Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kawin - Tidak Kawin - Zinah

sandiputra's picture

KAWIN

Perkawinan dalam perspektif Kristen mempunyai kekhususan tersendiri, karena perkawinan kristen merupakan dispensasi/ kelonggaran yang diberikan Tuhan kepada orang beriman; Perkawinan bukan merupakan perintah Allah yang selama ini dipahami oleh orang kebanyakan, yang menggunakan dasar ayat -ayat Perjanjian Lama (Kej.1:28; 9:1; 35:11), karena Perjanjian Lama adalah gambaran tentang kehendak dan rencana Allah terhadap umat Nya. Perintah agar beranak cucu yang sebenarnya adalah perintah untuk beranak-cucu rohani. Perkawinan diperbolehkan supaya seorang beriman yang tidak dapat mengendalikan dirinya, tidak terbakar oleh hawa nafsunya (1Kor.7:9); sehingga rohani orang beriman itu tidak mati. Kehendak dan rencana Nya adalah supaya manusia menguduskan dirinya dan menjadi sempurna seperti Dia, sehingga bisa hidup bahagia bersamaNya dalam Kerajaan Sorga. Maka hukum yang berlaku bagi orang yang menikah adalah perkataan Yesus bahwa “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia”(Mat.19:6), karena hanya maut atau kematian yang dapat memisahkan mereka dari pasangannya.


Kej.1:28. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kej.9:1. Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.

Kej.35:11. Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu.

1 Kor.7:9. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.

Mat.19:6. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Tuhan Yesus jelas tidak menentang perkawinan, tetapi Ia tidak memberikan sedikit celah pun untuk bercerai bagi perkawinan orang-orang beriman. Sehingga apabila dikemudian hari pasangan itu ada masalah atau ketidak-cocokan diantara mereka, maka mereka harus mau saling mengoreksi diri dan menerima kekurangan pasangannya agar mereka dapat hidup bahagia dan membahagiakan pasangannya. Dalam hal ini jelas pengajaran yang diberikan oleh Tuhan kepada orang beriman, yaitu biarpun mereka tidak dapat memenuhi kehendak Allah secara maksimal, tetapi mereka diharapkan dapat mengalami pertumbuhan iman bersama pasangannya, sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan yang dijanjikan Allah. Bilamana pasangannya meninggal, yang masih hidup memperoleh kebebasan sebagai orang merdeka. Dan ia bebas memilih apakah hendak mencari pasangan lagi, atau hidup mensucikan diri bagi Allah. Kepada mereka yang mencari pasangan lagi maka hukum yang berlaku adalah “Setiap orang yang menceraikan istrinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah” (Luk.16:18). Hukum diatas hanya berlaku bagi orang-orang beriman, dan tidak berlaku bagi orang yang tidak beriman. Bila seorang tidak beriman bercerai dari pasangannya, kemudian ia mengikut Yesus, maka ia dianggap sebagai orang baru dan masa lalunya tidak diperhitungkan. Karena segala dosa dan kesalahannya sudah ditebus oleh kematian dan darah Yesus. Ia bebas kawin dengan pasangan yang dipilihnya.

Luk.16:18. Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah."

Jika ada pasangan orang beriman yang karena sesuatu hal kemudian memutuskan untuk berpisah, maka masing-masing tidak diperbolehkan mencari pasangan lain sebagai penggantinya, selama pasangannya masih hidup. Jika seorang beriman ditinggal mati oleh pasangannya dan mempunyai anak yang masih belum dewasa, maka sebaiknya ia menunda perkawinannya sampai anaknya mandiri, karena anak itu masih menjadi tanggung-jawab dan berhak mendapat pemeliharaan dari orang tuanya yang masih hidup. Jika seorang tidak beriman yang mempunyai istri lebih dari satu, kemudian percaya kepada Yesus maka ia wajib untuk meninggalkan semua istrinya dan hidup dengan istri pertamanya saja. Jika istri yang pertama tidak mau percaya kepada Yesus dan ada diantara istrinya yang percaya kepada Yesus, maka istrinya yang beriman itu boleh menjadi pasangan hidupnya. Jika ada lebih dari satu istrinya yang mau beriman kepada Yesus, maka yang menjadi pasangan hidupnya adalah istrinya yang lebih tua. Sedangkan istri yang diceraikan bebas untuk mencari pasangan hidupnya menurut hukum diatas. Tetapi apabila seorang beriman kawin dengan seorang yang tidak beriman, jika mereka kemudian bercerai maka ia tidak boleh mencari pasangan lain sampai pasangan yang diceraikannya meninggal dunia. Demikianlah perkawinan menurut Tuhan Yesus, maka murid-muridNya memilih untuk tidak kawin saja (Mat.19:10). Tetapi menurut Tuhan Yesus orang yang tidak kawin dikarenakan oleh tiga hal, tetapi satu yang dikehendaki Tuhan Yesus, yaitu tidak kawin karena Kerajaan Allah.

Mat.19:10. Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

Injil Matius mencatat perkataan Tuhan Yesus didalam pasal 19:12, yang berbunyi:“... Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.”

Orang yang tidak dapat kawin karena mempunyai cacad pada alat reproduksinya sejak dari lahir, jelas orang demikian tidak mungkin dapat memilih pasangannya, karena tidak akan ada yang mau mengawininya atau dikawininya.
Orang yang tidak dapat kawin karena orang lain, banyak yang menyebabkannya antara lain, karena dikebiri orang lain (hal ini terjadi pada jaman kerajaan, dimana pelayan-pelayan laki-laki di istana raja harus dikebiri, untuk menghindari perjinahan di dalam istana). Atau karena terjadi kecelakaan yang menyebabkan alat reproduksinya rusak. Atau karena penyakit yang merusak alat reproduksinya. Atau karena tidak ada yang mau kawin dengannya.
Orang yang tidak kawin karena Kerajaan Sorga, adalah orang yang karena imannya memilih untuk tidak kawin dan menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup dan bagi pelayanan kepada Tuhan.

Perkataan Tuhan Yesus diatas itu telah disalah-tafsirkan oleh beberapa orang beriman pada beberapa abad awal kekristenan, mereka mengamalkan ayat ini dengan melakukan praktek mengebiri dirinya sendiri. Terlalu naif orang yang melakukan firman dengan cara seperti itu, adalah suatu pengamalan firman Tuhan yang keliru, karena yang dikehendaki Tuhan adalah kesucian hati (Ul.10:16; Rm.2:29) bukan perbuatan pengebirian diri. Hal ini sebenarnya sudah diajarkan didalam Perjanjian Lama dengan perintah sunat, yang menjadi tanda bagi bangsa Israel untuk mengingatkan mereka pada perintah Allah agar mereka tidak melakukan perbuatan zinah.

Ul.10:16. Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.

Rm.2:29. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Seorang yang tidak kawin atau yang dikebiri sekalipun bila hidupnya tidak mengalami pembaharuan diri, keberadaannya tidak akan diperhitungkan Allah, karena ia dipandang Tuhan sebagai seorang jahat yang harus mendapatkan hukuman kekal. Karena yang dinilaiNya adalah buah Roh yang dihasilkan imannya, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal.5:22 ).

 

TIDAK KAWIN

Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana.Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat.19:1-12)

Jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Farisi di atas sungguh diluar dugaan mereka, karena pertanyaan yang diajukan orang-orang Farisi berkaitan dengan salah satu pokok perdebatan saat itu yang merupakan pertanyaan yang sulit. Para ahli Taurat yang mengikuti pandangan Hillel beranggapan bahwa seorang suami boleh menceraikan istrinya dengan berbagai alasan bahkan alasan yang tidak masuk akal sekalipun. Para penganut Shammai mempunyai pendapat bahwa perceraian hanya diperbolehkan apabila terjadi perzinahan. Sebenarnya orang Farisi mengajukan pertanyaan itu kepada Tuhan Yesus; mereka sudah tahu jawaban dari mashab Hillel dan mashab Shammai mengenai pokok pertanyaan ini, tetapi mereka bermaksud untuk menjebak Nya; sehingga bila Tuhan Yesus menjawab yang sesuai dengan pandangan salah satu mashab, maka Ia akan ditentang oleh mashab yang lain.

Pandangan Hillel maupun pandangan Shammai ditentangNya dan Ia memberikan satu pandangan yang mengatasi kedua pandangan itu, yaitu suatu pandangan yang menentang segala bentuk perceraian. Menurut Nya perceraian hanya bisa terjadi hanya bila salah satu dari pada pasangan suami-istri meninggal dunia.
Selanjutnya Ia memberikan pernyataan atas tanggapan murid-muridNya tentang pandanganNya itu, ketika murid-murid berpendapat "Jika demikian halnya hubungan suami-istri, lebih baik tidak kawin."
Dalam pernyataanNya itu Ia membedakan ada tiga kelompok orang yang tidak kawin/ hidup membujang, yaitu:
1) Tidak dapat kawin karena cacat fisik/ mental dari sejak lahir.
2) Tidak dapat kawin karena orang lain.
3) Tidak dapat kawin karena Kerajaan Sorga.

1) Tidak dapat kawin karena cacat fisik/ mental dari sejak lahir.

Keadaan orang yang cacat fisik yang menjadikannya tidak dapat kawin adalah cacat fisik yang berhubungan dengan alat reproduksi, hal demikian tidak dapat ditolak oleh karena adanya kelemahan pada organ tubuh yang terkait. Sedangkan orang yang cacat mental menjadikannya tidak dapat kawin karena walaupun secara fisik pertumbuhannya normal tetapi pertumbuhan mentalnya tertinggal, sehingga hasrat biologis yang berhubungan dengan reproduksi tidak tumbuh. Orang yang mengalami hal demikian secara alami tidak mengalami hasrat biologis, dan menjadikannya tidak kawin.
Sebagai contoh orang yang cacat fisik yang menjadikannya tidak dapat kawin, misalnya: Seorang laki-laki yang tidak mempunyai buah peler/ testis sejak dilahirkan, atau seorang perempuan yang dilahirkan tidak mempunyai indung telur/ ovarium. Dan contoh orang yang cacat mental yang menjadikannya tidak dapat kawin, misalnya: Seorang yang dilahirkan lemah mental/ ideot, sehingga sepanjang hidupnya ia tidak pernah bertumbuh menjadi dewasa.
 

2) Tidak dapat kawin karena orang lain

Orang yang termasuk dalam kelompok ini secara fisik dan mental mengalami pertumbuhan yang normal tetapi karena suatu sebab baik disengaja maupun tidak disengaja mengalami kerusakan pada organ reproduksinya, contoh orang seperti ini adalah orang yang mengalami kecelakaan atau dikebiri oleh orang lain. Disamping itu dapat pula karena mengalami kisah kegagalan cinta yang menjadikannya tidak mempunyai minat terhadap perkawinan. Atau justru karena sepanjang hidupnya tidak ada lawan jenisnya yang tertarik untuk mengawininya atau ia sendiri tidak menemukan orang yang ingin dikawininya.
 

3) Tidak dapat kawin karena Kerajaan Sorga.

Orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang beriman kepada Tuhan Yesus dan mendapatkan pengalaman rohani, yang mendorongnya mau berikrar untuk tidak kawin sepanjang hidupnya dan menyerahkan hidup serta masa depannya bagi Tuhan Yesus. Orang yang demikian menganggap ikrarnya sebagai persembahan hidup yang menyenangkan Tuhan.(Rm.12:1)

Rm.12:1. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Tetapi ada juga orang yang berikrar untuk tidak kawin diakibatkan karena cintanya mengalami kegagalan; yang demikian semestinya bukan persembahan hidup yang menyenangkan Tuhan; melainkan hanya suatu pelarian dari perasaaan kecewanya saja. Dengan demikian apa yang dilakukannya akan ditolak Tuhan dan menjadi suatu perbuatan yang sia-sia.
Seorang yang mengucapkan ikrar dihadapan Tuhan Yesus harus dengan motivasi yang benar, yaitu: karena iman, sehingga ia berusaha melakukan sepenuhnya apa yang diajarkan Tuhan kepadanya. Yaitu pengajaran yang ia peroleh melalui pembukaan firman dari membaca Injil, nubuat, penglihatan, mimpi, baik dalam persekutuan maupun dalam saat teduh pribadi; dan dari
khotbah dalam kebaktian,
Seorang beriman yang berikrar untuk tidak kawin berarti ia merelakan masa depannya yang masih panjang dan mempersembahkan kesuksesan duniawi yang (mungkin) akan dapat dicapainya demi Tuhan. Dalam hal ini tentunya ikrar itu dilakukan selagi ia masih muda, kuat, penuh semangat dan masa keemasan kariernya masih terbuka lebar. Ketika itu tentunya ia masih berusia tiga puluh sampai tiga puluh lima tahun. Tiga puluh tahun untuk seorang wanita dan tiga puluh lima tahun untuk seorang laki-laki.

Banyak orang beriman yang berikrar tidak kawin, mengkuduskan dirinya dan mempersembahkan hidupnya seutuhnya bagi Tuhan, tetapi karena motivasinya kurang benar atau karena kurang pengetahuan, kemudian berbalik ditengah jalan. Banyak yang berikrar karena terdorong semangat yang berapi-api tetapi kemudian setelah beberapa lama berubah, hal ini disebabkan karena pengalaman hidupnya yang baru; bisa karena bertemu dengan seseorang yang dirasakan mencocoki hatinya sehingga ia berpikir balik, dan memutuskan untuk  kawin saja, atau karena keadaan
ketika itu yang mendorongnya menjadi bersemangat kepada Tuhan, telah berubah, sehingga ia menjadi tidak bersemangat lagi. Hal itu mungkin adalah godaan atau cobaan yang diperkenankan Tuhan, untuk menguji kesungguhan ikrarnya itu.

Seorang yang berikrar akan mengalami pertumbuhan iman dan mengubah pandangan hidupnya, karakternya, dan pengetahuannya akan Tuhan Yesus dan kehendak Nya. Ia akan bertumbuh dari manusia duniawi berubah menjadi manusia rohani, yang kemudian pada tingkatan yang paling sempurna akan bertumbuh menjadi seorang yang menyerupai Tuhan Yesus sendiri (Mat.10:24-25).

Mat.10:24-25. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

 

ZINAH

Sepanjang sejarah manusia masalah 'zinah' sudah ada dan menjadi masalah sosial yang sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Zinah secara umum dimengerti sebagai pelanggaran norma pernikahan, dimana seseorang melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang tidak terikat di dalam satu pernikahan yang sah. Tetapi Tuhan Yesus mempunyai pandangan lain, yang lebih tinggi tuntutannya, karena tuntutannya itu masuk ke dalam ruang spiritualitas, yaitu masuk ke dalam dunia roh. Dan di dalam wilayah spiritual segala sesuatu dinilai dengan menggunakan hati, bukan menggunakan pikiran sehat saja. Karena hati adalah alat penilai yang jujur dan akurat, dimana ia tidak pernah berbohong dan tidak memanipulasi segala sesuatu yang dinilainya. Ia akan mengatakan apa adanya sesuai dengan yang sebenarnya, bila salah akan diakuinya sebagai yang salah dan bila benar akan diakuinya sebagai yang benar.

Dalam Injil Matius terdapat satu ayat yang menulis perkataan Tuhan Yesus mengenai orang yang berzinah. Ini adalah satu-satunya pengajaran Tuhan Yesus tentang perilaku seksual. Dengan pengajaran ini Tuhan Yesus menegaskan kepada murid-murid dan para pendengarNya bahwa berzinah bukan hanya merupakan tindakan yang nampak saja, tetapi lebih dari pada itu, orang juga dapat dikatakan berzinah bila ia memandang orang dan menjadi bergairah seksual di dalam hatinya. Tetapi dengan batas mana orang dikatakan berzinah atau tidak berzinah menjadi sulit untuk menentukannya, karena itu hal ini dikembalikan lagi kepada hati masing-masing orang yang bersangkutan. Di titik ini masing-masing orang dapat mengukur dengan jujur dari dalam hatinya yang terdalam, sudah sampai seberapa jauh kedewasaan iman mereka di dalam usaha mereka belajar (kerohanian) kepada Tuhan Yesus.

Untuk menentukan orang berzinah atau tidak maka perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Matius dapat menjadi acuan, yaitu:

Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. (Mat. 5:27-32)

1. "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." 

Ada dua tahap yang menjadikan orang dapat dikatakan "berzinah", tahap yang pertama orang itu memandang perempuan; dan tahap selanjutnya menginginkannya. Tetapi perkataan Tuhan Yesus ini masih belum begitu terang bagi pembaca Injil dalam bahasa terjemahannya, karena itu perlu dikaji lebih dalam lagi.

Memandang perempuan, biarpun kalimat ini ditujukan kepada para kaum pria namun jelas perkataanNya ini berlaku pula bagi kaum perempuan, yang memandang lawan jenisnya dengan cara yang sama. Karena dalam kasus lain pernah juga Tuhan Yesus dihadapkan dengan seorang perempuan penjinah (Yoh. 8:3-11). Dalam hal ini yang dipersoalkanNya adalah cara memandang lawan jenisnya; yaitu bila seseorang memandang lawan jenisnya dengan hasrat berahi, sehingga gairah seksualnya bangkit maka ia termasuk sebagai orang yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dengan kalimat di atas.

Menginginkannya, kata ini mengandung arti yang jelas bila ditambahkan kata keterangan, karena kata ganti obyek penderita dibelakang kata "menginginkan" yang dimaksud adalah perempuan itu atau lawan jenisnya, tetapi menginginkan perempuan itu untuk apa tidak dikatakanNya lebih jelas. Mungkin para pendengarNya pada waktu itu sudah mengerti maksud perkataanNya itu, yaitu untuk melakukan hubungan seksual dengannya yang sudah bangkit gairahnya itu. Pada tahap ini memang secara fisik ia belum melakukan perbuatan itu, tetapi biarpun demikian Tuhan Yesus sudah memperhitungkannya sebagai perbuatan zinah.

Yoh.8:3-11. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.

2. "Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah."

Disamping perkataan di atas (yang pertama), Tuhan Yesus juga mengatakan kalimat ke dua yang berkaitan dengan praktek kawin-cerai yang banyak terjadi pada masa itu; yang pada masa sekarang praktek perceraian juga masih banyak dilakukan, bahkan oleh orang-orang percaya yang menikah di gereja dengan "upacara sumpah" untuk tidak bercerai sampai maut memisahkan mereka.

Pada kalimat yang ke dua ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang bercerai atau diceraikan kemudian kawin lagi maka "perkawinan yang baru" itu dianggap tidak syah dan diperhitungkan sebagai perbuatan zinah, biarpun secara sosial , kenegaraan dan kelembagaan sudah dianggap syah. Hal seperti ini terjadi karena adanya penilaian yang berbeda antara "penilaian dari dunia" dan "penilaian dari roh". Dalam "kerohanian Kristen" yang diajarkan Tuhan Yesus, yang dipentingkan adalah kemurnian atau kesucian hati manusia. Tuhan melihat hati manusia dari apa yang dikerjakannya karena setiap tindakan mempunyai motivasi nya sendiri dan masing-masing orang melakukan tindakan yang sama bisa mempunyai motivasi yang berbeda, bahkan satu orang yang sama melakukan suatu perbuatan yang sama pada kesempatan lain bisa mempunyai motivasi yang berbeda. ( Ibr. 4:11-13). Pada dasarnya perkawinan adalah suatu kelonggaran (dispensasi) yang diberikan Tuhan kepada manusia agar dapat hidup mensucikan dirinya (1 Kor. 7:6-16 ).

Ibr. 4:11-13. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

1 Kor.7:5-16. Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu. Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?.

 

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

nisa's picture

confirmation please

Jika seorang tidak beriman yang mempunyai istri lebih dari satu, kemudian percaya kepada Yesus maka ia wajib untuk meninggalkan semua istrinya dan hidup dengan istri pertamanya saja. Jika istri yang pertama tidak mau percaya kepada Yesus dan ada diantara istrinya yang percaya kepada Yesus, maka istrinya yang beriman itu boleh menjadi pasangan hidupnya. Jika ada lebih dari satu istrinya yang mau beriman kepada Yesus, maka yang menjadi pasangan hidupnya adalah istrinya yang lebih tua.

kutipan dari blog ini yang gue copas diatas bener2 "mantep".... adakah yang bisa konfirm bahwa ajaran semacam ini bener2 berasal dari alkitab ?

jlwijaya's picture

Nisa dan sandi: rasa2nya ngak ada ajaran spt itu di alkitab

-semua orang orang dosa karenanya perlu mengaku dosa dan percaya agar dosanya di ampuni,kalau setelah di ampuni lalu harus berbuat jahat lagi dengan menceraikan istri2 nya yang sudah terlanjur ada ,apa ia benar,di mana ayatnya?......pikir aja jika istri kedua dll sudah berumur +40th dan sudah di kawini dari muda dan anak2 banyak sudah besar2 lalu di ceraikan padahal istri2nya yang lain itu ibu rumah tangga ,bukannya kasihan dan bukankah itu berarti setelah percaya disuruh melakukan kejahatan lagi dengan membuang orang yang sudah mendampinginya dengan baik........sandi ,di mana ayatnya yang ngajarin seperti itu
sandiputra's picture

@jlwijaya: pengembangan dari ajaran rasul Paulus

Dalam 1Kor.7:5-16 jelas penekanannya adalah kekudusan orang beriman...oleh karena 'perkawinan' merupakan kelonggaran yang diberikan Tuhan kepada orang beriman...dan dalam Gal.5:22 rasul Paulus memperingatkan bahwa orang yang melakukan pencemaran, percabulan, dan hidup melayani hawa nafsunya...tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (tidak selamat). Sedangkan semua perilaku poligami apapun alasannya...berpangkal pada menuruti hawa nafsu seksual itu...

Ajaran Tuhan Yesus Kristus tentang 'perkawinan kristen' hanya satu kalimat ini:“Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia”(Mat.19:6) dan tentang 'Zinah' seperti dibahas di atas (Mat.19:1-12)...sedangkan contoh-contoh kasus yang saya tulis adalah pengembangan dari pokok pikiran rasul Paulus di atas...

Dalam kasus yang kamu ajukan...maka orang yang bertobat itu harus mau mengikuti aturan di atas...sedangkan istri yang diceraikan dan anak-anaknya tetap dipeliharanya sampai mereka mandiri...apabila istri yang diceraikannya itu kawin lagi...ia sudah tidak menjadi tanggung-jawab bekas suaminya...tetapi anak-anaknya masih tetap menjadi tanggung-jawabnya...saya rasa dengan demikian...sudah clear...dan  tidak ada yang melakukan kejahatan...melainkan menunjukkan bahwa orang itu bertobat sungguh-sungguh...berbalik dari kehidupannya yang lama...yang penuh hawa nafsu dan dosa...sebagai calon penghuni neraka...kepada hidup yang baru didalam Tuhan...menjadi pelaku firman...menjadi pewaris Kerajaan Sorga...dan istri yang syah (yang tua) melihat dan merasakan kasih, penghiburan, pembelaan, dan keadilan Tuhan dalam hidupnya...bukankah dengan demikian kisah hidupnya akan berakhir dengan 'Happy Ending'?....GBU

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

nisa's picture

cerai

sandi, kamu belum pernah jadi anak korban perceraian yah?

jlwijaya's picture

SANDI:PENTING AYAT DI NO2:

1)

..oleh karena 'perkawinan' merupakan kelonggaran yang diberikan Tuhan kepada orang beriman

-Gen 1:27  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 

Gen 1:28  Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 

-1Ti 5:14  Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. 

