan saja. Kita harus melakukan apapun yang diperlukan untuk memperbaiki wajahnya itu, sampai menjadi baik dan enak untuk dilihat. Sebab, wajah itu adalah hal yang pertama yang akan dilihat oleh orang2.

Apa yang dialami oleh gereja2 sekarang ini adalah gereja2 sedang mengidap penyakit yang sangat berbahaya dan sudah dalam stadium yang sangat parah.

Apakah kalau di masa lampau, Martin Luther dan kawan2 hanya berdiam diri saja,  gereja akan menjadi baik dengan sendirinya? Smile pasti setuju bahwa gereja tidak akan menjadi lebih baih dengan sendirinya. Begitu jugalah dengan keadaan buruk dari gereja2 sekarang ini tidak akan menajadi baik dengan sendirinya saja. Gereja2 sekarang ini harus direformasi!

Smile bersedia untuk terlibat dalam gerakan reformasi gereja sekarang ini? Salam REFORMASI!

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

Terilhami dari Peristiwa

Terilhami dari Peristiwa ketika Yesus

Menyucikan Bait Allah

 

Sebagaimana yang bisa terlihat dari sub judul buku ini (dan juga yang diungkapkan oleh judul dari bab pendahuluan ini), tema utama dari semua yang saya sampaikan di dalam buku ini adalah tentang pembaruan atau reformasi gereja. Sedangkan apa yang mendorong atau mengilhami saya  – dari sisi teks – sehingga saya akhirnya menulis mengenai tema ini adalah perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Matius, yang diucapkan-Nya pada waktu Dia menyucikan bait Allah di masa lampau: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Mat 21:13 – cetak miring dari saya).

       Saya menyadari bahwa teks Alkitab yang sama ini telah juga mengilhami orang-orang lain sebelumnya dan banyak dari mereka itu pun telah juga melakukan atau menggulirkan upaya-upaya untuk pembaruan gereja pada zamannya masing-masing. Teks-teks Alkitab (dalam bentuk aslinya) tentunya tidak akan berubah sepanjang zaman. Tetapi, pada setiap zaman tentunya teks-teks yang sama itu membuka atau menerangi hal-hal yang berbeda, sesuai dengan “suasana” atau “warna” dari masing-masing zaman itu. Dan lagi, yang namanya zaman itu selalu bergerak, semakin maju – yang tentunya diikuti atau malahan disebabkan oleh perkembangan, khususnya, pemikiran dari orang-orangnya. Karena itu, pemahaman orang-orang mengenai teks-teks Alkitab itu pun tentunya semakin bertambah jugalah pada setiap zaman.

       Nah, kalau hal itu benar (dan saya percaya itu memang benar), maka itu berarti bahwa kita sekarang ini berada dalam posisi yang lebih baik untuk menangkap makna yang sesungguhnya yang terkandung dalam teks Alkitab yang satu ini. Dan saya meyakini bahwa – dengan memanfaatkan pemikiran-pemikiran dari para ahli yang ada sekarang ini – saya telah telah dimungkinkan untuk melihat makna dari teks Alkitab itu dengan lebih jelas dan lebih baik lagi dari pada yang dilihat oleh orang-orang lain sebelumnya, yang pernah hidup di masa/zamannya masing-masing di masa yang lampau. Buku yang ada di tangan Anda sekarang ini adalah wujud atau bukti nyata (fisik) dari hal itu.

        Membicarakan mengenai pembaruan atau reformasi gereja dari terang teks Alkitab yang khusus ini, selain memang sangat menginspirasi, saya percaya bahwa hal itu juga adalah merupakan suatu pendekatan yang langsung menembus ke jantung persoalannya. Sama seperti bait Allah di masa yang lalu itu telah dijadikan “sarang penyamun” oleh umat Israel, demikian jugalah gereja(-gereja) pada masa kini telah dijadikan “sarang penyamun” oleh umat Kristen.

       Gereja-gereja sekarang ini harus diperbarui atau direformasi sedemikian rupa, sehingga  menjadiapa yang merupakan esensi dan fungsi dari gereja itu yang sebenarnya dan yang Allah dan Yesus Kristus melihatnya sebagai Gereja yang sesungguhnya di dunia ini, yaitu: --  rumah doa. Itulah intisari dari apa yang akan dibahas di dalam bab-bab yang selanjutnya nanti.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~