Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Unbearable passion for a glass of coffee

Purnomo's picture

Dari sebuah ruang saya mendengar suara orang-orang berlatih menyanyi. Agaknya mereka adalah para pemandu jemaat menyanyi dalam ibadah Minggu depan. Saya heran mendengar bahasa aneh yang mereka ucapkan di sela lagu-lagu itu. Setelah menajamkan telinga baru saya sadar itulah yang biasa disebut orang bahasa roh. Ternyata berbahasa roh juga perlu latihan terlebih dahulu.

– o –
          Hampir pukul 8 malam waktu saya memacu mobil dari gereja pulang ke rumah. Dua orang puteri saya yang ikut serta heran melihat saya mengemudi tidak seperti biasa, santai dan tak pernah mendahului mobil lain.
          “Mau be-a-be ya?” tanya si sulung.
          “Kalau mau be-a-be pasti sudah aku setorkan di gereja tadi,” jawab saya. Malam itu saya mengantar-jemput mereka menghadiri kelas persiapan guru SM. Selama menunggu biasanya saya membaca buku di perpustakaan gereja atau berbincang-bincang dengan satpam atau koster gereja. “Aku pingin sekali minum kopi.”
          “Kebetulan di depan ada cafe,” sahut si bungsu sambil tertawa. “Kamu minum kopi, kami makan steak.”
          “Aku pingin minum kopi, bukan capucino atau milk shake,” jawab saya sambil menekan pedal gas lebih dalam agar masih mendapat lampu hijau di sebuah perempatan jalan.
          “Sebelum tanjakan di seberang pasar ada rumah makan Padang. Pasti jual kopi tradisional. Teh taluak mungkin ada,” si bungsu mengingatkan kesukaan saya akan teh telur waktu kami tinggal setahun di Padang.
          “Kamu ini maunya jajan saja. Kita langsung pulang. Aku mau minum kopi di rumah!” saya mematikan ase dan menarik tuas ke gigi tiga siap menempuh tanjakan panjang tanpa mengurangi kecepatan.
 
          Apa istimewanya kopi seduhan di rumah? Ambil gelas kosong, masukkan satu sendok teh kopi instan, satu sendok teh bubuk creamer, beberapa butir pemanis dan air panas dari termos. Tidak ada yang istimewa. Apa saya berpantang gula sehingga tidak mau minum kopi di warung? Tidak! Setiap makan di luar rumah pasti saya memesan segelas es teh manis. Kalau makan pizza saya memesan milk shake.
 
          Tetapi mengapa saya pingin sekali minum kopi di rumah jika rasa yang sama bisa saya dapatkan di jalan? Saya tidak tahu. Tetapi keinginan itu begitu besar sehingga saya ingin cepat sampai di rumah dan langsung menyeduh kopi. Tenggorokan terasa menyempit sehingga saya agak sulit bernafas. Keinginan saya minum kopi di rumah seperti kebelet be-a-be.
 
          Saya mengambil rute yang tidak biasa saya lalui. Rutenya agak lebih panjang tetapi tidak begitu ramai dan saya hanya bertemu dengan dua traffic light yang semuanya sedang hijau ketika saya melintasinya. Waktu tempuh yang biasanya 30 menit berubah menjadi 15 menit. Saya melintasi gerbang perumahan tanpa meneriakkan salam kepada satpam.
 
          Pintu rumah tertutup. Saya mematikan lampu mobil sebelum mematikan mesin. Tetapi saya menyalakannya kembali.
          “Ada apa?” tanya si sulung.
          “Tadi waktu lampu mobil aku matikan, rasanya masih tersisa pantulannya di kaca jendela rumah,” jawab saya.
          Lampu mobil saya matikan lagi. “Coba kamu lihat kaca jendela.”
          “Sepertinya itu bukan sinar lampu dari dalam rumah karena agak kemerahan,” jawabnya.
          Segera saya turun dari mobil dan membuka pintu rumah dengan kunci yang saya bawa. Begitu pintu terbuka udara hangat menerpa wajah saya. Lampu yang menempel di langit-langit ruangan tak bisa bersinar terang karena ruangan dipenuhi asap hitam. Di lantai di tengah ruangan ada cairan yang mendidih karena terbakar dan nyala apinya hampir setinggi satu setengah meter. Bergegas saya masuk ke kamar mandi. Ada ember plastik besar di situ dan saya masukkan ke dalam bak air. Air satu ember saya siramkan ke lantai. Sesaat api menjulang ke atas hampir menjilat langit-langit rumah sebelum padam. Saya membuka semua pintu dan jendela ruangan itu. Saya masuk ke kamar tidur. Ternyata istri saya sedang tidur pulas. Saya membangunkannya.
 
