Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

"Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun" - Bab. 3 (Up-Date)

Julius Tarigan's picture

Di sini saya akan memuat isi bab yang ketiga dari buku "Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun". Di dalamnya nanti Anda akan diperkenalkan kepada para penyamun di dalam gereja-gereja sekarang ini. Mereka itu tidak lain dari para pendeta/gembala gereja-gereja itu sendiri. Mereka mengenakan jubah seorang gembala, tetapi mereka tidak lain adalah para pencuri. Merekalah yang disebut oleh Yesus sebagai "gembala-gembala palsu" atau "gembala-gembala upahan", yang dilawankan oleh Yesus dengan diri-Nya sendiri, yang adalah "Gembala yang baik". Gembala yang baik selalu hanya berfokus untuk memberi. Tetapi, gembala-gembala palsu itu selalu berfokus untuk mengambil. Baca sajalah selanjutnya.....

 

Penyamun

&

Sarang Penyamun

 


 

P

 

enyamun. Apakah atau siapakah itu? Pencuri, penodong, perampok, penjahat, bandit, begal dan masih banyak lagi yang lainnya -- itu semua bisa kita masukkan menjadi satu golongan dengannya. Pokoknya, penyamun adalah orang(-orang) yang selalu menjadi pelaku kejahatan. Mereka mencari nafkah dan memenuhi keinginan-keinginan mereka dengan melakukan kejahatan.

 

Cerita Tentang Penyamun

dan Korbannya

Kalau saya mendengar kata “penyamun” maka, biasanya, ingatan saya akan terbawa pada cerita yang sangat  menawan di dalam Alkitab, yaitu cerita yang dituturkan oleh Tuhan Yesus sendiri, yang kita kenal -- dengan judul yang diberikan oleh LAI -- sebagai: “Orang Samaria yang murah hati” (Luk 10:30-35). Dalam cerita itu dikisahkan seorang yang melakukan perjalanan dari Yerusalem menuju ke Yerikho. Di tengah perjalanan dia dihadang dan diserang oleh penyamun-penyamun. Dia dipukuli hingga setengah mati dan seluruh hartanya dikuras habis oleh penyamun-penyamun itu. Suatu perlakuan yang sangat kejam dan betul-betul tidak manusiawi. Seperti itulah yang dilakukan oleh penyamun.

       Ceritanya sendiri memang belumlah berakhir sampai di situ saja. Bahkan, tokoh utamanya – orang Samaria yang murah hati itu — masih belum lagi muncul di panggung. Tetapi, untuk maksud kita di sini, tidak perlulah kita mengikuti ceritanya itusendiri sampai berakhir. Sebab tujuan kita dalam melihat cerita itu di sini bukanlah untuk menemukan makna ceritanya sendiri secara keseluruhan, tetapi hanya sekedar untuk mendapatkan gambaran yang hidup dan segar di dalam Alkitab mengenai para penyamun, ketika mereka menjalankan aksinya.

       Memang, kalau ceritanya kita penggal sampai di situ saja, judul “orang Samaria yang murah hati” itu sudah tidak cocok lagi. Karena itu, hanya untuk kepentingan kita di sini saja, judulnya kita buat saja menjadi: “cerita tentang penyamun dan korbannya.”

 

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi....." (update 1)

Ilmu Ketika Berhadapan

Dengan Penyamun

Ditinjau dari sisi korban, setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan – kalau masih sempat atau memungkinkan untuk itu — ketika berhadapan dengan seorang/sekawanan penyamun.

        Pertama, memberi perlawanan. Mungkin, dia menguasai ilmu bela diri atau memiliki senjata yang bisa dia gunakan untuk membela dirinya dalam melakukan perlawanan itu.

        Kedua, melarikan diri. Ini tentu adalah hal yang sangat wajar untuk dilakukan, khususnya kalau yang pertama itu tidak bisa atau tidak berhasil dilakukan. (Ini pun termasuk salah satu “jurus” dari “ilmu bela diri” juga, kan?).

         Ketiga, minta pertolongan. Kalau yang pertama dan yang kedua itu tidak bisa atau masih belum berhasil juga, masih ada cara yang ketiga ini untuk dicoba. Yaitu, berteriaklah dengan sekeras-kerasnya untuk meminta pertolongan. Moga-moga aja ada yang mendengar dan bersedia (dan juga mampu) untuk menolong. Itulah ketiga hal yang bisa/mungkin untuk dilakukan ketika seseorang berhadapan dengan seorang atau sekawanan penyamun.

 

 

Teknik dan Strategi

Seorang Penyamun

Para penyamun itu sendiri tentunya sudah hapal banget dengan ketiga “ilmu” yang kemungkinan akan digunakan oleh orang yang hendak mereka jadikan sebagai sasaran mereka. Karena itulah, jika ditinjau dari sisi para penyamun itu, maka ada dua langkah yang akan mereka lakukan secara bertahap.

