Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Senyum membawa tugas
Apa yang terjadi kalau kita mengkawinsilangkan antara dua hal yang mengerikan? Coba Anda bayangkan kalau kita mengkawinsilangkan vampire dengan mak lampir... Apa hasilnya ya ? mungkin monster yang mengerikan. Nah, saya diberi anugrah untuk mengawinsilangkan antara dua pelajaran yang sudah terkenal reputasinya sebagai "momok" bagi kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Apalagi kalau bukan matematika dan bahasa inggris
Nah, pertama kali saya mengajar adik-adik mahasiswa calon guru matematika ini, jujur saya sempat patah hati. Pasalnya, adik-adik ini seperti makhluk tanpa emosi. Kalau ditanya apakah anda sudah mengerti mereka diam, kalau dimintai tanggapan mereka juga diam, kalau diminta perseorangan paling mereka menjawab diam-diam dengan tersipu malu...
Saya sempat bertanya-tanya, apakah ini karena mereka sedang memikirkan bagaimana mencari rumus baru, ataukah karena wajah saya mirip frankenstain ????
Duh bingung juga ya. Bagi saya yang berpronsip belajar itu adalah proses tumbuh yang menyenangkan, hidup, dan bermakna; kondisi ini sangat memprihatinkan. Maka sambil terus menyelidik saya mengerahkan berbagai jurus untuk membuat mereka menjadi "manusia" yang seutuhnya. Ngeri juga kalau guru matematika pada sangar-sangar semua. Udah pelajarannya bikin pusing ditambah gurunya bertampang angker...... Jangan harap deh generasi muda Indonesia bakal cinta sama yang namanya matematika.
Jadi, saya mulai memancing mereka untuk mengeluarkan sense of humour dan kebebasan ekspresi mereka. Mulai dari joke, sampai "mengintimidasi" mereka untuk bekerja dalam kelompok, presentasi, ataupun bertanya (ini kedengarannya mudah... tapi bener-bener susah dilakukan. Kita mungkin memang dibiasakan untuk menjawab soal oleh guru-guru kita, dan tidak untuk berpikir kritis dan demokratis)
Berhasilkah??? Ya, boleh senang sih. Pada akhir semester, adik-adik calon guru matematika ini sudah "bisa" senyum dan tertawa, mereka juga kompak abis, pertanyaan juga membanjir (kadang saya nggak bisa jawab habis saya bukan dari jurusan mat), dan yang mengagumkan presentasi mereka itu lo . . . udah kompak abis kelompoknya ditambah bahasa inggrisnya yang cas cis cus. WOW
Pingin deh jadi belajar matematika sama mereka. . .
Entah bagaimana akhirnya saya bisa menjawab teka-teki dibalik kebisuan mereka. Ternyata mereka tidak sedang mencoba mencari teori baru; wajah saya juga nggak mirip sama frankenstain....
Tapi, ternyata di kelas lain, kalau mereka tersenyum (yang diasumsikan sebagai ketidakseriusan) mereka pasti diberi hadiah tugas tambahan....
Jadi senyum membawa tugas . . .
Oalaaaaaahhhhhhhhhhhhhh itu to sebabnya
Menurut Anda?
- clara_anita's blog
- 5108 reads
Pindah Jurusan
Saya memilih untuk pindah jurusan ke bahasa Indonesia karena saya paling lemah matematika. (Eeeh, ternyata lari ke mana pun matematika tidak terlepaskan, soalnya dalam penelitian ilmu bahasa tertentu pun logika matematika justru membantu, misalnya saja dalam tagmemik.)
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Memang Begitu...
BIG GBU!
susah-susah gampang
Jadi guru emang susah-susah gampang. Dalam Yakobus 3:1 tertulis, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat." Menjadi guru merupakan tugas mulia tetapi sebenarnya berat. Tanggung jawabnya itu loh ....
btw, bukannya sirik, tapi prihatin juga dengan para sarjana yang sekarang berlomba-lomba kuliah akta 4 karena jadi guru katanya sekarang sedang ngetren dan jika bisa jadi PNS gajinya menjanjikan. Ingin menjadi guru bukan karena beban dan hati, tetapi karena ingin hidup lebih layak. Tapi saya pun bersyukur, karena paling tidak guru-guru sejati pun mendapatkan penghargaan yang baik bagi pengabdian mereka.