          “Rumah hampir terbakar,” kata saya.
          Dia keluar kamar dan berdiri terpaku melihat keadaan di ruang depan. Ada jelaga hitam menempel di beberapa tempat di dinding dan langit-langit rumah. Setelah berhasil menenangkan diri, dia bercerita.
 
          Sebagai wakil kepala sekolah dia bertugas mengumpulkan uang SPP dari para guru. Tadi dia sedang menghitung uang SPP yang akan disetor ke bank ketika listrik padam. Dia mengambil lilin besar dari dapur, menyalakan dan meletakkannya tanpa alas di atas meja plastik di mana terletak semua yang tadi dikerjakannya. Lalu dia masuk ke kamar tidur untuk mencari sesuatu. Kelelahan tubuh karena bekerja sepanjang hari membuat dia ingin berbaring sejenak di atas kasur. Dan dia terlelap.
 
          Kelanjutan cerita dapat ditebak. Lilin itu menyala sampai habis dan apinya membakar meja plastik. Meja itu ambruk ke lantai bersama semua barang yang ada di atasnya: dompetnya dan beberapa ikat uang. Cairan plastik itu terbakar dan genangannya makin melebar. Di dekatnya ada 3 kursi plastik yang bila tersambar api pasti akan menambah jumlah genangan cairan plastik yang bisa bergerak ke segala arah untuk kemudian membakar barang-barang lain.
 
          Menjelang tengah malam ketika istri dan anak-anak saya telah tidur, saya masih duduk di halaman belakang memikirkan peristiwa ini ditemani segelas kopi. Saya tidak memikirkan kerugian yang harus kami tanggung karena hanya sebuah meja plastik yang harganya sekitar 75 ribu rupiah. KTP dan SIM hanya terbakar sudutnya sehingga masih bisa dipergunakan. Puluhan lembar uang hanya hangus seperempat bagiannya sehingga besok bisa saya tukarkan di Bank Indonesia. Sekalian saya akan membeli 3 emergency lamp dan menyingkirkan semua lilin yang ada. Tetapi saya memikirkan apa yang membuat saya tadi ingin sekali minum kopi di rumah sehingga rumah yang baru saya tempati 2 tahun semenjak saya kembali ke kota Semarang ini luput dari kebakaran.
 
          Apakah dikarenakan kebetulan tubuh saya butuh kafein? Saya memandang gelas kopi. Setelah lewat 3 jam baru saya ingin minum kopi. Bukan, bukan itu. Saya senang minum kopi tetapi saya tidak kecanduan.
          Apakah ada telepati dari rumah? Istri saya tidur pulas. Bagaimana dia bisa mengirim signal ke otak saya? Hanya tertinggal satu jawaban, malaikat pelindung saya. Dia pernah membuat saya menggigil kedinginan sampai gigi saya beradu ketika masuk sebuah kamar PSK sehingga saya membatalkan niat jelek saya. Entah apa yang dia lakukan terhadap wajah saya ketika saya terpaksa menghadapi seorang preman pasar dengan rasa takut yang amat sangat tetapi ternyata preman ini kemudian tak berani memandang wajah saya bahkan beriba-iba meminta maaf.
 
