Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

MENGEMBANG-BIAKKAN UANG SPP

Purnomo's picture

              Dari manakah uang 800 ribu untuk melunasi spp Yunita? Aku tidak tahu persisnya, tetapi aku yakin uang itu sudah lama ada di tangannya. Ibu Yunita cerdik dan semoga kecerdikannya ini bukan dikarenakan dia pernah membaca blogku “Menyiasati Biaya Pendidikan” yang dikecam banyak pembaca karena, “Mengapa baru sekarang kamu tulis, rugi aku, anakku sudah selesai sekolahnya.”


              Rabu 21-Oktober-2015 pagi aku ke SD Swasta Dr.Cipto menemui kepseknya untuk menyerahkan 30 lembar pengantar pengambilan bea siswa kepada 30 siswanya. Lalu aku ke kantor TU SMP yang satu halaman dengan SD ini. Kepada petugasnya yang sudah mengenal aku sebagai orang yang hobi bertanya tentang spp siswa-siswa smp ini aku bertanya,
             “Bu, spp Yunita Savitri apa betul sudah lunas sampai September?”
              Dia membuka buku dobel folionya. “Betul, Pak. Minggu lalu ibunya bayar sekaligus Juli, Agustus, September; 3 bulan x Rp.160 ribu.”
             “Lalu hutang tahun ajaran yang lalu? Ibu pernah menjelaskan kepada saya pelunasan terakhirnya bulan Febuari.”
             “Juga sudah dilunasi bulan Maret dan April. Jadi tunggakannya tinggal Mei dan Juni,” jawabnya.
             “Terima kasih, Bu,” kataku.

              Sebulan yang lalu lewat mentor PPA-nya ibu Yunita meminta aku membantu uang sekolah puterinya. SPP 160 ribu, dapat beasiswa PPA 60 ribu, masih kurang 100 ribu. “Karena itu sejak Juli saya belum bisa melunasi spp-nya,” dia menjawab pertanyaanku mengapa fotokopi kartu spp-nya masih bersih. “Tolong dibantu ya pak pur.”
             “Nanti dulu, saya harus merundingkan dengan mentor PPA.”

              Aku merundingkan dengan mentornya? Tidak! Malah mengomelinya, “Apakah peraturan PPA tentang santunan SPP sudah berubah? Dua tahun yang lalu yang saya tahu santunan hanya diberikan apabila ybs menyerahkan bukti pelunasan spp bulan sebelumnya. Tapi itu ya terserah PPA saja, saya tidak mau ikut campur karena ini bukan ‘kapling’ saya. Tapi tolong beritahu ibu Yunita dia harus melunasi spp sampai bulan September baru permohonannya saya proses.”

              Dalam durasi tidak lebih dari 7 hari ibu Yunita melakukan 2 kali pembayaran sebanyak 5 bulan x Rp.160 rb = Rp.800 rb. Uang dari mana? Apakah dia terpaksa berhutang tetangganya demi mendapat santunan dariku? Aku yakin tidak demikian. Indikatornya demikian.

              Semester lalu begitu mengetahui puteri sulungnya mendapat bea siswa dari Yayasan AAT aku ke sekolahnya dan mengetahui dia belum melunasi spp 2 bulan. Langsung aku ke rumahnya dan menganjurkannya untuk melunasi karena apabila pihak AAT tidak menyukai perilaku ini (sudah dibantu masih juga terlambat melunasi) semester berikutnya namanya bisa dicoret. Dia kemudian bisa langsung melunasinya dan sampai sekarang puteri sulungnya tidak lagi terlambat membayar spp.
             
              Jadi dari manakah uang 800 ribu untuk melunasi spp Yunita? Aku tidak tahu persisnya, tetapi aku yakin uang itu sudah lama ada di tangannya. Ibu Yunita cerdik dan semoga kecerdikannya ini bukan dikarenakan dia pernah membaca blogku Menyiasati Biaya Pendidikan yang dikecam banyak pembaca karena, “Mengapa baru sekarang kamu tulis, rugi aku, anakku sudah selesai sekolahnya.”

