Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Secarik

John Adisubrata's picture

Refleksi Paskah: 'Secarik Tissue Berbercak Merah' (2)

Oleh: John Adisubrata

SALIBKAN DIA!”

“Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.” (Kolose 1:19-20) 

Seperti saya, pernahkah Anda membayangkan: Andaikan saja aku seorang Yahudi yang hidup di zaman Tuhan Yesus, ... pasti aku tidak mau terlibat dengan bangsaku yang telah menolak Dia sebagai Mesias kami. Apalagi ikut mengambil bagian di dalam penyaliban-Nya!”   

Tetapi, … apakah ‘fair’ untuk mengutarakannya tanpa mempelajari terlebih dahulu keadaan zaman pada waktu itu? Bukankah para ‘pejabat’ agama Yahudi yang mempunyai kuasa untuk mengancam kehidupan orang-orang yang berani menjadi simpatisan-simpatisan Tuhan Yesus ... cukup menakutkan! Kekuasaan mereka tidak berbeda jauh dengan orang-orang yang pada saat ini memegang kedudukan di tempat-tempat ‘maha tinggi’, baik di dalam masyarakat maupun di dalam gereja Tuhan, yang dapat mempengaruhi ‘nasib’ ekonomi rumah tangga kita?

John Adisubrata's picture

Refleksi Paskah: 'Secarik Tissue Berbercak Merah' (1)

Oleh: John Adisubrata

PEMBERONTAK YANG MUNAFIK 

“Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” (Kisah Para Rasul 2:23)

Membaca dan menjelajahi keempat Injil Tuhan Yesus Kristus dengan seksama di atas meja ruang belajar rumah, sering kali menyebabkan saya secara refleks meraih sebuah kotak kecil yang terletak di atasnya, tepatnya di ujung sebelah kiri meja, untuk berkali-kali mencabut secarik ‘tissue’ putih dari dalamnya.

Ketika membaca beberapa kisah di dalam Injil-Injil tersebut, saya menyadari secara tidak langsung keselarasan tindakan-tindakan mereka yang tercantum di sana sebagai orang-orang yang hidup di sekitar Tuhan Yesus, dengan perbuatan-perbuatan saya sendiri selama ini. Isi firman Allah tampak begitu relevan dengan perjalanan hidup yang saya lalui.