Maria's blog

Ada 2 orang novelis Indonesia yang paling sering aku baca karya2nya. Mira W dan Marga T. Dalam bayanganku selama ini, Marga T adalah seorang laki-laki. Eh ternyata dia seorang wanita berumur 63 tahun berlatar belakang edukasi kedokteran. Apa ya, kepanjangan T? Nama Marga T bila disingkat menjadi MT (baca emti dari empty=kosong). Jadi Marga T artinya adalah kosong, sebagai pengakuan si novelis terhadap kekuasaan TriTunggal.

Beberapa waktu lalu, pas nonton TV, aku sempet liat salah 1 program sinetron lepas, i-sinema. Di situ, diceritakan tentang kehidupan seorang office boy bernama Ujang. Suatu ketika, perusahaan tempatnya bekerja mengeluarkan surat keputusan yang berisi bahwa gaji para office boy dan cleaning service akan dipotong guna menutupi kerugian besar yang dialami perusahaan. Seperti biasa di negara kita tercinta ini, para karyawan pun kemudian melancarkan aksi demo menentang keputusan tersebut. Sang dirut perusahaan itu pun lalu mengambil jalan tengah, yaitu mengadakan pertemuan 4 mata dengan para karyawan yang berdemo tersebut, yang diwakili oleh Ujang.

Kemaren, sohibku yang ada di jakarta ngirim ini ke emailku. Sebuah cerita yang cukup panjang, sederhana, tapi sangat dalam artinya:)

Cerita ini membuatku merenung sejenak. Emang benar, seringkali kita ingin dekat dengan seseorang, karena kita ngeliat dan berpikir: ah, dia baik banget ya. Tapi ketika kita udah deket, udah akrab sama orang itu, yang kelihatan oleh kita justru yang jelek2nya aja. Kebaikannya malah ga pernah membekas dalam hati kita.

Ngga terkecuali juga aku. Seringkali aku ngomel2 karena kesel ma orang, karena perbuatan ato sifat jeleknya dia. Segala macam kebaikannya, kerelaannya melakukan segala sesuatu buat aku, seolah hilang tak berbekas oleh 1 perbuatan yang salah. Kisah Vella ini menyadarkanku, untuk mensyukuri siapa saja yang aku miliki sekarang:p

Beberapa waktu lalu, lagu Hati S'bagai Hamba sempat menjadi favorit saya. Selain liriknya, nadanya, saya juga suka yang menyanyikannya:)

Akhir-akhir ini saya kepikiran tentang lagu itu. Setelah direnung2kan, inilah yang saya dapat.

Agama bukanlah jaminan bahwa seseorang yang menganutnya pasti baik, saleh, dan berbudi luhur. Tak jarang karena perbuatan satu orang itu, maka agama yang dianutnya mendapat cap jelek: asas pukul rata diterapkan, semua penganutnya dianggap sama saja.