          Saya bukan orang yang mudah memercayai peristiwa-peristiwa mistis atau supranatural. Ketika saya berada dalam kelas katekisasi, pendeta juga mendorong saya untuk berpikir kritis bahkan terhadap Alkitab. Hidup puluhan tahun dalam komunitas berbagai gereja telah memberi saya pengetahuan kemungkinan adanya kebohongan dalam peristiwa-peristiwa mistis dan supranatural yang direkayasa untuk kepentingan sepihak. Bahkan saya pernah dikecoh oleh seorang gadis remaja yang mengaku berteman dengan mahluk halus yang dengan cara gaib telah membelikannya banyak barang kosmetik. Dia berteriak-teriak histeris bila sedang didoakan oleh para pendeta yang mengunjunginya dan mendoakannya “dalam nama Tuhan Yesus”. Ketika saya menyerah, seorang teman yang tidak pernah belajar psikologi atau teologi menggantikan saya. Belum seminggu ia telah berhasil melepaskan gadis ini dari kuasa jahat. “Kurang ajar,” ceritanya. “Dia merekayasa cerita karena kesepian di rumah ditinggal bekerja oleh kedua orang tuanya. Kebetulan otaknya cerdas, pengetahuannya luas dan imajinasinya tinggi.”
 
          Namun demikian saya tidak mau berada di sebuah ekstrim yang menafikan semua peristiwa gaib dengan abnormal psychology atau tuduhan penipuan. Saya tidak mau menzalimi apa yang tidak lazim karena Alkitab Perjanjian Lama sendiri banyak menyajikan peristiwa-peristiwa yang sampai sekarang masih tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia sehingga tersisa 2 pilihan dalam menyikapinya. Menerimanya sebagai peristiwa supranatural atau menuduh para penulisnya penipu. Jangankan peristiwa yang telah lama sekali berlalu. Bahkan dalam Perjanjian Baru ilmu yang dimiliki manusia juga belum mampu menjelaskan kebenaran munculnya Bintang Betlehem yang bergerak menuntun orang majus dari timur. Menjadi orang Kristen berarti juga memercayai dunia lain yang tidak kasatmata. Walau kita tidak pernah melihat Tuhan, itu tidak bisa dijadikan dasar untuk berpendapat Tuhan tidak ada. Walau indera kita tidak pernah melihat sosok roh-roh gaib (yang baik atau yang jahat), itu juga tidak bisa dijadikan dasar untuk meyakini mereka tidak ada di sekitar kita.
 
          Belum lama berselang saya mengunjungi sebuah gereja pada hari kerja untuk menemui pendetanya. Dari sebuah ruang saya mendengar suara orang-orang berlatih menyanyi. Agaknya mereka adalah para pemandu jemaat menyanyi dalam ibadah Minggu depan. Saya heran mendengar bahasa aneh yang mereka ucapkan di sela lagu-lagu itu. Setelah menajamkan telinga baru saya sadar itulah yang biasa disebut orang bahasa roh. Ternyata berbahasa roh juga perlu latihan terlebih dahulu. Karena itu ketika bertemu dengan pendetanya pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah, “Maaf Pak, apakah gereja ini gereja nge-roh?”
 
          Namun peristiwa ini tidak membuat saya berhenti memercayai adanya bahasa roh. Saya percaya bahasa roh masih diberikan kepada orang-orang tertentu oleh Tuhan seperti halnya mukjizat penyembuhan dan kuasa menengking roh jahat. Sebaliknya, dengan akal budi yang Tuhan anugerahkan saya berusaha menjaga agar kepercayaan akan adanya alam gaib berserta para penghuninya tidak membuat saya berada di ekstrim lain yang mengaitkan setiap yang aneh dengan mistik atau daya supranatural.
 
          Banyak orang saat ini tidak menyadari dua ekstrim ini telah berubah menjadi dua ekstrim besar yang diam-diam menyusup ke dalam gereja melapukkan tiang-tiang utama iman Kristen. Yang satu menjadi ekstrim kiri yang meragukan Alkitab. Ayat-ayat Alkitab dimasukkan ke dalam kuali logika sehingga muncul beberapa masakan baru. Alkitab itu bukan Firman Tuhan tetapi buku yang berisi Firman Tuhan. Dengan demikian Alkitab tidak 100% benar karena kepentingan para penulisnya tidak bisa diabaikan. Semua mukjizat yang dikisahkan harus dirasionalisasikan. Yesus adalah manusia – bukan Allah – karena kebangkitan-Nya hanyalah cerita simbolis.
 