              Blog itu aku tulis berdasarkan pengalaman beberapa orang dalam menyiasati biaya pendidikan. Pertama, berlambat-lambatlah membayar uang sekolah untuk memberi kesan kamu kurang mampu, sehingga bila ada kenaikan spp kamu tidak diikutkan. Kedua, lanjutkan dengan membuat pelunasan spp tertunda sampai 3 bulan, sehingga pihak sekolah sibuk mencarikan bea siswa untuk anakmu agar jumlah uang masuk ke kas sekolah tidak berkurang. Ketiga, bayarlah spp dengan uang pecahan kecil – lembaran seribu, 2 ribu, paling besar 5 ribu rupiah – untuk menimbulkan ilusi bahwa kamu berusaha menabung setiap hari yang bisa membuat guru penerima uang spp itu mencucurkan air mata. Keempat, uang pembayaran spp yang ditunda itu disimpan dan usahakanlah untuk beranak-pinak, misalnya untuk bisnis ‘bank titil’ di kampung yang bisa memberikan keuntungan sampai 15% sebulan.

              Cukup sekian saja bocoran ‘tip n trick’ menyiasati biaya pendidikan agar aku tidak dituduh menyebarkan ajaran sesat.

              Sewaktu mengambil motor di halaman parkir seorang siswa menyapaku, “Pak pur.” Ternyata siswa SMP itu cucunya si Apo (nenek) yang yatim piatu yang kisahnya pernah kutulis di bawah judul “Tiga Ribu Rupiah Sejam”. Tubuhnya kurus sekali.

             “Kamu ini kok langsing sekali? Kamu sehari makan satu kali saja ya?” tanyaku.
             “Masih makan tiga kali kok.”
             “Kalau punya uang jajan pakai untuk beli makanan ya jangan untuk main game di warnet biar badanmu tidak sekurus itu.” Ia sering diberi uang oleh teman-temannya yang kasihan kepadanya.
              Dia tertawa.

Catatan:
** gambar diambil dengan google sekedar ilustrasi
PPA = Pusat Pengembangan Anak
AAT = Anak Anak Terang

widdiy's picture

Pak Pur ngajari jadi...

RENTENIR....Laughing Laughing Laughing.... Tips n tricks pertama sampai ketiga sih oke... Tapi yang keempat untuk bisnis "bank titil".... itu kan sama saja ngajari jadi rentenir....wah....haram itu....sesat itu.... Laughing Laughing Laughing

widdiy's picture

Pak Pur ngajari jadi...

RENTENIR....Laughing Laughing Laughing.... Tips n tricks pertama sampai ketiga sih oke... Tapi yang keempat untuk bisnis "bank titil".... itu kan sama saja ngajari jadi rentenir....wah....haram itu....sesat itu.... Laughing Laughing Laughing

Purnomo's picture

Jadi RENTENIR itu HARAM? SESAT?

            Sudah biasa di kampung2 orang meminjam uang, misalnya, 100 ribu kemudian dia harus mengangsur selama 30 hari x 4 ribu = 120 ribu, berarti bunga 20% sebulan. Tapi kok ya yang ngutang hepi tuh? Tapi yang hepi2 itu belum tentu tidak berdosa ya. Innocent

            Pernah di persekutuan mingguan lansia gereja aku mengadakan Tasipa - Tabungan Simpan Pinjam. Anggotanya boleh pinjam uang maksimum 2 x saldo tabungannya. Misalnya dia pinjam Rp.100 rb maka dia harus mengangsur  22 minggu x Rp.5 rb = Rp.110.000 yg artinya bunga Rp.10 rb unt 5 bulan = 2% per bulan. Kalau ini termasuk Rentenir ndak?

           Para oma opa ini bila meminjam uang aku tanyai untuk apa. Sebagian besar menjawab unt beli makanan atau kado buat cucunya yang ulang tahun. Tapi ada 2 orang yang aku blacklist gara2 aku curiga baru 8 minggu pinjaman sudah dilunasi - termasuk bunga - agar bisa pinjam lagi. Setelah aku selidiki ternyata uang dari Tasipa dipakai unt modal usaha 'bank titil' di kampungnya. He he he biar tua tetap kreatip.

          Bukankah ini seperti kalau aku ambil kredit di bank dengan bunga kecil karena unt modal home industry, lalu uangnya aku titipkan di Koperasi Simpan Pinjam yang paling rendah bisa memberi bunga 10% per tahun?           

widdiy's picture

haram...sesat...

