Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sar"topi" Topiku Masa Kecilku
Sartopi, itulah julukanku di masa kecil. Bagaimana tidak, identitas itu sudah melekat sejak aku duduk di bangku TK. Umurku waktu itu sekitar 6 tahun. Cerita dimulai sejak keluargaku punya satu kebiasaan cukur / potong rambut bersama, tentunya dengan pengecualian ibuku. Wah, aku baru tahu, ibuku kalau potong rambut dimana ya? Waktu itu kita mengundang satu tukang cukur rambut langganan, namanya Pak Min, rumahnya di daerah Kampung Sewu. Setelah tanya-tanya Bapak, beliau sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Dari Bapak sampai anak terakhir semua dicukur pendek. Yah, paling tidak rambut tidak cepat memanjang sampai 2 bulan berikutnya, maklum untuk makan saja susah. Terkadang satu telur aja harus dibagi untuk 6 anggota keluarga. Kembali ke masalah cukur rambut. Saat itu biaya cukur / potong rambut total sekitar 250 rupiah untuk 5 gundul. Wow, murah banget ya .. Bandingin dengan potong rambut sekarang di Christoper, terakhir potong rambut saja sekitar 35 ribu satu kepala, hehe.
Tiba giliranku yang adalah anak bungsu untuk dipangkas rambutnya. Inilah awal hidupku yang kelam, awal hidup dimana rambut dan kepala harus ditutupi dan tidak mau dilihat orang selama kurang lebih 14 tahun. Ups, jangan berburuk prasangka dulu, jangan under estimate (kata Tukul), hehe .. ini bukan disebabkan kecelakaan saat mencukur. Jangan membayangkan semisal gunting memancap di kepala, atau telinga terpotong, atau pisau cukur menyayat jidat, atau yang lebih parah lagi rambut yang tidak kunjung tumbuh alias botak permanen. Tenang, tenang, ini hanya masalah problem anak kecil yang pemalu yang terbawa sampai masa kuliah. Masalah kejiwaan dan karakter yang belum terbentuk atau lebih tepatnya sedang dibentuk. Saat itu aku merasa rambutku yang terpotong sangat pendek, bahkan terlalu pendek. Rasa tidak terima dan malu kudapatkan saat itu. Malu karena potongan rambutku yang lain dari biasanya. Meski orang tua sudah menyatakan tidak masalah, tetapi rasa isin (malu) sudah terlanjur melekat di memori dan otakku.
Koleksi Topiku
Mulai saat itu kuputuskan untuk menutup kepalaku dengan topi, ya tentunya untuk menutupi rasa maluku. Mulai saat itu pula topi menjadi sahabat dekatku bahkan sangat dekat. Ke manapun ku pakai, dari mandi sampai tidur, itu topi ada didekatku dan bahkan saat tidurpun kupakai. Seingatku ada sekitar 6 buah topi yang kupunya, yang melayani kepalaku, dari sejak awal aku memakai topi sampai akhirnya melaps topi. Topi yang pertama, aku sudah agak lupa seh, kemungkinan topi warna kuning / biru yang bertuliskan Wisata Tawangmangu. Yang kedua adalah yang paling lama aku pakai, sekitar 6 tahun, yaitu topi SD Kristen Gandekan Tengen warna merah. Topi yang ketiga adalah topi bertuliskan salah satu klub NBA. Yang keempat juga bertuliskan klub NBA tapi club yang beda. Sedangkan yang terakhir adalah topi bertuliskan Road Race warna coklat. Itulah macam-macam sahabatku alias koleksi topiku yang menjadi bagian hidupku yang sekarang sudah bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus terkena sinar matahari ataupun guyuran air hujan.