          Yang lain menjadi ekstrim kanan yang memercayai Alkitab sekaligus menambah-nambahinya karena wahyu tertulis belumlah lengkap tanpa wahyu lisan. Ekstrim ini membuat pendeta berubah menjadi malaikat karena bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan Allah setiap malam bahkan sering mendapat bonus wisata ke sorga. Setiap orang sakit yang dijamahnya pasti sembuh. Bila tidak sembuh, berarti orang itu masih punya dosa yang dirahasiakan. Setiap anak Tuhan harus kaya karena Bapanya mahakaya. Jika terus-menerus miskin berarti ia masih berada dalam kutukan. Bahkan seorang pendeta pernah di tengah-tengah kotbah berhenti berbicara. Sebelum turun dari mimbar, ia berkata “Roh kudus baru saja membisiki saya untuk berhenti berkotbah.” Jika saya sekarang menghentikan serial ini, mohon tidak ditafsirkan karena dibisiki roh kudus. Saya berhenti karena memang sudah kehabisan bahan.
 
          Efesus 4:21-24. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
 
(the end)
 
 
Serial kisah mistis.
bag 11: Unbearable passion for a glass of coffee.
rogermixtin09's picture

Pak Pur,bintang Betlehem.

Salam Pak Purnomo

Cerita mengenai kesabaran yang tak tertahankan untuk minum kopi anda,juga sering saya alami khususnya dalam pekerjaan saya.Bahkan ketika hidup saya masih jauh dari Tuhan,hal ini sering saya alami.Ketika haluan sudah menuju ke atas karang karena keteledoran perwira jaga,saya sering terbangun atau lebih tepat "dibangunkan".Saya percaya itulah pekerjaan Roh kudus.

Tetapi soal mujizat penyembuhan lewat sesorang sebagai media,saya belum bisa menerimanya.ilmu kedokteran adalah karunia Tuhan dan Dokter adalah orang yang dipakai Tuhan untuk melakukan mujizat penyembuhan.Apabila pendeta dan penginjil mampu melakukanya tanpa perawatan medis,maka ilmu kedokteran tidak ada gunanya.Orang Kristen tidak perlu ke Dokter atau rumah sakit,cukup didoakan saja sembuh.Saya sendiri tidak percaya kalau para pendeta dan penginjil yang mengaku mampu melakukan mujizat itu tidak ke Dokter atau rumah sakit waktu mereka sakit.he he he, cuma perasaan saya saja.

Bahkan dalam Perjanjian Baru ilmu yang dimiliki manusia juga belum mampu menjelaskan kebenaran munculnya Bintang Betlehem yang bergerak menuntun orang majus dari timur.

mengenai ini ada sebuah film BBC Discovery yang sudah membahasnya secara ilmiah.

Trims

Tuhan Yesus memberkati

minmerry's picture

Double Esspresso

Pak Pur, tadinya, tadinya lhooo, kirain Pak Pur mau nambah link ke Double Esspresso-nya Min... Smile

(*menundukkecewa*) hehe.

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil

ebed_adonai's picture

jadi ingat...

Shalom mas Purnomo...

Jadi ingat akan omongan seorang pendeta yang saya kenal di Magelang beberapa tahun lalu.. Apa yang beliau katakan kurang lebih dengan apa yang dikatakan mas Purnomo (tentang ekstrim kiri-kanan).

Hal-hal yang bersifat kerohanian memang seringkali sulit untuk dipetakan dengan rasio. Namun, kalau Allah tidak mau kita menggunakan rasio sama sekali (termasuk dalam menelaah firmanNya sendiri), mengapa Ia menaruhnya di kepala kita?

Saya pribadi sampai sekarang masih bergumul untuk memahami misteri ini..., masih banyak bingungnya...

                               ------ It's good to be back home again ------

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Purnawan Kristanto's picture

Horeeeee!!

Horee..... kang Ebed balik maning

 

All About Writings

__________________

------------

Communicating good news in good ways

joli's picture

kang ebed, kangen oiii

It's good to be back home again ------

Good, good, welcome home..
Kuangen neh, melebihi kangen-na kopi pahit ;)

sandman's picture

JOLI jarene...

Katanya orang kangen itu hidupnya dimasa lalu.. piye toh?

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

minmerry's picture

Ebed!!!

.............You're Back! Happy, happy, happy.

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil