Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
SEPERTI BAPA SAYANG KEPADA ANAKNYA
SEPERTI BAPA SAYANG KEPADA ANAKNYA
(Maz 103:13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
Dalam banyak hal, saya belajar bagaimana Tuhan begitu sayang kepada kita, adalah ketika saya sudah memiliki anak. Secara garis besar, dalam pemahaman saya, ada dua "bentuk" kasih Bapa yang sering kita alami. Dalam tulisan ini saya menyampaikan dua diantara banyak pengalaman sejenis di dalam keluarga kami (khususnya antara orangtua dan anak), sebagai ilustrasi untuk menggambarkan kedua "bentuk" kasih Bapa yang saya maksudkan, yang melaluinya saya semakin mengerti akan kasih Bapa.
Yang pertama, pada awal tahun 2000, ketika Grace (anak sulung kami, yang dalam foto sedang menggendong adiknya, Mercy) masih berusia kurang lebih satu tahun, kami bertiga pergi ke Jakarta mengunjungi omanya Grace. Setelah beberapa hari di Jakarta, Grace mengalami demam. Kemudian kami memutuskan untuk membawanya ke dokter spesialis anak dan oleh dokter, kami diminta untuk dilakukan tes darah terhadap Grace. Dokter tersebut bilang, ada dugaan Grace terserang malaria atau demam berdarah.
Pada saat jarum suntik mulai dimasukkan melalui kulit tangannya untuk mengambil sample darah, Grace meronta sambil memandang saya (saya masih ingat tatapan itu), seolah-olah berkata, “kamu orangtua jahat, masakan kamu membiarkan saya disakiti, bahkan ikut menyakiti saya”, sebab pada saat itu, saya ikut memegang tangannya, untuk menahan agar jarum suntik bisa masuk dengan benar ke bagian dalam tangannya.
Pada waktu itu Grace masih terlalu kecil, sehingga tentunya dia tidak tahu bahwa apa yang saya lakukan justru karena saya sayang kepadanya. Memang sakit (waktu diambil darahnya), tapi justru untuk kebaikannya. Namun pada waktu itu, dia belum mengerti.
Ketika itu saya memperoleh pemahaman bahwa, kadang Tuhan mengijinkan saya untuk mengalami “sakit”, tapi itu untuk kebaikan saya. Tuhan terkadang “menghajar” saya, bukan karena DIA benci, tapi karena Dia sayang kepada saya, SEPERTI BAPA SAYANG KEPADA ANAKNYA.
(Ibr 12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;(Ibr 12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Yang kedua, pada Bulan Februari Tahun 2004, keluarga kami pindah ke Samarinda, Kalimantan Timur. Waktu itu kami menyewa sebuah rumah sederhana dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Kondisi keuangan kami waktu itu sangat terbatas, dan karena ada tagihan yang sudah mendesak yang harus kami lunasi, maka kami harus benar-benar mengelola keuangan dengan baik, supaya dapat bertahan sampai awal bulan berikutnya.
Disamping itu, karena kami belum bisa beli gorden (tirai) jendela, maka kami pasang koran bekas di jendela, agar rumah kami tidak seperti aquarium yang bisa dilihat orang setiap saat. Untuk makan sehari-hari, kami hampir selalu membeli makanan jadi yang bisa langsung dimakan, soalnya di rumah belum ada kompor. Berkali-kali terjadi (khususnya di malam hari) kami hanya membeli satu bungkus nasi goreng untuk dimakan bertiga, karena memang mesti berhemat.
Jatah pertama makan tentu saja anak kami, Grace. Setelah dia merasa kenyang, karena biasanya dia tidak sanggup menghabiskan satu bungkus nasi goreng itu sendirian, baru kemudian kami, suami istri makan dari sisanya. Saya tidak mungkin bisa lupa, ketika memperhatikan Grace makan nasi gorengnya pada waktu itu, sering saya berkata dalam hati, saya boleh tidak makan, tapi anak saya, HARUS MAKAN. Saya boleh kelaparan, tapi anak saya HARUS MAKAN. Apapun yang harus saya lakukan, akan saya lakukan, agar anak saya BISA MAKAN dan TETAP HIDUP.
Melalui pengalaman makan nasi goreng sebungkus untuk bertiga selama beberapa waktu lamanya, saya menjadi semakin memahami, bahwa saya rela berbuat apa saja, agar anak kami tetap hidup, itu karena saya sayang kepadanya. Demikian pula dengan Bapa di Sorga, Dia sudah melakukan segala yang perlu dilakukanNya agar kita, anak-anaknya, bisa hidup (sekarang dan selaman-lamanya). itu karena Dia sayang kepada kita, SEPERTI BAPA SAYANG KEPADA ANAKNYA.
(Yoh 3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(Yoh 10:11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
Tuhan Yesus memberkati
Sola Gratia
Sola Gratia
- mercy's blog
- 6612 reads
Father GOD
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku.... Galatia 2:20