Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tribute: Bapa Yang Setia (1)

John Adisubrata's picture

Oleh: John Adisubrata 

MY FATHER, MY HERO 

Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku. (Amsal 4:1)

Ayah saya bukan seorang ayah yang sempurna. Seperti kebanyakan ayah-ayah orang lain, ia juga mempunyai banyak kekurangan. Selain orangnya memang pendiam dan jarang mau berkata-kata jika tidak diperlukan, ia mempunyai tabiat yang keras, kemauan yang tidak kenal menyerah, sifat-sifat yang amat tegas dan tindak-tanduk penuh kewibawaan.

Selama masa-masa pertumbuhan saya, saya mengenal ayah saya sebagai seorang pria yang selalu memperlihatkan raut muka yang serius. Jarang sekali ia mau bergurau. Kadang kala saja saya bisa menyaksikan ia bercanda dengan kami, anak-anaknya. Sering kali saya harus menerima pukulan-pukulan rotan dari genggaman tangannya yang kekar dan kuat, jika saya bertindak nakal dan melakukan kesalahan atau hal-hal yang membangkitkan amarahnya.

Bagi mereka yang belum mengenal dirinya secara akrab, ia selalu terkesan galak sekali.

Dahulu tidak jarang saya merasa kecewa mempunyai ayah seperti dia, terutama jika melihat sikap ayah-ayah teman saya yang jauh lebih fleksible, ramah, kocak, dan terutama, yang memperlakukan anak-anak mereka seperti sahabat-sahabat yang sebaya umurnya. Tetapi semenjak saya mulai menginjak usia dewasa, apalagi sesudah saya mengenal Tuhan, saya bisa memaklumi karakter-karakternya.

Ayahnya meninggal dunia ketika ia baru berumur lima tahun. Bersama dengan kakak perempuannya ia dibesarkan oleh ibu mereka seorang diri. Dan sebagai seorang janda yang masih berusia cukup muda, nenek kami harus berjuang keras untuk bisa membiayai kehidupan keluarganya. Keinginannya hanya satu, yaitu melihat ayah saya meneruskan pendidikannya di sekolah tinggi.

Tanpa figur seorang laki-laki di dalam rumahnya, ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang amat cerdas dan penuh ambisi. Selain mempunyai IQ yang tinggi sekali, sedari kecil ayah saya adalah penggemar kegiatan-kegiatan sport, bahkan pada masa mudanya ia terjun di sana untuk mengambil bagian di dalamnya. Salah satu ‘puncak’ yang berhasil diraih olehnya di bidang kesayangannya tersebut, adalah ketika ia menjadi salah seorang pemain sepak bola kesebelasan nasional Singapore. Beberapa tahun lamanya ia ikut mewakili mereka bertanding melawan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Sampai usianya yang lanjut ia tetap rajin berolahraga, terutama di bidang tenis.

Entah oleh karena pengaruh pendidikan tanpa kehadiran seorang ayah di dalam hidupnya, ia jarang sekali menunjukkan affection-nya kepada kami. Tak pernah sekalipun ia menunjukkan kasih sayangnya kepada kami, anak-anaknya, melalui sentuhan atau pelukan. Kendatipun sinar wajahnya sering kali membuat kami, dan juga para pegawai perusahaannya merasa takut, gentar dan mau-tidak-mau ... harus menghormatinya, ia sebenarnya memiliki banyak sekali karakter-karakter lembut mengagumkan yang tersembunyi rapat di baliknya.

Tidak pernah ia menunjukkan perbedaan di dalam mengasihi anak-anaknya. Kami selalu menerima perhatian yang sama. Salah satu tabiatnya yang positif adalah kenyataan, bahwa ia tidak pernah membedakan anak-anaknya berdasarkan ‘penampilan’ mereka. Ia tidak hanya mengasihi dan memperhatikan anak-anaknya yang bertampang cakap, tetapi ia juga tidak mengabaikan yang lain, yang berwajah biasa-biasa saja.

Kakak laki-laki saya, anaknya yang keempat, dikaruniai oleh Tuhan wajah yang sangat tampan. Ia lahir sebagai bayi yang berwajah sempurna, lucu dan menawan hati. Oleh karena kelebihan-kelebihannya itu, ia mendapat perhatian dari banyak sekali anggota keluarga kami. Ia disayangi dan dielu-elukan oleh semua orang. Setahun kemudian, ketika saya, ... anak bungsunya, hadir di dunia untuk pertama kali, sambutan yang saya terima dari mereka berbeda sekali. Kekurangan-kekurangan yang saya miliki tampak nyata dibandingkan dengan kesempurnaan kakak saya sebagai bayi berwajah cakap yang sudah menawan hati mereka.