        Pertama, melumpuhkan korbannya. Yang dimaksud dengan itu adalah membuat korbannya menjadi tidak berdaya sama sekali. Terkadang, tindakan melumpuhkan itu – kalau mereka anggap perlu atau bisa saja secara tidak disengaja -- sampai membuat si korban itu kehilangan nyawanya. Biasanya, hal itu mereka lakukan dengan “menghujani” tubuh korbannya itu dengan pukulan-pukulan. Dan, tak jarang juga, khususnya jika mendapat perlawanan yang berarti dari pihak korban, mereka  pun tak segan-segan untuk menggunakan senjata yang mereka miliki terhadap sang korban. Pokoknya, mereka akan melakukan apa saja (yang menurut pertimbangan mereka diperlukan) untuk melumpuhkan orang yang menjadi calon korban mereka.

      Barulah, setelah korbannya tidak berdaya lagi, mereka pun akan melakukan langkah yang kedua, yaitu: mengambil semua miliknya yang berharaga. Mereka akan menguras habis semua barang-barang berharga milik si korban -- persis seperti dalam cerita yang dituturkan oleh Tuhan Yesus di atas tadi.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update2)

 

 

Tujuan Mempelajari

“Sepak Terjang” Para Penyamun

 

Apa perlunya kita menguraikan dengan panjang lebar mengenai “sepak terjang” dari para penyamun itu?

       Setidaknya, hal itu bisa berguna untuk menambah kewaspadaan, kesiagaan dan kesigapan kita kalau-kalau suatu ketika kita sendiri dijadikan sasaran oleh (para) penyamun (penjahat). Tetapi, yang menjadi tujuan saya yang sesungguhnya (utamanya) dengan uraian itu adalah hal-hal yang akan saya sebutkan berikut ini.

       Gereja(-gereja) sekarang ini telah menjadi “sarang penyamun”. Sedangkan, penyamun itu di mana pun – baik yang ada di luar sana maupun yang di gereja — pada dasarnya sama saja, khususnya di dalam cara-cara dan tujuannya.

       Karena itu, dengan mempelajari sepak terjang dari (para) penyamun yang ada “di luar” sana, kita akan mendapat masukan yang sangat berharga (membantu) untuk mengenali (para) “penyamun” yang ada di gereja(-gereja) sekarang ini.

       Hal itu menjadi lebih penting lagi, karena para “penyamun” yang ada di gereja-gereja sekarang ini, bekerja dengan cara yang terselubung. Mereka itu bukan saja tidak kelihatan seperti penyamun. Lebih dari itu, mereka bahkan dilihat dan dipuji-puji oleh banyak orang sebagai orang-orang yang “saleh”, “penuh dengan Roh Kudus”, sangat “diurapi” dan “diberkati“ oleh Allah.

       Dapat dibayangkan, betapa mereka itu saat ini sedang berada di dalam posisi yang aman dan tak tersentuh (untouchable). Siapa yang berani menggugat mereka atau berkata-kata yang miring tentang mereka? Nyaris tidak ada.

       Bahkan, dari pada mempertanyakan atau menyangsikan ketulusan dan kebenaran mereka itu, banyak orang yang justru sedang meng-elu-elukan dan meng-arak-arakkan beberapa dari mereka itu, ke mana saja mereka datang/berkunjung sekarang ini.

       (Masing-masing dari mereka itu diperlakukan tak ubahnya seperti seorang kepala negara, atau seorang pahlawan yang sangat berjasa bagi bangsa/negara atau  seorang “rock-star”. Jadi, bisalah juga dibayangkan, betapa beresikonya apa yang sedang saya lakukan sekarang ini -- yang tak ubahnya seperti sedang menentang arus yang sangat besar dan sedemikian derasnya -- dengan mengungkapkan hal-hal ini!)

        Jadi, satu-satunya jalan bagi kita untuk bisa mengenali para “penyamun” di gereja itu adalah dengan cara melihat persamaan (kemiripan) yang mereka miliki dengan para penyamun yang ada di luar sana, yaitu persamaan di dalam ciri-ciri dasarnya atau prinsip kerjanya.

       Dari uraian di atas tadi tentang “sepak terjang” dari para penyamun itu, kita bisa menyimpulkan begini mengenai penyamun: Para penyamun itu selalu hanya bertujuan untuk Mengambil (atau merampas) harta milik orang lain, dengan jalan melumpuhkan sang pemiliknya terlebih dahulu.

       Marilah kita bawa apa yang telah kita pelajari mengenai para penyamun yang ada “di luar” ini untuk mendeteksi kehadiran dan aktifitas dari para “penyamun” yang ada “di dalam”, yaitu di gereja(-gereja) kita sekarang ini. Kita akan memfokuskan perhatian pada dua kata kunci yang terdapat di sana, yaitu: mengambil dan melumpuhkan.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update3)

Mengambil

Saya memulainya dari kata “mengambil” di sini (bukan dari kata “melumpuhkan) karena kata “mengambil” inilah yang mewakili apa yang merupakan tujuan utama dari para penyamun itu (sementara, kata “melumpuhkan” itu hanyalah menunjuk kepada teknik atau strateginya saja). Kata “mengambil” ini juga dengan tepat sekali melukiskan karakteristik dari para “penyamun” yang ada di gereja-gereja sekarang ini. Sebab, dengan semua balutan agama atau “kerohanian”, yang menyilaukan itu, mereka sebenarnya hanya memiliki satu tujuan saja di dalamnya, yaitu: Mengambil sebanyak-banyaknya (yang bisa dan berharga untuk diambil) dari apa yang dimiliki oleh para anggota jemaat mereka.