-1Ti 4:1  Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

1Ti 4:2  oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. 

1Ti 4:3  Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. 

Sandi kamu perhatikan 3 bag ayat di atas:

-Perkawinan di tetapkan sebelum manusia jatuh dalam dosa (artinya perkawinan bukan dosa dan kudus,jika perkawinan itu dosa dan najis atau tidak kudus maka dengan memerintahkan hal ini berarti Allah memerintahkan apa yang dosa atau najis atau tidak kudus pada manusia yang belum berdosa).

-Paulus maunya JANDA kawin lagi.

-Ajaran setan dan manusia penipu yang sok suci berdasarkan hati nurani rekaannya sendiri melarang orang kawin.

JADI MENYATAKAN KAWIN ADALAH KELONGGARAN adalah rekaan kamu sendiri karena tak mengerti apa yang di maksud paulus dalam tulisannya di 1 kor 7:5-16.JANGANLAH KITA Sok suci buatan sendiri ,comot2 ayat semau gue .maaf ya sandi kamu harus mengerti bahwa bahasa roh bisa juga dari setan ,pengelihatan dan nubuat juga sama kamu paham ,Bahkan perbuatan mujizat juga sama BISA DARI SETAN,BAHKAN NGUSIR SETANPUN BISA DARI SETAN. .........jadi belajarLAH yang sudah jelas2 firman dan ikuti pengurapan di batin yang berasal dari Roh Kudus yang berhuni di dalam kamu itu paling penting .

2)1Ti 3:2  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 

1Ti 3:12  Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 

sandi paulus ngak pernah memerintahkan untuk menceraikan seseorang, dan kedua ayat di atas justru menyatakan ada orang orang percaya yang telah punya lebih dari satu istri dan orang yang demikian jangan jadi penilik atau diaken ,kalau orang yang memiliki dua itu terjadi setelah percaya bukan hanya tak boleh jadi penatua mungkin di serahkan kepada iblis oleh paulus agar tubuhnya binasa tetapi rohnya di selamatkan pada hari Tuhan.

3)Apakah darah Yesus tak cukup mengampuni orang yang sudah punya 2 istri lalu bagaimana dengan seorang yang dulunya pernah membunuh orang?

Isa_1:18  Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. 

4)sandi yang perlu kamu lakukan adalah membawa orang percaya yang sudah percaya bertumbuh ,jika sudah dewasa ia akan tahu apa yang harus di perbuat,jadi jangan MEMBUAT PERATURAN YANG TAK ADA DI ALKITAB DAN ADALAH TINDAKAN YANG JAHAT,masak moralnya orang Kristen di bawah orang kafir......malu2in aja deh.

5)Yang ada justru konsep ngak boleh menceraikan pasangan adalah PERINTAH TUHAN:

1Co 7:10  Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. 

1Co 7:11  Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. 

1Co 7:12  Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. 

 

 

 

 

 

Samuel Franklyn's picture

sandiputra apa kamu tidak pernah baca Alkitab?

sandiputra apa kamu tidak pernah baca Alkitab? Coba baca lagi kisah Abraham mengambil Hagar sebagai istri. Abraham mengambil Hagar sebagai istri sama sekali bukan masalah seksual. Kalau kita baca Alkitab baik-baik. Istri Abraham Sarah sampai tuapun masih cantik dan sangat menarik. Buktinya banyak yang mau kawin sama Sarah. Abraham mengambil Hagar sebagai istri bukan karena dia pria tua gatel yang tidak bisa mengendalikan nafsu birahi. Abraham mengambil Hagar sebagai istri karena diminta Sarah dan karena masalah tidak punya keturunan. Kamu terlalu memandang rendah semua pria kalau kamu bilang semua poligami karena menuruti hawa nafsu seksual. Lain kali jangan pentang bacot sembarangan lagi ya?

sandiputra's picture

@jlwijaya; nisa; dan Samuel Franklyn.

saya hanya memperjelas kalimat yang ditulis rasul Paulus dalam 1 Kor.7:1-7.

Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. 
Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.GBU

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

jlwijaya's picture

Sandi :kelonggaran itu mengacu ke ayat 5

- bukan kawin adalah kelonggaran/permissiion tapi pisah sementara waktu dengan persetujuan bersama supaya mendapat kesempatan untuk berdoa adalah kelonggaran/permission.

