Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sox and the City
Jum’at kemaren 30052008, filem yang salah satu disukai oleh urban
yuppie, Sox and the City nongol menjadi filem layar lebar, setelah enam
tahun hanya menjadi filem teve. Dan hari Seninnya udah jadi box office,
menenggelamkan Indiana Joni and de Kingdom of de Crystal Skull.
Sox and the City, cerita empat ce yang jadi rebutan perhatian dari para
pemirsa televisi di seluruh dunia mempunyai kesamaan hobi, seperti gila
belanja, gila mode, gila kerja, gila ngerumpi (apalagi ngrumpi tentang
sox), selama pertunjukan Sox and the City 94 episode (enam tahun),
keempat ce tersebut diceritakan sudah pernah berhubungan tukar menukar
sox dengan 94 pria!!!
Jadi memang seperti judulnya, setiap episode selalu ada ‘adegan’
sox-nya. Memang hobi sox ini entah koq bisa bersamaan di antara keempat
ce tersebut. Sox (kaus kaki) [diambil dari kata sock] itu kan pribadi
yach. Kalau dibuat tuker-tukeran apa enggak membawa benih-benih
penyakit masuk ke dalam tubuh? Emang sich, kaus kaki untuk melindungi
kaki. Kayaknya kaki itu paling enggak berharga. Cuma bayangin kalau
enggak ada kaki ya susah dunk untuk ngebuat jalan. Kitanya enggak bisa
kemana-mana dengan bebas seperti orang yang kakinya lengkap.
Kaki juga anggota tubuh yang paling deket sama kotoran. Tempat kaki ada
di bawah, deket sama tempat dimana kita berjalan. Yang kotor, yang
berdebu, yang bau, yang berantukan sama batu kerikil. Maka kaki anggota
tubuh yang kaya knya kurang berguna juga perlu dilindungi. Nyatanya
selaen dipakaikan sepatu, juga perlu ditambah kaus kaki. Kegunaan kaus
kaki selaen untuk melindungi kaki dan menghangatkan, kini menjadi untuk
kenyamanan dan mode.
Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh
kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada
pinggang-Nya itu. Yoh 13:5. Coba kalau dibuka pelayanan memijat,
mencuci, membersihkan kaki orang laen. Ditanggung pasti kagak ada orang
yang mau melayani. Amit-amit dech. Kan bau tuh kaki. (ya pake masker
tabung oksigen donk) Mending kalau melayani satu dua orang, lah kalau
yang dilayani adalah 5000 orang yang baru diberi makan sama Tuhan
Yesus. Kitanya pasti lari terbirit-birit. Who cares!
Mending kalau ada pelayanan pilihan. Milih pelayanan yang laen aja
Tuhan. Lah kalau hanya itu saja pelayanan yang harus kita lakukan. Maka
bersiaplah menyediakan tabung oksigen bersama maskernya. Sayangnya
kalau enggak ada masker plus tabung oksigennya. Harus melayani face to
face. Maka harus menjalankan Plan B, mencari sesuatu benda yang bisa
dipakai untuk menyumpal hidung!
Baidewei, kalau mo pelayanan yang enak, melayani di tempat yang enak
itu mah namanya dilayani bukan melayani. Kalo melayani itu sudah pasti
enggak enak!!! (Maka itu apreciate tuh ama pembantu kamu, karyawan kamu
yang udah melayani Anda dengan susah payah - yang tetap aza enggak
pernah memuaskan kita iya enggak?) Klo dibayangkan, Tuhan ditanya
apakah puas dengan pelayanan kita? Jawabnya, kita semua sudah tau.
Enggak puas. Jauh dari puas. Banyak kurangnya. Dan mungkin tidak
memenuhi standar Tuhan.
Maka Tuhan Yesus kagak sembarangan asal aza mau membasuh kaki
murid-Nya, tetapi Dia juga mendemonstrasikan apa yang pernah dikatakan.
Pertama, bahwa Dia mengasihi murid-murid-Nya hingga Dia rela
‘direndahkan’ membasuh kaki murid-Nya. Sebaliknyalah, jika seseorang
yang mengasihi Tuhannya dan mau melayani Tuhan di tempat yang paling
buruk sekalipun, dia akan tetap melayani. Dan pelayanan yang tidak enak
pun akan tetap dijalani. Itulah the Power of Love. Ibarat seorang co
yang jatuh cinta kepada seorang ce, dia akan melakukan apa saja untuk
menyenangkan memenangkan hati sang ce. (Meski contoh ini kurang tepat
karna cinta manusia mengharapkan balasan). Tetapi kasih Tuhan rela
berkorban tanpa pamrih. Contoh yang lebih masuk akal mungkin, orang
Kristen yang berani mati (martir) bagi Kristus untuk kebenaran dan
kemuliaan Allah tanpa mempedulikan hidupnya.
Demo kedua, seperti yang Tuhan Yesus pernah katakan bahwa “Jika
seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang
terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Tuhan Yesus tentu
bukan menganjurkan murid-murid-Nya melayani supaya ‘menjadi yang
terbesar’ di antara mereka. Tetapi lebih ditekankan untuk rendah hati.
Contoh aja mengikuti cara Tuhan Yesus. Apakah kita mau membasuh hamba
Tuhan yang melayani di gereja kita? Amit-amit dech. Apalagi kalau
pertanyaan itu dilontarkan pada pemimpin gereja. Amit-amit sekali lagi.
Gw yang gajiin dia, sekarang gw disuruh mencuci kakinya? Emangnya
kebagusan? Atau seorang boss mencuci kaki karyawannya. Alamak. Itu mah
mimpi. Atau majikan mencuci kaki pembantunya. Sorry, bisa enggak ya
ngomong topik yang laen keq?
Susah kan? Apalagi namanya Tuhan. Udah menjelma menjadi manusia. Lahir
di kandang. Eh masih juga mencuci kaki manusia. Kalau bahasa
sekarangnya tuh, Tuhan Yesus itu habis-habisan dech. Dia enggak
setengah-setengah. 100 persen. Bahkan Allah sendiri yang mau dulu
mengambil tindakan mengasihi manusia. Itu sih udah di luar pikiran
manusia. Udah di luar kamus manusia.
Tuhan ampuni kami. Meski demikian seringkali kami melupakan kasih-Mu.
Tidak menghargai apa yang telah Kau lakukan untuk kami. Tuhan, Engkau
tahu bahwa kami enggak selayaknya Engkau selamatkan tetapi oleh
Anugerah-Mu, oleh Kasih-Mu, yang enggak kita mengerti sehingga Engkau
mau menarik kami dari lubang kematian kekal. Ajar kami untuk hidup kuat
dalam menghadapi hidup ini hanya dengan berserah kepada-Mu. Sucikan
kami setiap hari, menjauhi dosa dan menang atas godaan. Ajar kami untuk
mengasihi-Mu dengan benar. Thank you Jesus.
s0lide0gl0ria.wordpress.com
- pakdokter's blog
- 4480 reads
Berbelok tanpa lampu sein
------------
Communicating good news in good ways
emang enak...
hahaha... minjem istilahnya hai hai, pak Pur 'mbentur tembok ya? emang enak... :))
pakdokter, jelasin dong, maksudnya gimana nih...
pa dotel
Lovepeace..uenak..
Saya pikir saya yang salah:(