Selama masa-masa pertumbuhan kami, mereka tidak pernah berhenti mengingatkan saya mengenai perbedaan tersebut. Bahkan sebagian dari mereka terang-terangan memperlakukan kami secara berlainan. Mungkin di luar kesadaran mereka sendiri, mereka ingin memastikan, agar saya tidak akan melupakan kejadian itu untuk selama-lamanya. Tampaknya tujuan mereka berhasil dengan jitu sekali!

Tetapi ... ayah saya tidak pernah membedakan kami berdua! Ia sudah bisa melihat jauh ke depan kelebihan-kelebihan saya di balik segala kekurangan ‘tampak luar’ yang tidak bisa disembunyikan tersebut. Nasihat rasul Paulus yang mengatakan: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21) benar-benar diterapkan olehnya di dalam kehidupan kami berdua. Dan akibatnya, … perlakuannya yang adil tersebut membekas di dalam hati saya untuk selama-lamanya.

Sedari kecil perasaan minder menghantui diri saya yang menyebabkan saya sering kali bertanya-tanya: “Mengapa wajahku tidak setampan wajah kakakku? Mengapa diriku tidak sempurna seperti dirinya?” Saya rindu sekali untuk mendapatkan perhatian dari keluarga-keluarga kami sebesar perhatian yang mereka berikan kepadanya.

Di sanalah Tuhan menjawab dan menunjukkan kepedulian-Nya terhadap segala jeritan-jeritan pedih tak terucapkan yang sudah mengendap lama sekali di dalam hati saya semenjak saya mengerti akan arti perbedaan-perbedaan perlakuan mereka terhadap kami berdua. Suatu hal yang mengharukan sekali terjadi ketika saya menginjak usia remaja, yang tidak akan pernah saya lupakan lagi untuk selama-lamanya.

Pada suatu hari … ketika saya masih berumur kira-kira 16 tahun, setelah menatap wajah saya beberapa saat lamanya dengan kedua mata yang bersinar-sinar penuh kebanggaan, ia berkata: “John, tidak pernah terbayangkan oleh Papa, bahwa engkau sekarang bisa berubah menjadi seperti ini.”

Oh, ... suatu pernyataan indah dan penghargaan dari seorang ayah yang seketika itu juga melambungkan kepercayaan diri saya ke suatu ‘tingkat’ yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Bahwa seorang pendiam seperti dia yang jarang sekali mau menunjukkan emosinya di hadapan orang lain, mau menyatakan perasaannya seperti itu, … hanya untuk saya seorang saja, adalah suatu mujizat yang tidak pernah saya harapkan. Perlakuan ayah saya berhasil membina kembali citra diri saya yang pada waktu itu sudah hancur berantakan. Di mata saya tindakan yang baru ia lakukan tersebut adalah suatu kehormatan yang luar biasa!

Memang benar ... kendatipun pada saat itu wajah saya masih tetap tidak setampan wajah kakak saya, tetapi Tuhan bertindak adil sekali, sebab selama tahun-tahun pertumbuhan kami, perbedaan yang tadinya berjarak cukup jauh, … perlahan-lahan menjadi berkurang. Ia mengaruniakan kepada saya beberapa ‘kelebihan’ untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang tadinya tampak jelas sekali di mata orang-orang lain.

Semenjak saat itu saya menjadi semakin mengasihi dan menghormati ayah saya. Saya merasa bahagia sekali menyadari, bahwa ia ternyata bangga mempunyai anak seperti saya, dan mau menghargai diri saya seperti apa adanya.

Ia adalah pahlawan saya yang terbesar, yang telah dipakai oleh Tuhan untuk memulihkan citra diri saya yang sedang terluka parah. Tanpa ingin menimbulkan kesan, bahwa saya mengabaikan kasih dan penghargaan ibu atau saudara-saudara saya, saya ingin meluruskan, bahwa kenyataannya adalah: ... hanya ayah saya saja yang berhasil meninggalkan bekas-bekas tak terlupakan itu terukir di dalam hati dan kehidupan saya untuk selama-lamanya.