Itu menurut pendapat beberapa orang sih... Pernah saya berjemaat di suatu gereja. Nah...orang tua dari ibu pendeta itu jadi rentenir...trus kakaknya juga... Mereka ini penopang utama keuangan gereja....soalnya gereja ini kecil dan jemaatnya sedikit. Ada salah satu jemaat yang selalu ngajak ribut pendeta ini mengenai masalah rentenir ini....katanya gak boleh nerima persembahan dari kegiatan rentenir...karena itu uang haram katanya....hehehe...

Purnomo's picture

Widdiy - berapa bunga rentenir?

Bank yang modalnya mendapat dari nasabahnya dalam bentuk tabungan (3% pa) dan deposito (8% pa) "menjualnya" kembali dengan bunga 11.50% - 37.00% pa (tergantung jenis pinjamannya). Angka-angka ini bisa lebih tinggi di KSP - Koperasi Simpan Pinjam.

Bunga rentenir bisa mencapai 33.33% atau sepertiga pinjaman pm (per month).

Lalu bunga lewat berapa %-kah pm (per month) seseorang BARU BISA disebut rentenir?
Aku tidak tahu.

Ada usul?

widdiy's picture

Pak Pur...sama..

saya juga gak tahu....wong saya blum pernah jadi rentenir sih...pernah sih kepikiran...sering ada tetangga kanan kiri minjem uang ke istri...trus saya bilang di-bunga-in aja tuh...misalnya ada yang minjam 100rb...nanti mengembalikannya 120rb...gitu kan lumayan untungnya. tapi istri malah melotot ke saya sambil menjawab: "Kamu nyuruh aku jadi rentenir...???" hehehe....

Sepanjang pengamatan saya, rentenir itu ya seperti itu...bunganya sekitaran 20% - 30% per bulan. Dan itu bunga berbunga...itu yang menyebabkan seringkali dari hutang cuma ratusan ribu akhirnya jadi jutaan...

Seringkali juga ada rentenir yang berkedok "KSP"... Ada juga oknum karyawan KSP yang memutar uang pribadinya dengan mendompleng nama KSP-nya....

Hehehe itulah problem orang-orang kecil yang karena akses ke bank sulit jadi minjem ke rentenir dan akhirnya tercekik hutang dengan bunga berbunga. Kalau "Bungaa....bungaaaaa...." itu kata Syahrini.... Laughing

Debu tanah's picture

Rentenir

Kenapa ada orang terjerat rentenir?

Pertama karena orang baik sedikit, tidak banyak orang yg mau meminjamkan uang pada orang miskin, karena takut tidak kembali.

Kedua, yang meminjam tidak bijak. Saya tahu dari isteri, ada orang tua teman anak saya yg saat ini terjerat utang pada rentenir. Padahal dia sebelumnya pernah meminjam ke koperasi sekolah, tetapi karena pembayaran sering nunggak sehingga koperasi tidak memberi pinjaman lagi.

Saya tidak setuju rentenir sebagai PROFESI. Rentenir yang saya tahu semuanya hamba uang dan pelit. Mereka orientasinya uang melulu dan egois: pelit kepada anaknya tapi royal pada diri sendiri. Dan yang saya dengar rentenir tidak segan menyita barang berharga jika peminjam menunggak.

__________________

Debu tanah kembali menjadi debu tanah...

Purnomo's picture

Widdiy & Deta: kalau famili kamu pinjam kamu berapa bunganya?

Kalau aku 'rentenir'nya, aku berlakukan bunga.

Bila itu untuk bisnis, aku kenakan bunga sebesar 2 x bunga deposito di bank.
Bila tidak untuk bisnis, aku kenakan bunga sebesar 1 x bunga deposito di bank.
Durasi pelunasan 12 - 36 bulan.
Bunga dihitung atas dasar sisa hutang.

Debu tanah's picture

Pak Purnomo, jadi "rentenir"

Kl saya minjamin sodara untuk tujuan bisnis, bunganya seikhlasnya pak. Innocent Awal tahun ada sodara minjam 20 juta untuk bisnis, dijanjikan bunga 2.5% /bulan (gede ya pak? 30%/tahun). Bunga hanya jalan 3-4 bulan, hingga hari ini baru dicicil 5 juta. Cool Tp gpp, emang niat mau bantu saudara saja.

Tahun sebelumnya juga meminjamkan ke saudara yang lain dengan bunga seikhlasnya. Tetapi sudah lunas koq.

Saya sendiri menerima kebaikan dari sodara yang lain lg, saya minjam 50 juta utk renovasi selama 6 bulan TANPA bunga . Tadinya sih tidak bermaksud minjam selama itu, tetapi karena KPR rumah terlambat cairnya. Kl karena tidak terpaksa, saya malu minjam-minjam. Embarassed

Saya setuju dengan angka bapak. Jika saudara minjam BUKAN untuk tujuan bisnis maka setidaknya harus ada bunga sebesar deposito. Karena jika tidak maka uang kita akan tergerus oleh inflasi. Dengan memberi bunga sebesar inflasi sebenarnya tidak dapat profit sama sekali, jadi sudah baik sekali meminjamkan dengan bunga  deposito.

Namun demikian, saya sendiri tidak akan memaksa jika mereka tidak mampu membayar. Saya sendiri beberapa kali memutihkan utang orang lain yang meminjam kepada saya, yang ini memang tanpa bunga. Innocent 

__________________

Debu tanah kembali menjadi debu tanah...

widdiy's picture

Pak Pur...belum pernah ada

family yang pinjam uang ke saya, soalnya mereka semua lebih kaya daripada saya...Laughing mosok minjem ke orang yang lebih miskin....

Hitungan Pak Pur itu saya rasa yang paling bagus ya....fair...tidak memberatkan. Ya dah..kapan-kapan kalo  butuh modal saya minjem ke Pak Pur ya... Laughing Laughing Laughing

Purnomo's picture

PENJAMIN PINJAMAN

Kalau peminjam bukan famili, aku butuh penjamin.

(1) Seorang temanku punya teman yg anaknya butuh pinjaman 3 juta rph unt modal berdagang baju di tempati kos2 mahasiswa. Dia minta aku meminjaminya uang tanpa bunga yg bisa diangsur mingguan @ 50 rb. Aku minta dia jadi penjamin tidak dengan surat tetapi dengan menitipkan uangnya kepadaku sebesar 3 juta rph. Dia mau. Mengapa kalau dia sendiri punya uang tidak sekalian jadi "bank"nya? Tahu sendiri kan jawabannya.
            Angsuran macet setelah 4 minggu. Aku kembalikan seluruh uang angsuran itu kepada temanku. Aku tidak rugi.

(2) Seorang teman yang pengurus yayasan Kristen meminta aku membantu seorang kenalannya di desa yang butuh modal unt buka warung. "Aku jamin dia orang jujur dan bisa membayar dengan angsuran," katanya. Aku memberikan uang itu kepada temanku dan minta dia menandatangani serah terima uang atas namanya sendiri, bukan orang desa itu. Pinjaman tanpa bunga.

"Mengapa bukan yang mau buka warung yang tandatangan?" tanyanya.
"Aku tidak kenal dia. Aku hanya kenal kamu dan bagiku kamu adalah orang yg bisa aku percayai, apalagi kamu juga ikut mendirikan yayasan ini. Jadi, setiap akhir bulan aku akan menagih angsuranmu."

Baru 2 kali angsuran sudah macet. Tetap saja setiap akhir bulan aku mengirim sms kepada temanku. Akhir tahun baru dia bisa melunasinya sekaligus. Mungkin diambil dari THR-nya. Kasihan.

wilefhas62's picture

@jika pinjam pilh Debu tanah

Mencermati duiskusi ini,

maka jika wilefhas  butuh pinjaman maka :

 

1. tidak akan minjam dari  @widdyi, karena  tdk akan sanggup minjamin

2. juga tidak akan minjam dari @purnomo, karena kudu bayar

3.  akan minjam dari @Debu tanah, karena ada peluang diputihkan

 

salahkah saya dgn kesimpulan ini??

Purnomo's picture

Setuju

:D

widdiy's picture

@DT...BANK IKHLAS...

akan banyak menerima PAHALA...Laughing Laughing Laughing