Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Salju Turun di Salatiga

clara_anita's picture

Sejak kecil aku selalu bertanya-tanya, seperti apakah salju itu. Adakah ia sama dengan bunga es yang biasa kujumpai di lemari es ibu? Bagaimanakah rasanya ketika ia meleleh di tanganku? Dan bila kurasa dengan lidahku, adakah ia manis, tawar, atau asin? Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah kucoba cari jawabnya dengan memasukkan tubuh mungilku di lemari es ibu yang juga mungil.

Hingga kini, ketika aku bukan lagi bocah usia empat tahun yang belajar dunia dari halaman-halaman majalah Bobo, aku masih sering bertanya-tanya bagaimana rasanya menyentuh salju. Aku belum pernah tahu. Saking besar keinginanku untuk menyentuh benda putih dari langit itu aku pernah punya satu permintaan yang agaknya sukar terkabul. Pintaku pada TUHAN, turunkanlah salju di kotaku; atau bawalah aku ke tampat dimana aku bisa menyentuh salju; terutama ketika Natal tiba dan Salju putih berkilauan menyelimuti bumi. Bukannya aku tak tahu prinsip-prinsip geografis yang dulu pernah diajarkan semasa Sekolah Dasar; tapi bukankah tiada yang mustahil bagi DIA?

Ah, selama seperempat abad hidupku, DIA belum juga mengabulkan permintaanku. Natal tahun ini aku benar-benar berharap ia menurunkan salju di kotaku ketika sepi benar-benar mendominasi warna hari-hariku. Ketika aku begitu ingin beranjak dari kotaku yang mungil dan sedikit terpencil. Namun betapapun aku memohon IA tak jua menjawabnya. Hingga malam Natal itu, seorang teman menawarkan untuk mengikuti ibadah Natal di gerejanya. Sejenak aku mempertimbangkan tawarannya; terbayang sudah perayaan Natal di gerejaku. Tata caranya tergambar jelas, dan aku begitu menikmatinya. Namun entah mengapa akhirnya aku memutuskan untuk mengiyakan tawaran temanku itu. Jadilah malam Natal itu kurayakan di gereja temanku yang ukurannya lebih kecil dan tata caranya lebih singkat. Kecil, sekecil kotaku yang tak pernah bersalju, dan hangat sehangat kotaku pula yang memang berada di wilayah tropis. Entah mengapa, aku telah terlupa pada apa yang dikatakan pendeta di gereja itu atau kata-kata temanku ketika kebaktian usai. Aku hanya ingat betapa tersentuhnya aku pada suasana malam itu. Jarak antara aku dan pendeta saat itu terasa begitu dekat; tak sejauh ketika aku berada di gerejaku sendiri yang ukurannya lebih besar. Dan seketika aku merasa begitu dekat denganNYA; begitu dekat hingga aku dapat menyentuh tanganNYA.

Pada saat itu pun aku terhenyak; terhempas pada satu kesadaran yang menohokku telak. Selama ini aku selalu ingin berada di tempat lain, merasakan hal-hal yang bukan milikku, menginginkan apa yang tak kumiliki; rumah orang lain, keluarga lain, keahlian orang lain, kesempatan orang lain... kehidupan orang lain; di tempat lain. Segala keinginan yang membabi buta ketika DIA sudah memberikan sebuah hidup yang indah buatku; sebuah rencana yang indah... Aku sudah lupa isi homili Natal, ataupun warna baju yang dikenakan temanku dan dekorasi gereja mungil itu yang semarak menyambut Natal. Namun aku tak pernah lupa betapa aku telah menyentuh salju di kotaku yang tropis ketika aku melepaskan segala keinginanku dan berserah pada rencanaNYA; ketika aku mencukupkan diriku dengan apa yang ada padaKU.

Ternyata inilah rasanya menyentuh salju.
 
GBU
anita

clara_anita's picture

Judul Komentar : Salju

Judul Komentar : Salju memang pernah turun kok...
Pengirim : pwijayanto
Tanggal : Sat, 27 Dec 2008 22:10:40 +0700
Komentar :

saya sudah lupa kapan itu terjadi, tapi sy masih ingat butiran-butiran es kecil-kecil pernah turun bersama hujan di salatiga di suatu waktu.  pernah juga dalam perjalanan di jalan raya atap mobil kehujanan dan seperti kejatuhan kerikil2 kecil dan teman-teman di mobil berkesimpulan itu es kecil-kecil.

Kalau di Bandung, malah pernah masuk di koran...

Aku hanya ingat betapa tersentuhnya aku pada suasana malam itu. Jarak antara aku dan pendeta saat itu terasa begitu dekat; tak sejauh ketika aku berada di gerejaku sendiri yang ukurannya lebih besar

hm.., ya begitulah rasanya di gereja kecil... yang jauh dari kesan mewah dan 'luar biasa'.

jika sempat, datanglah ke gereja-gereja di desa-desa, yang berlantai tanah..., yang dindingnya papan..., yang atapnya tidak bereternit..., yang tak punya WC dan kamar mandi, at
au yang tidak punya ijin pendirian gereja. Anda akan melihat dan merasakan bahwa disanalah orang-orang tampak benar-benar "niat" menghadap Tuhan....