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur 103:13) 

(Bersambung) 

Tribute:

BAPA YANG SETIA (2) 

MY FATHER, MY SAVIOUR

Josua Manurung's picture

I do believe...

I do believe you will be a good father for your kids, the same like Hai-hai... keep up the good work...

BIG GBU!

__________________

BIG GBU!

hai hai's picture

Menjadi Ayah Yang Lebih bijaksana

Pak John, cerita anda sangat indah untuk dibaca, namun saya yakin, ketika mengalaminya dulu, anda menjalaninya dengan tertatih-tatih. Ha ha ha, kalau saja para Bapak mau berlaku sedikit bijaksana, mungkin kehidupan anak-anaknya akan jauh lebih mudah dan indah.

Ayah saya kurang bijaksana menjalankan fungsinya sebagai ayah. Saya berusaha keras untuk menjadi ayah yang lebih baik. Saat ini hubungan saya dengan anak saya sangat baik. Kami saling menghormati dan saling menyayangi.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Mengasihi Anak Tunggal, ... Mudah!

Seperti yang sudah ditulis oleh Jos, saya setuju Hai Hai adalah seorang ayah yang baik dan bijaksana. Kelihatan sekali melalui artikel petualangan Anda sekeluarga: 'Wisely dan Jeram Cicatih'.

Anak saya cuman satu, karena itu jika kami berdua mengasihinya, ... mudah, soalnya tidak ada yang lain yang bisa dibedakan.

Berlainan banget dengan keluarga yang mempunyai anak banyak seperti keluarga kami. Kisah yang saya alami itu nyata sekali!

Orang-orang tua condong mengasihi anak-anak mereka, satu lebih daripada yang lain, sering kali gara-gara penampilan atau sifat-sifat yang lebih cocok. Puji Tuhan, ayah saya tidak!

BTW, where are the photographs you've promised me? Nanti timbilen, lho! I'm still waiting.

Tuhan memberkati selalu,

John Adisubrata

hai hai's picture

Foto Wisely & Jeram Cicatih

Josua, dan pak John, terima kasih atas pujiannya, membangkitkan semangat untuk terus berlatih jadi ayah yang bijaksana. Tolong doakan terus agar saya berhasil, please!

Pak John, bagi seorang ayah, mengasihi anak-anaknya tidak sulit. Yang susah adalah menyatakannya dan menyatakannya dengan adil bagi yang anaknya banyak. Yang paling sulit adalah mendidik anak dengan bijaksana, agar dia tumbuh menjadi orang yang paripurna menghadapi dunia.

Pak John, maaf, dari tadi malam saya kesulitan untuk memasang foto di sabdasace. Baru tadi dapat jurus-jurus ampuh dari admin. Jadi silahkan ke tulisan "Wisely dan Jeram Cicatih" kembali untuk melihat foto-fotonya. Supaya cepat, langsung klik di sini aja dech!

salam

hai hai

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Happy Father's Day!

Hai Hai menulis: "Pak John, bagi seorang ayah, mengasihi anak-anaknya tidak sulit. Yang susah adalah menyatakannya dan menyatakannya dengan adil bagi yang anaknya banyak. Yang paling sulit adalah mendidik anak dengan bijaksana, agar dia tumbuh menjadi orang yang paripurna menghadapi dunia."

Saya mengerti maksud Anda. Ayah saya pendiam, tidak banyak bicara, tidak menunjukkan 'affection'-nya, tetapi saya bisa merasakan 'aura'-nya jika ia berada di antara kami, anak-anaknya. Ia 'menyatakannya' melalui sikapnya terhadap kami berlima.

Karena sifatnya yang pendiam, setiap kata-kata penghargaan yang ia ucapkan kepada kami, dan untuk kami (terutama saya), ... berharga amat tinggi. Seperti permata yang tak ternilai harganya!

Ia hanya mempunyai kami, lima orang anak saja. Bayangkan, nenek saya dari pihak ibu, melahirkan 17 anak laki-laki dan perempuan. Terus terang saja, ... saya sendiri engga bisa membayangkannya!

Menyerahkan anak-anak kita ke dalam tangan Tuhan dengan sepenuh hati, dan berdoa setiap saat bagi merekalah yang akan membuat anak-anak kita tumbuh menjadi orang-orang yang paripurna menghadapi dunia. Di 'Tribute: Bapa Yang Setia' bagian yang kedua saya akan membahasnya.