- Di dalam kekekalan yang akan datang tak ada kawin mengawinkan,jadi kawin bukanlah sesuatu yang bernilai kekal ,karenanya paulus menasehati bahwa yang paling berharga di dunia ini adalah hidup sepenuhnya melayani TUHAN dan ini bernilai kekal (2kor 4:17-18).kalau kawin kita harus bertanggung jawab sama istri dan anak dan untuk TUHANnya ke korting jadi alangkah baiknya jika kita memilih yang bernilai kekal, hal ini tak berarti kawin hanya kelonggaran semata karena perkawinan adalah salah satu tindakan manusia yang dikehendaki terjadi oleh TUHAN ,apalagi jika kamu dengan ini menyatakan setelah percaya maka harus menceraikan istri yang lain ,ini ngaco dan tak ada prinsipnya di alkitab. Nb: BANYAK PENDETA KARISMATIK YANG KARENA MASIH HIJAU NGAK MENGERTI MANA YANG DARI TUHAN ,MANA YANG DARI REKAAN HATINYA SENDIRI DAN MANA YANG DARI SETAN.......BAHAYANYA LAGI SEMUA YANG SUPRANATURAL DI ANGGAP DARI TUHAN.KARENA TAKUT DISANGKA MENGHUJAT ROH KUDUS(ini baik) .....maka semua inspirasi ,penampakan,pengelihatan,mimpi di anggap dari TUHAN ......LALU PERINTAH YANG SALAH ( inspirasi dari si Jahat)SEPERTI SETELAH PERCAYA MAKA SEMUA ISTRI YANG LAIN HARUS DI CERAIKAN akan mencelakakan orang lain bahkan nama TUHAN di hujat .jadi ati2 sandi .

sandiputra's picture

@jlwijaya: baca lebih teliti...satu pasal...

1Kor.7:1-40 

7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
7:6 Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
7:7 Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.
7:8 Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
7:9 Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.

7:10. Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.
7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.
7:15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
7:16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?

7:17. Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.
7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.

7:25. Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.

7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.
7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, 
7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. 
7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
7:36. Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.

7:39. Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
7:40 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.

Perhatikan kalimat yang di 'bolt' dan digaris bawahi...rasul Paulus sebenarnya mengajarkan 'hidup tidak kawin...untuk Tuhan' yang satu nafas dengan ajaran Tuhan Yesus...dan pengajaran ini diamalkan oleh Yesus Kristus sendiri, rasul Yohanes, rasul Paulus, dan Timotius...yang kita ketahui dari Injil dan surat-surat yang dikirim kepada jemaat mula-mula...yang intinya adalah pengudusan diri...inilah ajaran Tuhan yang berbeda dengan ajaran manusia...dan  hanya dapat dinilai dengan ukuran rohani...tidak bisa dinilai dengan ukuran jasmani...GBU

Mat.19:12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." 

 

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

widdiy's picture

@sandiputra, wuenak lho...

Sandiputra said : Perhatikan kalimat yang di 'bolt' dan digaris bawahi...rasul Paulus sebenarnya mengajarkan 'hidup tidak kawin...untuk Tuhan' yang satu nafas dengan ajaran Tuhan Yesus...dan pengajaran ini diamalkan oleh Yesus Kristus sendiri, rasul Yohanes, rasul Paulus, dan Timotius...yang kita ketahui dari Injil dan surat-surat yang dikirim kepada jemaat mula-mula...yang intinya adalah pengudusan diri...inilah ajaran Tuhan yang berbeda dengan ajaran manusia...dan  hanya dapat dinilai dengan ukuran rohani...tidak bisa dinilai dengan ukuran jasmani...GBU

Widdi say : Sandiputra berarti kalau kawin tidak ada pengudusan diri??? Saya kasih tahu ya Sandiputra....kawin itu wueenak tenan lho.... apa kamu gak pengen kawin?? Laughing

Coba baca nih : 1Tim. 4:1-3
4:1 Tetapi Roh  dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian,  ada orang yang akan murtad  lalu mengikuti roh-roh penyesat  dan ajaran setan-setan 4:2 oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap  mereka. 4:3 Mereka itu melarang orang kawin,  melarang orang makan makanan  yang diciptakan  Allah supaya dengan pengucapan syukur  dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.

Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan untuk tidak kawin, demikian jg rasul Paulus. Malah Rasul Paulus mengatakan kalau ada ajaran yang melarang orang kawin adalah ajaran penyesat..

sandiputra's picture

@widdiy: kawin baik...tapi tidak kawin lebih baik...

Tuhan Yesus tidak melarang orang kawin...tapi Ia mengajarkan orang untuk hidup tidak kawin...seperti Dia...harus dibedakan antara 'melarang' dan 'mengajarkan'...GBU

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

jlwijaya's picture

D

D
jlwijaya's picture

Sandy: mau ngotot ngaco terserah sih.

1)kawiin berbuat baik ,berbuat baik kok kelonggaran:

7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.

2)perkatikan kontek dekat dulu ,paulus sedang menyatakan apa di ayat lima:

7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. 7:6 Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.

