Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pak Jun
Ketika saya tengah mengamati puluhan remaja tanggung berseragam biru putih di hadapan saya, sebuah kenangan pun menyeruak. Kenangan ketika saya masih menggunakan seragam yang sama dengan mereka lebih dari sepuluh tahun lalu. Kembali ke masa-masa yang penuh mimpi masa depan.
Kala itu saya begitu gandrung pada pelajaran fisika dan bilogi meski tak lantas menjadi ahli di bidang itu. Saking senangnya, saya sempat bermimpi menjadi seorang fisikawan atau astronom yang setiap harinya puas mengamati hamparan gugusan gemintang. Maka ketika guru fisika saya saat itu secara khusus bertanya pada saya profesi apa yang hendak saya tekuni kelak, saya utarakan mimpi itu pada beliau.
Mendengar jawaban saya, beliau manggut-manggut dan saya teringat betul bagaimana matanya menerawang jauh. Lalu beliau menatap saya dan mengatakan betapa puasnya beliau pada nilai-nilai saya, dan kemudian satu pernyataan lain menyusul, "Anita, jadilah seorang guru."
Saya jengkel mendengar pernyataan beliau. Betapa tidak? Saat itu menjadi guru tidak pernah ada dalam daftar cita-cita saya, bahkan prioritas terendah pun tidak karena pada usia demikian, guru tidak nampak sebagai profesi yang "keren". Tapi, saya hanya tersenyum dan balik bertanya pada Bapak guru itu, "Kenapa pak?"
"Nanti juga kamu mengerti," demikian Pak Jun menjawab singkat lalu tersenyum.
Pak Jun tidak pernah tahu betapa pernyataan sederhananya itu mengubah keputusan saya dalam memilih pekerjaan. Setelah itu saya telah berkali-kali berganti cita-cita, dari menjadi dokter sampai menjadi insinyur teknik nuklir (sebuah ide nyeleneh yang luar biasa aneh dan langsung disambut dengan mata terbelalak ibu saya yang takut anaknya terkena radiasi dan berubah menjadi monster bertampang aneh ^_^), tapi pada akhirnya saya teringat Pak Jun, dan memutuskan menjadi guru.
Mengapa saya memutuskan berada di jalan ini? Pak Jun benar. Pada akhirnya saya dapat sampai pada satu pemahaman. Pemahaman tentang apa yang benar-benar saya sukai dalam hidup ini. Pak Jun mengerti bahwa hal utama yang saya sukai adalah belajar, dan tidak ada yang lebih nikmat daripada membagi kesenangan yang dapat saya peroleh ketika saya menemukan satu hal baru untuk dipelajari dengan orang lain. Rasanya sama seperti memiliki sepasang mata baru, dan setelahnya dunia tidak akan pernah terlihat sama. Saya harus mengakui, Pak Jun benar; meski tidak keren, menjadi guru adalah hal yang sangat menyenangkan karena saya bisa terus dan terus mempelajari hal-hal baru setiap harinya dan membagikannya pada orang lain.
Saya tersenyum sendiri mengenang kalimat lain yang dikatakan Pak Jun saat itu, "Janji ya. Jadi guru nanti. Bukan cuma guru biasa, tapi jadi guru besar." Senyum itu pun berubah menjadi tawa kecil karena nampaknya ucapan Pak Jun masih sangat jauh dari kenyataan. Ah, Pak Jun.. entah kenapa saya begitu kangen padanya.
Tapi, mungkin saja.... Bukankah rancangan-Nya bukan rancangan kita? Siapa tahu.....
Yang saya tahu, janjiNya adalah ya dan amin. Dan saya pun mengamini saja kata-kata Pak Jun lebih dari sepuluh tahun itu sekali lagi.
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 4186 reads
Tugas mengajar
Syalom Ibu Guru,
Tugas guru bukan sekedar mampu membuktikan kemampuannya dalam disiplin ilmu tertentu, namun juga mengajarkannya sehingga peserta didik memiliki kemampuan tersebut, entahkah seluruhnya, sebagian atau mungkin melebihi gurunya. Kemampuan mengajarkan inilah yang tidak setiap orang bisa.
Yesus adalah teladan serta guru terbaik. Ia rela mengalami susah payahnya manusia dengan dilahirkan sebagai jabang bayi dari keluarga Yusuf dan Maria yang notabene bukan orang kaya, Dia tidak memilih dilahirkan sebagai anak seorang kaisar atau bangsawan dengan segala kemudahannya, namun merasakan juga susah payahnya seorang anak manusia dengan segala deritanya,...
Beberapa saat sebelum keberangkatan-Nya ke Surga, Yesus berpesan: "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, ... ajarlah mereka,..." Nah, jelas sekali bahwa setiap orang kristen sebenarnya diperintah Yesus untuk menjadi seorang guru, guru rohani.
Sebagaimana Yesus rela (pernah) mengalami aniaya, ejekan, tamparan, hinaan, maka selayaknya setiap orang yang mengaku Kristen belajar untuk menggunakan paradigma sebagaimana Yesus punya. Dengan sadar, rela dan ikhlas menanggung semua aniaya yang diijinkan Tuhan terjadi atas kita pribadi lepas pribadi. Tiada dendam, tiada rencana jahat, tiada tipu daya, dan tiada menuduh Allah tidak peduli.
Haleluya.
Mujizat <--- Aku di sini juga loh.
Tani Desa
@Miss Clara
Wuaaaaa... blog nya tentang guru ya.... mo ikutan ah... Min sangat berterimakasih ama guru-guru yang mengajar min. Min berterima kasih, karena mereka mau memutuskan jadi guru.
Sanke min juga mantan guru lho, Miss Clara. Dia mantan seorang guru yang sangat di favoritin ama anak-anak di sekolahan. Di pelajaran dia, biasanya sangat menyenangkan. Ga tanggung-tanggung ngajarnya. Banyak ilmu-ilmu yang dia kuasai. Min ingat, pernah bertanya ama dia, gimana caranya merpati pos bisa ngirim surat. Ha Ha Ha. Then dia sampe mundur selangkah karena pertanyaan "terlalu kreatif" itu. Ha Ha Ha. Lebih kagetnya lagi, dia BISA JAWAB. Haizzzzz......
Min sangat suka sanke yang jadi guru. Dia kayanya emang uda "takdir"-nya jadi guru, huahahaha... Dia ga tahu aza, kalo dia jadi guru, banyak sekali yang dia "ajar" kan.
Duh duh, kog jadi muji sanke?
I miss my teachers...
^-^
@mukjizat dan minmerry...
Guru yang biasa mengajar, tapi guru yang luar biasa dapat memberi ilham...
Nampaknya itulah yang kurang dari guru-guru saat ini...
Thanks..
nita