Mengapa ya, di Indonesia tidak ada perayaan penghargaan untuk para Bapak? Kok hanya penghargaan untuk Ibu saja? Apakah oleh karena para Ibu lebih dicintai di sana?

Di negara-negara barat, hari Minggu besok, tanggal 2 September adalah 'Father's Day', hari di mana para ayah menerima penghormatan dan penghargaan dari anak-anaknya. Hari itu dirayakan setiap tahun.

Meskipun tidak ada di Indonesia, biarlah saya mengucapkan 'Happy Father's Day' bagi para ayah yang gemar 'keluyuran' di SABDA Space! Tuhan memberkati selalu.

Syalom,

John Adisubrata

Rusdy's picture

Ikutan Hari Ayah Ah!

Ngikutan pak John ah! Met hari ayah bagi yang merayakannya nih (hai hai, John, sape lagi nih yah?) Semoga biar bisa belajar dari Allah Bapa kita sendiri yang menyayangi kita tanpa batas!
hai hai's picture

Father's Day

Pak john, saya sendiri tidak tahu, kenapa di Indonesia tidak ada "Hari Ayah". Namun seperti orang Indonesia kebanyakan, semua pertanyaan harus dijawab, sebab kalau tidak dijawab, takut dianggap tidak ramah. Karena jawaban seriusnya saya tidak tahu, jadi saya jawab saja ala hai hai. Jadi begini pak john.

Di dalam ilmu matematika berlaku rumus A + B = C, rumus tersebut sama dengan A = C - B.

Jumlah rata-rata hari 1 tahun 365 = C

Jumlah hari ibu 1 tahun 1 hari yaitu 22 Desember = B Karena

A = C - B

Maka Hari Ayah = 365 - 1

Jadi selain 22 Desember, maka semua orang Indonesia merayakannya sebagai hari ayah.

Nah, pak John, di Indonesia, hari ayah tiak pernah digembar gemborkan, karena hanya 1 hari yang bukan hari ayah. ha ha ha ha ...

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

Father's Day Every Day!

Dear Hai Hai,

Mathematikanya bikin aku jadi pusing aja. Minggu-minggu kok disuruh mikir kayak di kantor!

Tetapi di samping itu, saya setuju banget dengan anjuran Anda, bahwa Hari Ayah seharusnya dirayakan setiap hari, seperti juga semua hari-hari penting yang berhubungan dengan relationship/kekeluargaan.

Pagi ini bangun dari tidur anak saya memberi saya ciuman (padahal sudah umur 15 tahun setengah) dan menyodorkan sebuah amplop yang berisi kartu buatannya sendiri dengan sebuah hadiah movie DVD kesayangan saya.

Oh, ... rasanya seperti sedang berada di sorga saja!  Itu mungkin maksudnya diadakan perayaan bagi hari-hari penting tertentu.  Jadi kadang-kadang meskipun harus dilakukan setiap hari, pas hari tertentu tersebut ada klimaksnya.

Thanks 'ngadain waktu untuk 'ngejawab, biar keliatan sopan, meskipun bikin kepalaku jadi tambah pusing. He He He! Tuhan memberkati selalu. 

ps: Aku sudah ke gereja, lho!

Syalom,

John Adisubrata

billyjoe's picture

ayah bijaksana jarak jauh

dulu saya punya angan2 menjadi ayah yang bijaksana dan unik, yang menjadi ayah sekaligus soulmate dan best friend bagi mereka, dari anak pertama masih bayi sudah belajar menjadi babysiter walaupun kami mempunyai babysiter saat itu sampai anak ke 4. jadi sekarang bisa menjadi babybrother ha ha ha. kami akrab dengan mereka,melakukan segala hal,sampai suatu ketika masalah datang yang bukan keputusanku, kita terpisahkan oleh egonya manusia, saat ini aku mencari cara lain untuk menjadi ayah bijaksana jarak jauh, adakah? sayangnya tidak ada selain berada disisi mereka.
John Adisubrata's picture

Jangan Putus Asa

Dear BillyJoe,

Angan-angan Anda itu persis seperti angan-angan saya tentang ayah saya, ketika saya masih kanak-kanak. Lihat buktinya, ... meskipun ternyata ia tidak sesuai dengan ayah impian saya, ia sudah melakukan banyak hal yang menyebabkan saya mau menulis artikel untuk menghargai dan menghormatinya.

