Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Warnet dalam gereja

Purnomo's picture
Paling tidak sudah 5 kali saya membaca blog Mini Road Show I yang diadakan di Solo tanggal 12 Oktober 2009 dan tetap saja ada yang tidak saya mengerti. Bukan tentang kain seprei dan jemuran pakaian yang dijadikan perlengkapan presentasi satgas YLSA yang melihat kiprahnya di internet memberi kesan megah dan kaya. Ini harus bisa dimaklumi tanpa protes karena YLSA telah mengedepankan kata “Mini” dalam kegiatan ini yang artinya boleh minimalis.
 

Yang membingungkan saya adalah untuk apa YLSA memromosikan situs biblikanya kepada para pendeta gereja minimalis? Pendeta minimalis memiliki jemaat tidak lebih dari 100 orang. Bisa ditebak sebesar apa gedung ibadahnya. Tak perlu ditebak besarnya honor yang diterimanya. Berapa orangkah di antara mereka yang memiliki komputer pribadi? Dari yang mereka yang punya komputer berapa orangkah yang suka berinternet – entah di rumahnya atau di warnet – dalam mempersiapkan karya pelayanannya?

Bukankah ini seperti memberi kursus mengemudi truk tronton kepada mereka yang saat ini hanya punya sepeda motor? Cicilan dan belum lunas lagi!

Saya tidak tahu apakah karena ada yang mengajukan pertanyaan di atas kepada YLSA maka Mini Road Show ke-2 di Solo (lagi) yang diundang adalah para pendeta dari beberapa gereja, dosen teologi, pengurus Perkantas juga LPMI dan para mahasiswa teologi. Yang diundang orang-orang keren. Tujuh belas di antaranya menenteng laptop sehingga merepotkan satgas YLSA dengan masalah hot spot di resto yang dipakai untuk seminar ini. Kalau pakai jemuran pakaian namanya kursus atau sarasehan. Kalau pakai resto baru boleh pakai nama seminar.

Saya tidak bermaksud mengejek YLSA atas kegiatannya itu. Ini perlu saya katakan terlebih dahulu sebelum ada yang bertanya, “pur, loe setiap bulan nyumbang berapa juta seh ke YLSA kok ribut sekali?” Lagipula bila ingin mengejek, tak pantas saya menulisnya secara terbuka seperti ini. Lalu untuk apa saya menulis di situs ini? Apa untuk mengatakan “mari meniru YLSA yang dengan daya dan dana minimalis berani terus maju melakukan langkah-langkah maximalis”? Boleh juga asal jangan menuduh saya menjilat YLSA.

Tanggal 25 November malam saya diundang bidston syukur seorang penatua atas selesainya renovasi gedung kantornya. Waktu standing party – karena makannya di garasi dan di situ tidak ada kursi – saya ditanya oleh ketua penatua, “Bagaimana perkembangan kursus komputer yang kamu berikan kepada para karyawan gereja?”

Saya tidak menjawab pertanyaan ini tetapi bercerita tentang jemaat muda usia yang sekarang sering janjian ketemu di gereja pada malam hari untuk kemudian ramai-ramai pergi entah ke mana. Mereka yang baru SMP atau SMA biasanya ke warnet dekat gereja untuk main game on-line. Saya mengingatkan pada masa remajanya ketika kami juga sering berkumpul di gereja sekedar main gitar atau bincang-bincang ngalor ngidul.

“Dulu kita tidak punya fasilitas untuk ke tempat-tempat hiburan sehingga tetap di gereja main gitar. Lalu kita membuat orkes suling recorder. Karena tidak punya uang kita beli pipa pralon untuk kita jadikan suling.”

“Main gitar rame-rame sekarang sudah tidak jamannya. Sekarang jaman internetan. Kalau gereja punya hot spot area, menurutmu bagaimana?”

Ia memanggil seorang teman yang pekerjaannya banyak berhubungan dengan teknologi informasi. “Mahal tidak membuat hot spot area di gereja?”

Ia bercerita membuat hot spot di kantornya dan biaya yang dikeluarkan tidak selisih banyak dengan biaya pulsa internet yang dipergunakan oleh kantor gereja kami. “Tetapi anak-anak muda yang berkumpul ‘kan tidak bawa laptop?”

“Kita sediakan 3 atau 4 PC di aula. Komputer rakitan tidak mahal. Apalagi kalau ada jemaat punya komputer pentium 4 yang menganggur di rumah dan mau meminjamkan kepada gereja.” “

Memangnya sidang majelis mau menyetujui adanya hot spot area untuk main game on-line?” protesnya.

“Itu manfaat pertamanya. Manfaat kedua, untuk kepentinganku. Entah sudah berapa tahun di Sekolah Minggu anakku selalu ditugaskan di seksi aktivitas anak. Kuota 3G-ku di rumah tengah bulan sudah habis gara-gara ia rajin download bahan-bahan aktivitas anak. Tidak ada rekannya yang bisa menggantikannya karena mereka tidak punya fasilitas internet di rumah. Fasilitas internet di gereja hanya buka pada jam kerja kantor dan hanya ada di 3 komputer yang tidak pernah menganggur. Jika ada hot spot area dan komputer untuk aktivis level bawah, anakku bisa pensiun dari seksi itu dan jatah highspeed-ku di rumah bisa sampai akhir bulan. Belum lagi para aktivis lain yang perlu surfing untuk mencari bahan-bahan PA atau membuat renungan bagi komselnya. Mereka pasti sangat terbantu dengan adanya fasilitas ini yang kita buka sampai jam 9 malam.”

“Manfaat ketiga, menjadi berkat bagi gereja lain. Kalau proyek ini disetujui, pada hari peresmiannya kita panggil orang-orang YLSA untuk memperkenalkan situs biblikanya. Kita juga undang guru-guru Sekolah Minggu dari gereja tetangga, para pendeta gereja kecil dan para guru agama Kristen di SD Negeri untuk belajar bersama. Kita tidak mungkin memberi mereka yang datang dari gereja lain laptop sebagai kenang-kenangan. Sebagai gantinya untuk membantu kerja pelayanannya, mereka boleh mempergunakan fasilitas ini sebagai warnet gratis. Bagaimana?”
“Setuju,” kata ketua penatua. “Kamu ajukan proposal rincinya.”
Wah, kejatuhan rejeki saya ini. Satu tugas belum tuntas sudah muncul tunas tugas yang baru. Tapi tak apalah karena yang repot nanti bukan saya saja.
Jadi, jelas sudah tujuan saya “meledek” satgas Mini Road Show YLSA di situs ini. Untuk pamer kecemerlangan otak saya? Boleh juga. Tetapi yang lebih penting adalah saya ingin mereka yang membaca tulisan saya ini berlomba dengan saya untuk memanfaatkan YLSA habis-habisan.
Meminjam gaya bahasa SabdaSpace, “mari kita memeras dan memenyet-menyet orang-orang YLSA agar berkat yang ada dalam tubuh mereka muncrat keluar untuk mengenyangkan rohani kita.”
Siap?
Laksanakan!
(the end)

 

 

Rusdy's picture

Ayo Kita Menyet Rame-Rame

"mari kita memeras dan memenyet-menyet orang-orang YLSA agar berkat yang ada dalam tubuh mereka muncrat keluar untuk mengenyangkan rohani kita"

Ayoooo! (Daripada maen gitar ato bikin suling pralon, ya toh?)