Topiku Dijambret
Pernah sekali aku berganti topi SMA karena topiku hilang dijambret pengendara sepeda motor (yang bonceng). Tetapi itu hanya sementara sebelum dapat topi pengganti. Waktu itu aku berangkat ke sekolah naik sepeda dan tak kuduga dua orang naik motor berboncengan mencopet topiku dari belakang. Aku hanya diam terpaku sambil mengucapkan "Tuhan memberkatimu, aku mengasihimu", ya maklum, waktu itu masih rohani banget gitu loh . Bengong tapi juga mikir. Dari pagi itu aku berpikir, menyusun strategi, topi siapa yang akan kupakai saat pulang sekolah nanti. Yah, akhirnya simpel saja, sebelum pulang aku bilang ke teman untuk pinjem topinya.
Masa Penderitaan
Masa penderitaan pun dimulai dihidupku setelah topi melekat dikepala. Rasa takut, teror dan malu menjadi bagian hidupku sehari-hari. Bagaimana tidak, teman-teman main terutama yang lebih senior dari aku seperti mendapat mainan baru. Dengan begitu mudahnya aku dikalahkan jika topiku dilepas dari kepalaku. Namanya saja anak kecil, paling banter cuma bisa menangis dan menangis. Itu yang menjadi senjata andalan juga supaya topiku dikembalikan. Macam-macamlah, namanya juga mainan, ada yang ngambil topiku lalu dilempar ke atas pohon, ada yang saling lempar ke teman-teman, ah .. kenapa hidupku memalukan sekali seh ... payah! Sudah kecil, item, kurus, cengeng, miskin lagi .. Madesu banget deh ... Saking itemnya, dulu saya sempat dipanggil "lentho", makanan kecil yang digoreng yang terbuat dari parutan ketela pohon dan bercampur kacang, yang digoreng sampai kecoklatan bahkan gosong. Wah .. parah banget neh ... Tapi sekarang beda .. Sekarang malah Moccacino .. (bermuka cina). Hehe, temen-temen kantor aja bilang, waktu liat foto jadulku, "Kok kayak anak terlantar, cocok tuh buat gambar korban bencana, korban kelaparan". Kurang ajar !! :p
Rayuan Sang Paman, Pak Lik, Om, wat ever lah ..
Saking kekeh jumekehnya (minjem istilahe bung Hai-hai) aku memakai topi, tawaran menarik alias rayuan dari Pak Lik ku pun kutolak. Aku sudah lupa seh umur berapa waktu itu. Aku dirayu akan dibelikan sepeda jika mau melepas topiku. Mungkin tawaran itu muncul setelah 1 - 2 tahun aku memakai topi. Rayuan tersebut sempat ditawarkan lagi beberapa kali. Tapi saking keras kepalanya diriku, tetap tak terbesit niat untuk melepas topi hanya demi sebuah sepeda baru. Duh .. Ari..Ari .. please deh ... Aku baru inget, sampai sekarang kayaknya aku belum nagih sepeda itu ke Pak Lik ku yang sekarang sakit lumpuh otot dan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Suatu saat aku akan becanda dengannya tentang hal ini, yah, sedikit senyuman dan tawa itu cukup berarti buatnya.
Saat Melepas Topi
Terikat dengan topi dimulai sejak aku duduk di bangku TK sekitar umur 6 tahun sampai tahun 2002 saat aku kuliah. Perubahan terjadi tepat saat tetangga dekat, yang masih saudaraku melangsungkan pernikahan. Saat itu mau gak mau aku harus membantu sinoman (pelayan pengantar makan dan minuman di acara nikah). Biasanya seh, sinoman ditempat lain aku nekad pakai topi, tapi kali ini dengan banyak pergumulan dan sedikit nekad, tapi yang kupercaya, Tuhan yang menolong aku dengan memberikan keberanian, topi kulepas pertama kali di tempat umum. Seingatku, aku berdoa dulu waktu itu sebelum melepas topiku. Respon pertama yang kuterima dari rekan-rekan sinoman adalah biasa saja, mungkin mereka hanya asing saja denganku. Mungkin juga karena aku sempat menghilang lama sejak kitanan (sunat). Dari keluarga jelas ada yang kaget dan merasa gak kenal dengan aku, tapi setelah aku tertawa, mereka baru sadar bahwa itu adalah sartopi yang sudah tidak pakai topi. "Gene, yo bagos nek ra nganggo topi!" Itulah komentar yang kuterima dari orang-orang yang dulu tahu benar masa laluku. Butuh beberapa hari dan minggu untuk orang-orang sekitarku mengenal aku yang baru. Sedangkan buatku, butuh beberapa hari untuk terbiasa, memulihkan percaya diri, hidup tanpa penutup kepala.