Semuanya belum terlambat, BillyJoe. Selama Anda mengasihi dan menyatakan kasih Anda setiap saat kepada mereka, tindakan-tindakan tersebut tidak akan lenyap begitu saja dari dalam hati mereka.

Yang terpenting, mintalah selalu kekuatan baru dari Tuhan, dan berdoalah bagi ibu mereka dan juga anak-anak Anda satu persatu! Ia akan melakukan hal-hal besar bagi kalian semua, yang tak pernah terpikirkan.

Happy Father's Day, dear brother! God bless you always. He knows what's in your heart, and He will fulfill it!

Syalom,

John Adisubrata

Josua Manurung's picture

saya juga ayah lho... :)

batapa inginnya saya menjadi seorang ayah... tapi sekarang ini saya juga ayah dari 13 murid di kelas saya... memang betul ada itu anak kesayangan dalam keluarga... entah karena prestasi salah seorang anak, entah karena kecakapannya ( cantik,ganteng ) entah karena perhatiannya pada orangtua yang lebih daripada anak-anak lain... saya juga merasakan hal yang sama di kelas... berulang kali saya katakan pada mereka Mister Josua papi kamu lho di sekolah... Miss Mar adalah mami kamu... (karena kami sekelas ada 2 orang guru )... semua anak-anak adalah favorit saya apapun latar belakang keluarga mereka dan cerita-cerita mereka di rumah bersama keluarganya.... ketika saya memasuki kelas setiap pagi saya terus saja menganggap bahwa mereka adalah anak-anak kandung saya... tapi terus terang... favoritism itu ada... saya sayang sekali sama Andreas dan Gab... karena mereka lucu dan polos.... tapi sayang juga terhadap anak-anak yang lain... favorit saya DROE yang menderita asperger ringan, PLINCENT 5 yang agak lamban tapi jago main ps, PLINCENT 4 adhd yang hiperaktif, lack motivation seperti LINA dan KIREN... yang kerjanya selalu unfinished dan terlambat datang ke sekolah... SHILVA yang makan siangnya setahun, ANGGUN yang selalu menolong temannya hingga pekerjaannya sendiri tidak selesai, PETRA yang selalu ragu-ragu... ini bukan labelling anak lho... dan yang paling saya sayang itu JORDIN... seorang anak adhd yang selalu tidak tahu mau berbuat apa... saya bayangkan repotnya menjadi orangtua jika anaknya ada banyak sekali... tapi saya selalu yakinkan pada diri saya sendiri.... perlakuan saya kepada setiap anak harus sama.... tidak lebih dan tidak kurang... saya banyak belajar dari kisah Esau dan Yakub.... bukan begitu bukan.... salut saya untuk para blogger yang berprofesi guru... sampaikan peluk hangat saya untuk murid-muridmu...

*semua nama bukan nama sebenarnya.... seperti si Sandra ;p

BIG GBU!

__________________

BIG GBU!

John Adisubrata's picture

Tugas Yang Amat Mulia

Dear Jos,

Anda adalah seorang guru yang mengajar children with special needs? WOW, saya salut banget. Susahnya bukan main untuk mengajar anak-anak seperti itu.

Dulu saya juga pernah bekerja sebagai seorang 'cartoonist' yang menggambar untuk produksi-produksi 'teaching materials' yang dipakai oleh ED yang bernama: 'Isolated Children Special Education Unit'. Gambar-gambar saya dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah para guru menyampaikan bahan-bahan pelajaran mereka kepada anak-anak yang bertempat-tinggal di seluruh daerah-daerah terpencil di Queensland, Australia.

Oleh karena itu saya bisa memahami kesulitan-kesulitannya untuk mengajar anak-anak yang mempunyai 'kekurangan-kekurangan', atau mungkin lebih cocok: 'kelebihan-kelebihan' seperti itu. 

Itu adalah tugas yang amat mulia. God bless you for that!

Melihatnya first hand, saya bisa mengerti bagaimana sukarnya untuk mengajar tanpa memperlihatkan tendensi di mana para guru mengasihi seorang anak lebih daripada yang lain! But ... I do believe, by the grace of God, you can do it!

Syalom,

John Adisubrata