Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
UNFAIR
Saya sangat tertarik untuk menggunakan pendekatan kelompok dalam menyampaikan bahan ajar, baik itu pada kelas rendah maupun pada kelas tinggi. Alasannya, dengan bekerja dalam kelompok, anak-anak dapat belajar tidak hanya dari materi yang diberikan, tapi juga dari interaksi antar anggota kelompok. Sayangnya, gagasan ideal ini tak mudah untuk dilaksanakan.
Mengapa? Karena tak peduli metode pengelompokan apapun yang saya gunakan, komentar mereka pasti sama: THAT IS UNFAIR!! Ketika saya menggunakan metode acak, mereka pasti protes karena tidak cocok dengan salah satu atau beberapa rekan sekelompok. Pada saat saya beri kebebasan untuk memilih kelompok masing-masing, sudah bisa dipastikan akan terjadi kekacauan. Tanggapan yang muncul pun pasti tak jauh dari, "Wah, Ms. Nggak adil. unfair. Masak sih di kelompok sana anggotanya pinter-pinter semua. Pokoknya ini nggak fair Miss!"
Aduh, saya pun jadi bingung. Maksud hati membuat mereka belajar saling menghargai dan belajar dari kekurangan dan kelebihan satu sama lain, tapi justru protes yang saya tuai. Karena bingung, akhirnya saya pasang sikap apatis. "The grouping is fixed. No one can move!" Begitu saya tegaskan pada anak-anak yang tidak puas.
Bagaimana akhirnya? Meskipun bersungut-sungut toh akhirnya mereka juga bisa menghasilkan karya yang baik, dan saya yakin diam-diam mereka juga dapat belajar dari teman-teman yang sebelumnya belum pernah mereka lirik. Begitupun, hingga saat ini mereka masih meneriakkan kata yang sama saat saya membagi kelompok : UNFAIR!!!
Dalam keseharian perjalanan hidup ini pun seringkali hidup terasa begitu tidak adil. Tidak hanya sekali saya berteriak pada Tuhan, "Lord, this is so unfair!" Bayangkan saja, ada keluarga yang begitu mendambakan anak tapi tak kunjung juga dikaruniai momongan, tetapi ada juga keluarga yang dikaruniai banyak anak yang kemudian diperlakukan dengan kasar, dilecehkan, bahkan dijual. Banyak orang yang menderita sakit karena kekenyangan sementara banyak orang yang tak tahu apa besok mereka masih bisa makan. Ada yang dikaruniai jalan mudah dengan limpahan dukungan finansial dan koneksi, sementara ada pula yang harus merangkak dan jatuh bangun hanya sekedar untuk bertahan hidup. Saya yakin Anda dapat melanjutkan daftar ini hingga ribuan jumlahnya. Mengapa???
Saya hanyalah orang awam saat bicara tentang hal-hal alkitabiah. Tapi kebetulan saya menemukan ayat yang saya kira bisa menjawab pertanyaan saya. Mengapa hidup ini tidak adil? Karena "... Gunung Batu yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia."(Ulangan 32:4)
Jelas, bukan kita yang berhak mengatakan apakah hidup ini adil ataupun tidak. Kita tidak mempunyai kemampuan dan otoritas untuk "mengadili" hidup. Alasannya sederhana, kita tidak pernah tahu jalan rencana Tuhan. Mungkin saja penderitaan yang harus kita alami sekarang, ketidakadilan yang tak kan mampu kita ubah adalah jalan rencana Tuhan. Semenyakitkan apapun nampaknya jalan itu, kalau memang jalan itu yang Ia kehendaki pastilah itu jalan yang adil. Lihat sisi positifnya, paling tidak semakin terjepit umumnya kita jadi makin dekat pada-Nya. Di samping itu pastinya setiap kesulitan akan megajarkan kita hal-hal baru. Kita jadi makin dekat Tuhan, makin kuat, makin kaya pengalaman dan makin bijaksana dalam menghadapi hidup.
Tuhan itu adil, dan kita tak dapat mengetahui seujung kuku pun tentang rancangan-Nya pada hidup kita. Jadi, inti masalahnya bukan mengapa hidup ini tidak adil, tetapi pada keyakinan kita pada Tuhan pemilik dan perancang hidup. Yakinlah, Tuhan tahu dan mengerti sepenuhnya apa yang sedang diperbuat-Nya serta batas-batas kemampuan kita.
Mungkin hidup memang tidak akan pernah terasa adil.
Tapi, yakinlah bahwa Tuhan Sang Pemilik Hidup selalu setia membimbing kita menempuh kehidupan yang penuh dengan ketidakadilan ini.
Tuhan Memberkati kita semua.
- clara_anita's blog
- 5292 reads