Ugh ... napas dan perasaan lega sekali waktu itu. Seperti mnghirup udara kebebasan setelah 14 tahun terkungkum dalam penjara topi. Harapan dan masa depan seperti dibukakan kembali dihadapanku. Dulu sempat pernah berpikir, bagaimana jika aku tidak melepas topi ini sampai masa tuaku, apakah saat nikah aku juga harus pakai topi, apakah aku besok juga akan naik pitam bahkan menangis jika topiku dilepas orang lain? Apakah ada yang mau menjadi isteriku? Hah ... tapi itu semua sudah berlalu. Sekarang aku sudah bebas .. aku bisa menata kembali hidupku dengan lebih baik. Aku bisa bergaul dengan siapa saja tanpa rasa minder dan takut. Aku sudah mendapatkan lagi kepercayaan diri. Thanks God ..
Itulah sepenggal kisah masa kecilku yang kelam, masa kecil yang membentuk pribadiku sekarang yang malah 180 derajat terbalik. Kata temenku, yang kemaren tugas bareng di bagian audio saat ikut seminar kepeminpinan Robby I Chandra, karakterku itu kuat banget. "Jarang ada orang yang seperti kamu!" Gile bener, 14 tahun bersikukuh, kekeh jumekeh dengan sikap memakai topi. Wow. Mengingat masa lalu itu aku jadi inget satu lagu yang biasanya dinyanyikan seorang ibu saat melatih anaknya bernyanyi ..
Topi Saya Bundar
Bundar Topi Saya
Kalau Tidak Bundar
Bukan Topi Saya
Versi SARTOPI :
Saya Pakai Topi
Topi Saya Pakai
Tidak Pakai Topi
Bukanlah Sartopi
Nb: Nikahnya itu tanggal 5 September 2002 (Hari Melepas Topi)
- Ari_Thok's blog
- 5848 reads
Keren ri....
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Hahaha Rick ..
Hahaha
Rick .. itu satu hal yang kuhindari dari dulu, cuma yang kuhindari bentuknya kaos bertuliskan namaku hehe, ya males aja kejadian kayak kamu.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Ari_Thok bin PU, mo bikin Xaris Jealous ya ?
Sementara Invasi Dulu Sid
Sementara masih invasi dulu dari tetangga Sid, ntar baru disusun biar bisa dipake di sabdaspace. Nah, itu yang jadi pertimbangan kenapa emoticon penting, soale blog disini masih ada yang kurang menurutku, kebanyakan hanya tulisan. Fasilitas yang ada masih blm dimaksimalkan blogger.
Hahaha .. Sorry Ris, saatmu belum tiba, semua ada maunya .. eh waktunya
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Ibunya ga ijinin....
Dear NoSID,
Namanya Magi, dia preschooler, cuma keblinger lengket sama aku..... (aku ga asuh dia kok!)
Waktu itu, disuatu acara, dia marah karena lagunya, "The Bible" cuma dinyayiin bagian reff-nya aja. Setelah acara selesai, dia maju ke depan lalu dia nyanyiin 1 lagu penuh! terus nantangin ada yang mau dinyanyiin lagu apa? (Bener-bener keren tuh anak! mangkanya gw photo.) Ujung-ujungnya dibilangin besok sekolah minggu, nyanyi lagi baru deh si Magi kecil mau memberikan mike ke pengurus ruangan. Ha ha ha,.....
Ibunya, ga kasih ijin ikut bintang cilik. Ga tau kenapa... padahal kalau dia ikut, aku juga akan vote dia.........