Ingatan terhadap kesederhanaan yang pernah dan masih kadang saya saksikan itu yang membuat saya seringkali tidak bisa menikmati kemewahan dan kemegahan gereja kota, yang berlantai keramik mahal atau granit dan marmer, yang ber-soundsystem ratusan juta rupiah, yang ber-lift dan eskalator, yang mimbarnya laksana panggung pertunjukan konser musik, yang WC-nya wangi seperti di hotel berbintang, yang jemaatnya rapi-rapi berjas berdasi, sepatu mengkilat atau berpakaian ala pesta. 

Saya sering merenung, bukankah Yesus dulu mengajar di jalan-jalan, di bukit, di pinggir danau... dan pengajaran Yesus menghasilkan murid-murid yang "tangguh" yang disegani hingga kini.

Saya hanya bisa merenung, seandainya uang untuk mewujudkan segala kemewahan itu diberikan untuk 'memperbaiki' kondisi gereja-gereja
lain yang memprihatinkan, mungkin Kerajaan Tuhan dapat jelas terlihat oleh lebih banyak orang.

salam, www.gkmin.net .



Judul Komentar : Hujan Es Bukan Hujan Salju
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 27 Dec 2008 22:50:07 +0700
Komentar :

Pwijayanto, anak kecil juga tahu bahwa hujan es bukanhujan salju. Masak anda tidak tahu?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak



Judul Komentar : Hujan salju beda dengan hujan es.
Pengirim : Purnomo
Tanggal : Sun, 28 Dec 2008 15:05:02 +0700
Komentar :



Pak Yanto, bedanya hujan salju dengan hujan es itu sama dengan bedanya es krim dengan es putar. Sama dinginnya, beda kristalnya. Ini kata teman yang tinggal di kaki Pegunungan Alpen dan beberapa bulan yang lalu menerbitkan bukunya “Menyusuri Lorong-lorong Dunia” jilid 2. Mudah-mudahan ia tidak membohongi saya.

 

Menurut Bu Puji yang buka warung makan dalam sebuah lorong di Jl.Monginsidi dekat kampus Satya, di Salatiga tidak pernah turun salju. Tetapi keterangannya masih debatable karena ia sehari-hari tinggal di gang sempit sehingga ia jarang-jarang memandangi langit luas.


class="MsoNormal"> 

Untuk memastikan apakah betul di Salatiga pernah turun hujan salju (siapa tahu Anita khilaf), seorang penduduk Salatiga yang berkantor di jalan protokol sehingga lebih sering melihat langit luas, pernah beberapa waktu tinggal di Amerika, yang dulu sering menulis untuk Kompas dan Intisari bisa ditanya. Pasti Pak Yanto mengenalnya. Namanya Abang Rahino.

 

Salam.

 

 



Judul Komentar : @hai-hai, @Purnomo, terima kasih.. anda menjelaskan
Pengirim : pwijayanto
Tanggal : Mon, 29 Dec 2008 03:42:01 +0700
Komentar :

Ya.. anita nulisnya judul "salju", judul tulisan saya ya "salju", tanpa pikir panjang bahwa salju beda dengan es, tapi di 'badan'  tulisan saya sebut es..

terima kasih untuk hai-hai dan Purnomo.

salam, www.gkmin.net .


ebed_adonai's picture

Kalau cuma hujan es mah di

Kalau cuma hujan es mah di magelang juga pernah, apalagi memang magelang-salatiga cuma terpisah kopeng, sktr 1,5 jam-an aja. Tapi cuma dikit kok hujan esnya..... :)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

clara_anita's picture

Es Campur di Magelang enak ^_^

Oh ternyata Ebed tinggal di Magelang ya?
Tidak terlalu jauh juga ya dari Salatiga.

Pernah juga main-main kesana dan langsung berkomentar

"Wah ternyata Magelang mirip Salatiga ya..."

Saya belum pernah lihat hujan es di Magelang, tapi kalau makan es campur di Magelang sudah pernah. Rasanya yang enak masih saya ingat sampai sekarang....

GBU
nita

ebed_adonai's picture

Sama!

Saya juga belom pernah lihat hujan es di salatiga, lha ke sana baru cuma sekali (he3x), waktu mengunjungi teman saya anak teologi UKSW. Paling cuma ke Kopengnya, pernah membawakan firman di sebuah gereja di sana. Kalau Clara pernah makan es campur di Mgl, saya di salatiga cuma pernah makan bakso, di dekat UKSW, enak juga, walau agak mahal, dan baksonya dikit pula!

Shalom! 

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Rusdy's picture

Ndak Tahan Dingin

Dari kecil saya juga mau rasakan salju. Tapi setelah merasakan sendiri betapa dinginnya 3 derajat celcius, saya cukup senang untuk tidak merasakan salju sampai saat ini deh :)