Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Demokrasi, digereja bisakah?

ground's picture

Demokrasi, di gereja bisakah?

 

Hampir di seluruh dunia, orang berseru untuk demokrasi, namun mereka lupa bahwa Adolf Hitler terpilih melalui sebuah pemilihan demokrasi. Demokrasi adalah pemerintahan oleh orang-orang yang dalam artian yang mayoritas. Di pemerintahan yang demokratis, kekuasaan utama di’jubah’kan kepada orang-orang dan dilaksanakan mereka secara langsung ataupun tidak langsung melalui suatu sistem representasi (perwakilan) yang biasanya secara periodik diselenggarakan pemilihan bebas.

Demokrasi adalah salah satu kebohongan besar di abad ke 20 ini. Seseorang tidak dapat menyenangkan semua orang di semua waktu. Demokrasi menyebabkan penduduknya berperang satu sama lain. Sekarang demokrasi memasuki masa-masa yang menentukan. Demokrasi sesungguhnya adalah suatu sistem yang terbuka untuk manipulasi. Kita memilih (–vote-) orang-orang yang membuat janji-janji yang kita dan mereka tahu bahwa mereka tidak dapat penuhi. Dan dalam banyak pemilihan, partai yang menang bahkan tidak mencapai 50% dari total vote. Ini dikarenakan cara yang mana para konstituen dimanipulasikan. Bahkan kapitalisme bergantung kepada penggodaan (seduction) melalui advertising (iklan-iklan) agar roda terus berputar.

Dalam sebuah pemilihan demokrasi, dengan dua partai-yang kekuatannya seimbang, maka yang minoritas mulai memainkan kontrol yang berlebihan. Agar supaya satu partai yang memenangkan pemilihan itu mereka selalu berusaha untuk memperoleh ‘perkenanan’ dari kelompok minoritas itu tadi. Jadi mayoritas yang diam yang memiliki keinginan-keinginan dan hak-hak mereka dikorbankan demi minoritas tadi.

Seseorang mengatakan, “Kapanpun sebuah otoritas yang lebih rendah melaksanakan otoritas atas otoritas yang lebih tinggi, anda memiliki/mengalami sihir”.

Jadi, bila gereja (orang-orang Kristen) meng-adopsi demokrasi sebagai tatanan Allah, bisa seperti apa jadinya? Padahal gereja harus menjadi contoh dalam pemerintah yang kesatuan, damai sejahtera dan saleh.

Apa yang kamu pikirkan mengenai hal ini?

 

__________________

(The proof of the pudding is in the eating)

Purnawan Kristanto's picture

Pilihan terbaik di antara yang terburuk

Ground, meski dengan segala kelemahannya, demokrasi adalah pilihan yang terbaik di antara yang terburuk. Kalau Anda tidak percaya pada demokrasi lagi, lalu mau percaya pada apa/siapa? Anda perlu memehami esensi dari demokrasi sebelum mengatakan demokrasi adalah kebohongan besar abad 21.

Demokrasi di gereja? Demokratis dalam pengertian yang apa? Kalau dalam hal rotasi kepemimpinan jelas tidak mungkin diterapkan karena pemimpin gereja adalah Allah. Dan itu adalah sekali untuk selamanya, nggak mungkin diganti.

Tapi kalau soal pengambilan keputusan, pada dasarnya pikiran manusia itu terbatas. Dua kepala lebih baik daripada satu kepala. Manusia itu bisa kliaf dan membutuhkan orang lain untuk menegurnya. Bukankah ini demokratis? Bukankah ini Alkitabiah?

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

ground's picture

@Purnawan;untuk negara saat ini, bisa jadi...

Model demokrasi adalah hamba/pelayan bagi semua. Fakta yang terjadi bahwa di negara demokrasi pun sekarang sedang diuji dalam berbagai hal. Okelah bila di negara, namun bila di gereja yang di sebut sebagai BANGSA yang KUDUS (Holy Nation--I Pet.2:9) bagaimana bisa? Maka gereja seharusnya bukan mengikuti dunia soal model pemerintahan.

John.P.Keller mengatakan:"Kepemimpinan adalah proses menggerakkan orang ke suatu arah yang sebagian besarnya melalui "cara-cara yang non-coercive (tanpa paksaan;tekanan;ancaman)". Sekali lagi dapat dilihat di demokrasi suatu negara  bahwa sistem/model ini terbuka bagi kontrol dan manipulasi.

Peter Wagner ( di bukunya “Your Spiritual Gifts Can Help Your Church Grow) mengatakan: “Sebagai seorang kongregasionalis saya benci untuk mengakui ini, namun demi pertumbuhan gereja-gereja , bentuk pemerintahan kongregasional adalah seperti batu kilangan di sekeliling leher. Fungsinya secara masuk akal adalah  bagi gereja 100 atau dua ratus anggota, namun ketika gereja bertumbuh antara 500 dan 1000 dan lebih, mereka sering kali akan  mendapati pertumbuhan mereka tertahan kecuali kalau sistem administrative disederhanakan/dipermudahkan bentuknya.   Bukannya sebuah diktartorship atau demokrasi, Allah telah memilih untuk membuat Tubuh Kristus sebuah organisme dengan Kristus sebagai kepala dan setiap angotanya berfungsi dengan karunia rohani. Memahami karunia-karunia rohani, kemudian, adalah kunci pengertian organisasi gereja.”

Masalahnya di demokrasi:  tidak dapat menyenangkan semua orang ; minoritas mulai melakukan pengendalian/control yang eksesif/melampaui batas/besar ; sebuah model yang terbuka bagi manipulasi dan kontrol. Demokrasi bukan cara Allah bagi gereja, dan saya tidak mendapatinya di Alkitab.

Malah yang saya dapati model yang tepat bagi gereja adalah keluarga.

Purnawa, dua kepala dalam kepemimpinan bisa jadi tampak seperti ‘monster’lah (two heads….:)), ada dwi-vision atau division atau perpecahan! Dan bahkan cara itu tidak ditemukan di Alkitab di gereja PB             :)

__________________

(The proof of the pudding is in the eating)