Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Suami Sebagai Kepala Keluarga?

garamdunia's picture

Dari tulisan yang sebelumnya, peran istri di dalam keluarga menurut Alkitab telah dipaparkan. Kalau mau dipikir-pikir, rasanya kok berat sekali? Sepertinya si suami dapat untungnya saja, apakah benar begitu?

Tentu saja, kalau kita mau tahu peran suami-istri yang baik sebagai pengikut Tuhan, sumbernya tidak lain adalah Firman Tuhan itu sendiri. Mari kita lihat apa peran suami di dalam keluarga:

  • Mengasihi istri, seperti Kristus telah mengasihi gerejanya (pengikutNya, bukan gedungnya tentunya ;) ), dan telah menyerahkan diriNya sendiri untuk gerejanya. Efesus 5:25

Tujuannya:

  • Memberikan istrinya sebagai persembahan yang suci dan tanpa cacat untuk Tuhan, melalui ajaran FirmanNya, Efesus 5:26-27

Akibat dari tanggung jawab ini:

  1. Suami tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Seperti Kristus datang ke dunia untuk berkorban bagi manusia, tidak untuk kepentinganNya sendiri!
  2. Kerohanian istri, sebagian besar merupakan tanggung jawab si suami.

Melalui definisi di atas, suami memegang peranan yang sangat penting di dalam keluarga. Firman Tuhan memberikan peran kepada suami, agar mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gerejaNya!

Sedemikian seriusnya hubungan suami-istri ini, tidak heran, Paulus memberikan peringatan yang bijaksana di dalam hal ini, di dalam suratnya 1 Korintus 7

rahseto's picture

share aja

saya belum beristri tapi akan menjadi suami sebentar lagi

peran istri menurut saya (tanpa dasar alkitab, suka lupa ayat sich :)) adlah seimbang.

cara pandang saya mengenai seorang istri adalah seperti artikelnya pak Agustinus bahwa perempuan bukan diciptakan dari tulang kepala untuk meng-atas-i laki-laki, bukan juga diciptakan dari tulang kaki agar diinjak laki-laki tapi mereka diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang dekat dengan hati untuk dicintai dan dekat dengan lengan untuk dilindungi.

emang berat jadi seorang suami, tapi semuannya itu berarti, tapi juga berat bagi istri karena harus juga bisa memahami suami.

dua kepribadian yang berbeda dijadikan satu dalam persekutuan suci pernikahan lebih memusingkan lagi, tapi munkin itu hakikatnya agar mereka (suami-istri) dapat saling melengkapi.

 jadi menurut saya, tidak ada yang lebih tinggi derajatnya antara suami dan istri karena mereka adalah diciptakan sama dengan naluri dan "nature"-nya untuk hidup bersama seimbang dalam melayani sesama dan Tuhan.

GBU

clara_anita's picture

Kepala tanpa badan????

Saya setuju dengan pendapat Mas Rah Seto, Mungkin saya adalah salah satu pendukung aliran fenimisme jadi buat saya laki-laki dan perempuan itu setara derajatnya. Implikasinya: tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Wanita harus menghormato pria dan sebaliknya Tidak ada pula yang boleh sewenang-wenang pada yang lainnya. Sepenggal sajak yang pernah saya baca entah dimana mungkin dapat mengilustrasikannya: Don't walk in front of me, cause I don't wanna follow you. Don't walk behind me, cause I don't wanna lead you. Just walk beside me , And we'll be friend. GBU
garamdunia's picture

Suami-Istri setara

Ya benar, memang ini model dari Firman Tuhan sejak awalnya:

"TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."" kejadian 2:18