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
ow, sangkain Ericka 8-D
Dear Erick,
ow, sangkain anak asuhmu, tapi gw yakin guru vokalnya si Ericka ya..ha..ha..ha
salam dari Koko Nosid bwt Magi deh
Shallom4Ever
lucu gambarnya:p
Wa .. Gue Dibohongin ya Yen
Wa .. Gue dibohongin ya Yen, duh .. pindah ah nyalonnya .. terakhir nyalon pelayanan gak memuaskan .. udah nunggunya lama, gk profesional lagi ..
Tepat yen terjemahanmu ... tumben bener , tapi, cuma intinya saja
yang lebih pas itu "Nah, lebih ganteng kalau gak pakai topi!"
hahaha, kecil, item tapi hidup .. kecebong tuh ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
ya iya lah.... g mana tahu bahasa dewa begitu:p
Training Gratis Buat Yenti
Wah .. blacklist aja tuh salon .. tapi tuh salon kaya donk, keramas aja pake air aqua .. steril ..
Mana bahasa dewanya? tes donk ..
Training gratis?
Neh caranya .. waktu komentar ataupun posting blog, cari gambar dulu yang sesuai termasuk emoticon, ambil image urlnya (kalau pakai firefox tinggal klik kanan, lalu pilih "copy image location"), lalu kembali ke editor pengisian comment / posting blog, di situ ada icon insert/edit image (dibawah icon B untuk bold), nah masukin aja alamat URLnya. ukuran dan letak bisa diatur, beres ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Thx u Ri:)
Diartikan Bebas Yen ...
Bahasa mana tuh?
aku coba artikan bebas ...
le bui tong wa tak mik kai... => Le (panggilan anak laki) .. air tong di sana ibu minum ya?
sang sang soi soi ou ou wak => sruput .. sruput .. slurp .. slurp .. ah ...
si mik kai => saya minum lagi ya ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Posting fotonya
Mox jadi pengen tahu kayak apa sih foto masa kecilnya Ari_Thok yang katanya kayak korban bencana, fotonya posting disini dong!
Ditunggu ya.
Photo Sartopi Mox?
Wah mox .. mo liat photonya sartopi? ada seh .. ntar dicari dulu .. pernah kuposting di blog lokal kantor, ntar kalau ketemu tak coba pasang .. jangan lupa siapin sumbangan buat korban bencana loh ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Pantesan...
"I can do all things through Christ who strengthen me"
Gak Tau Ya Pris
Gak tau ya Pris, tahu-tahu putih sendiri. Semakin aku jarang kena sinar matahari, semakin putuhlah kulitku. Atau karena aku pakai topi ya? Aku mandi juga biasa saja, gak pakai pemutih, tapi kata ortuku dan keluargaku, aku mandinya lama banget. Padahal acara di toilet kan banyak, gak hanya mandi. Session 1, 2, 3 belum lagi Lokakarya dan KKR ..
Nah, waktu itu aku masih menjalin persahabatan dengan topi, ya maklum lah masih sering kubawa, kupakai kalau aku pulang. Ah .. aku bagus to? Ah jadi malu ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Wah
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
Ho oh Ssa ...
Ho oh Ssa .. ikatan topi selama beberapa tahun ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Topi = Guling ?
Halo loha Sartopi alias Prince Uphil,
Beberapa kali aku menjumpai anak-anak yang ga mau ngelepasin gulingnya, biarpun udah lethek-thek dan udah mambu, tetep aja dibawa-bawa ke mana-mana, dan nangis klo diminta, walaupun dengan alasan gulingnya itu mo dicuci biar ga bauk, tetep aja ga boleh, malah kayaknya makin bauk mereka makin suka. Apa dasar psikologisnya sama ama topimu itu ya Rii..? Kira-kira kenapa ya, anak-anak suka begitu?
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Kempong, Dot, dan Jempol
Kalau menurut saya itu hanya masalah senang, suka dan kenyamanan aja Put, yang akhirnya jadi kebiasaan, kayak seperti anak kecil yang pakai dot, kemping, atau kebiasaan anak yang suka "ngemut" jempol. Kalau topiku itu dasarnya bukan suka sama topi, tapi karena malu karena waktu kecil potong rambutnya terlalu pendek.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*