Ijin untuk berpisah bukan perintah tapi KELONGGARAN yang jangan di salah gunakan dan itupun jika DISEPAKATI BERSAMA ..........SAN,JANGAN TANPA DI SEPAKATI ISTRI MAIN BERPISAH SEMAU GUE YA SEKALIPUN ALASANNYA UNTUK BERDOA DENGAN KHUSUK.BOLEH BERPISAH ADALAH KELONGGARAN BUKAN PERINTAH ,PERGUNAKAN DENGAN CARA YANG BENAR YA.....

3) Dalam perkataan Yesus orang yang tidak kawin itu adalah ATAS KEMAUANNYA SENDIRI ,bukan permintaan TUHAN APALAGI PERINTAH. .....jadi dengan itu kamu menyatakan kawin adalah kelonggaran suatu hal yang ngaco ,karena baik YESUS DAN PAULUS tahu betul bahwa KAWIN ADALAH APA YANG DI KEHENDAKI DAN DI PERINTAHKAN ALLAH UNTUK MANUSIA.

sandiputra's picture

@jlwijaya: dicukupkan disini...

setelah berdialog sampai disini...memang saya sadari...kamu tidak mungkin mengerti...jadi sudahlah kita akhiri saja...sampai disini...saya mengucapkan terimakasih atas komentarnya...Tuhan Yesus memberkati kamu...GBU

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

jlwijaya's picture

Sandy:kalau kamu ngak mau ngaku ya sudah,itu soal kecil

soal kawin itu kelonggaran toh ngak ada statement jelas yang penting jangan menyuruh orang melakukan apa yang tidak di perintahkan Tuhan yaitu setelah percaya maka orang harus menceraikan istri kedua dan selanjutnya,karena di jaman pauluspun ada hal itu tetapi paulus tak memerintahkan seperti itu:

1Ti 3:2  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 

ayat ini tersirat ada saudara yang telah punya istri lebih dari satu dan mereka yang berstatus demikian jangan di angkat jadi penatua.tetapi sekalipun ada yang demikian paulus tak pernah memberi perintah agar mereka menceraikan istri2 yang lain yang telah ada pada merekasebelum mereka di selamatkan.
widdiy's picture

jlwijaya, saya setuju

Saya setuju dengan comment ini. Ini pula yang saya tanyakan di blognya sandputra yg membahas mengenai jabatan gerejawi, tapi gak dijelaskan oleh Sandiputra.

jlwijaya's picture

widdy:Jika sandy penuh Roh Kudus?

-Jika sandi penuh dengan Roh kudus ,mungkinkah Roh kudus tak menegurnya untuk ngaku salah.jika ia sudah salah???????????banyak kemungkinan :

1)Tidak memiliki Roh Kudus......sepertinya tidak

2)tak memahami pengurapan Roh Kudus,yang mengajar segala sesuatu?...mungkin jadi sudah salah masih ngotot.

3)Sering mengabaikan jadi tumpul? ......mungkin

4)melawan pengurapan karene gensi ngaku salah?...mungkin.

5) menang dia ngak mengerti? ...juga mungkin

6)Mungkin Pengalaman kepenuhan Roh kudusnya di aspek karunia saja, jadi masih belum bertumbuh cont di ind mencari bakat mereka masih kecil tapi sudah hebat, ini tak lain adalah ia berbakat tapi masih belum dewasa.......di kalangan pendeta karismatik hal ini terjadi, mereka berpikir karunianya menonjol adalah ukuran kedewasaannya ngak tahunya ia masih  seumur dengan brenden...saya menyatakan ini bukan untuk sandy saja tetapi semua termasuk saya.....berbahasa roh ,doa puasa 40 hari,mengusir setan,pandai kotbah,bisa bernubuat ,mandapat pengelihatan dan dapat membuat mijizat sehebat apapun ,semua itu bukan ukuran kedewasaan dalam Tuhan.

widdiy's picture

mungkin....

mungkin..... Laughing

jlwijaya's picture

Sandy:tak ada bukti di alkitab maupun buku2 kristen,bukan?

soal kawin itu kelonggaran toh ngak ada statement jelas di alkitab dan siapa di antara hamba Tuhan(yang di akui banyak kalangan sebagai Hamba Tuhan yang baik) yang berpendapat seperti itu ,di buku apa ,hal berapa?saya rasa ngak ada .tetapi sudahlah yang penting jangan menyuruh orang melakukan apa yang tidak di perintahkan Tuhan yaitu setelah percaya maka orang harus menceraikan istri kedua dan selanjutnya,karena di jaman pauluspun ada hal itu tetapi paulus tak memerintahkan seperti itu:

1Ti 3:2  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 

ayat ini tersirat ada saudara yang telah punya istri lebih dari satu dan mereka yang berstatus demikian jangan di angkat jadi penatua.tetapi sekalipun ada yang demikian paulus tak pernah memberi perintah agar mereka menceraikan istri2 yang lain yang telah ada pada merekasebelum mereka di selamatkan.