Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

nusantara

RDF's picture

Pendahuluan (Bagian 12-2): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

Masuknya Agama-Agama (agama impor) ke Indonesia

 

Berdasar catatan sejarah, kelompok pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan dengan kultur di Indonesia. 

Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva.

 

RDF's picture

Pendahuluan (Bagian 12-1): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

Konsep Setan di Negeri Nusantara, Indonesia


Jejak Lucifer sebagai sosok malaikat yang jatuh yang dipercayai sebagai dalang kejahatan oleh hampir BANYAK orang Kristen dan orang beragama pada umumnya sebenarnya (juga) TIDAK ditemukan pada kepercayaan lokal/ agama suku/ atau kepercayaan asli Nusantara, Indonesia. 

Merunut jejak Lucifer kepada sejarah agama asli Nusantara yang akan saya paparkan segera di Blog ini secara umum konsep kepercayaan Agama Asli Nusantara tentang kejahatan adalah bersumber pada diri manusia sendiri yang disebut hawa nafsu dan manusia diharapkan mampu mengendalikan hawa nafsunya agar terjadi keharmonisan antara dirinya dengan Sang Pencipta, makhluk lain (binatang, manusia-manusia berwujud di sekitarnya dan makhluk tidak berwujud atau makhluk halus) dan alam sekitarnya.

 

y-control's picture

Arus Balik

Sejauh ini, buku ini adalah buku tertebal yang tuntas kubaca. Aku sudah sejak lama berniat menghabiskan semua karya Pram. Sekarang niatku pun makin besar. Yang paling tebal (sepertinya) ternyata bisa dituntaskan. Tapi aku tidak sedang membuat perayaan karena sudah membaca novel 750 lebih halaman. Sejak skripsi dan apalagi pertemuan di hotel Majapahit itu, aku makin sulit objektif dengan karya Pram. Tapi, menurutku itu bukan kesalahan.