Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Growing Better [Not Bitter]
Happiness is only a state of mind.
Demikian kalimat indah itu saya dengar beberapa waktu lalu, dan lama saya hanya bisa memaknainya sebagai deretan kata-kata indah belaka tanpa makna yang mendalam. Bagaimana mungkin kebahagiaan hanya bergantung pada pikiran semata? Paling tidak pikiran kita tentunya dipengaruhi berbagai pengalaman kita bukan? Saat kita dikhianati teman, misalnya, tentunya pada kesempatan berikut pengalaman itu akan membuat kita menjadi semakin berhati-hati bukan? Bukankan tak seekor keledaipun yang mau jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kali? Bukankah rasa sakit membuat kita belajar untuk mencegah, menghindar atau paling tidak meminalisir munculnya rasa sakit di kemudian hari?
Duka juga dapat memgubah state of mind kita mengenai kehidupan ini. Duka dapat membuat dunia terlihat begitu muram dan menyakitkan, namun duka juga memberi peluang untuk tumbuh menjadi lebih baik. How we deal with sorrow will make us either bitter or better. Semua itu pilihan. Apakah kita memilih untuk menjadi pahit ataukah menjadi lebih baik.
Pertanyaannya adalah dapatkah kita bersyukur saat masa-masa sulit itu datang? Pemazmur dalam Mazmur 119 benar-benar membuat saya terkesima hari ini. Terutama ketika ia membandingkan saat sebelum mengalami kedukaan dan setelahnya. Hanya orang hebat yang mampu berkata bahwa ketertindasannya adalah hal yang baik; yang mendekatkannya pada Sang Pencipta dan tumbuh menjadi lebih baik.
Mazmur 119: 67-72 terus terngiang di kepala saya hari ini:
Sebelum aku tertindas, aku menyimpang.
Tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
Engkau baik dan berbuat baik;
Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta,
Tetapi aku, dengan segenap hati akan memegang titah-titah-Mu.
Hati mereka tebal seperti lemak,
Tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku,
Supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku,
Lebih dari ribuan keping emas dan perak.
Saya tidak tahu ketertindasan macam apa yang dialami pemazmur tersebut, namun jelas ketertindasan itu membuahkan kerinduan untuk mematuhi TUHAN dan kehausan akan firman-Nya. Jujur saja, sulit sekali untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain yang sedang terluka, bahwa kesulitan itu baik adanya. Tapi satu hal, TUHAN selalu dapat menyentuh hati-hati rapuh dengan tangan kasih-Nya, dan membentuknya menjadi lebih kuat.Saat kita terluka, memang rasanya lebih bagai terbunuh ketimbang tumbuh. Namun, bila TUHAN mengijinkan itu terjadi, saya yakin, IA membalut kita dengan kedua tangan-Nya yang lembut saat kita terluka. Seperti halnya ketika saya mendekap anak-anak saat mendapat vaksinasi di sekolah. Kadang saya tak tega mendengar tangisan mereka. Namun karena tahu vaksin itu mereka butuhkan, biarlah mereka menjerit kesakitan dan setelah itu menjadi lebih kuat. Dan memang, happiness is only a state of mind. We are free to choose to be better or bitter. Bahkan ketertindasanpun adalah suatu hal yang baik. Bahkan malam tergelap pun mampu memberikan istirahat yang nyaman bagi jiwa-jiwa lelah. Mengutip kata seorang teman, “Daun pepaya yang begitu pahit pun mampu menghilangkan lapar.”
Begitulah kiranya hidup ini. GBU.
- clara_anita's blog
- 3153 reads
clara: daun pepaya
dear clara, ikutan dikit...
daun pepaya antikanker juga lho...
seperti mentimun laut juga...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com