       Karena itulah mereka sangat mengupayakan supaya jumlah anggota jemaatnya bisa terus saja mengalami pertambahan atau “pelipatgandaan”. Dan, tentu saja, untuk itu mereka akan memberikan alasan-alasan yang “sangat rohani” dan mulia. Yaitu, antara lain: “itu sesuai dengan keinginan hati Allah yang terdalam, yang menghendaki supaya tidak seorang pun yang binasa”, “untuk memenuhi Amanat Agung Kristus”, “demi kemuliaan Tuhan”, dst.

       Tetapi, minat mereka yang sesungguhnya, dalam memiliki jumlah anggota jemaat yang banyak itu, terutama adalah demi keuntungan bagi diri mereka sendiri (sedangkan semua demi…,demi... yang [mulia] lainnya itu, cuma berada di urutan yang berikut-berikutnya saja). Sebab, sudah sangat jelaslah, jika ditinjau dari sudut kepentingan mereka, maka jumlah anggota jemaat yang banyak itu akan lebih baik (baca: menguntungkan). Dan, semakin banyak jumlahnya, semakin baik pulalah itu buat mereka. Sebab, dengan demikian, tentunya, akan semakin lebih banyak lagilah  yang terhadapnya mereka bisa menjalankan proyek “mengambil” itu.

       Terutama sekali, usaha-usaha yang intensif (dan ekstensif!) akan ditujukan untuk “memenangkan” orang-orang yang berada ( atau kaya/berkedudukan/berpengaruh). Untuk orang-orang yang seperti itu, segala daya upaya akan dikerahkan, sampai mereka mau bergabung menjadi anggota atau, setidaknya, menjadi “partner” pelayanan untuk gereja itu (maklumlah, itu kan merupakan “tangkapan yang besar”!).

 

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update4)

Cerita tentang Gembala yang Baik

dan Gembala yang Palsu

 
Jika berbicara mengenai soal “mengambil” ini, saya selalu teringat kepada sebuah cerita yang lain dari Alkitab, yang juga dituturkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Cerita yang saya maksudkan itu adalah cerita mengenai “Gembala yang baik” yang terdapat di dalam Injil Yohanes (Yoh 10:1-18). Di dalam cerita itu Yesus membandingkan antara “Gembala yang baik”, yang tak lain adalah menggambarkan diri-Nya sendiri, dengan mereka yang “bukan gembala” (ay. 12) atau para pekerja “upahan” (ay. 13), atau kita sebut saja mereka itu sebagai para “gembala palsu”.

Jika kita menelusuri ayat-ayat itu, khususnya mulai dari ayat 10 sampai ayat 18, kita bisa melihat perbedaan yang tajam sekali yang dibuat oleh Yesus antara “Gembala yang baik” dan “gembala-gembala palsu” di sana (band.

Donald Guthrie, MTh, PhD, “Yohanes”, dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, [Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, Jakarta, 2003], hlm. 302). Dan perbedaan yang sangat tajam itu dapat kita simpulkan dalam dua kata yang berikut: memberi dan mengambil. “Gembala yang baik” itu berfokus pada memberi. Sedangkan “gembala-gembala palsu” itu berfokus pada mengambil. Ini adalah saat yang tepat bagi para gembala di gereja-gereja sekarang ini, untuk mengajukan pertanyaan bagi diri sendiri, seperti ini: Apakah saya selama ini adalah seorang gembala yang baik, seperti Yesus, yang berfokus pada memberi? Atau, adalah seorang gembala palsu yang berfokus pada mengambil?

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update5)

Ayat Alkitab yang

Sering di-Salah-artikan

 

Ayat 10 menjadi ayat yang sangat terkenal sekarang ini.

Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

 

       Cuma saja, ketenaran ayat ini disertai dengan cacat pemahaman yang sangat serius. Ada dua kata dari ayat ini yang pada umumnya disalah fahami atau di salah artikan, yaitu kata “pencuri” dan kata “kelimpahan”. Untuk tujuan kita di sini, kita hanya akan mengoreksi yang pertamanya saja.

       Banyak orang yang keliru selama ini dengan mengatakan bahwa kata “pencuri” itu menunjuk kepada Iblis. Saya menduga, hal ini bukanlah hanya sekedar kekeliruan biasa (karena kelemahan/kesilapan manusiawi semata), tetapi nampaknya hal ini (oleh orang-orang tertentu) memang sengaja dikelirukan sedemikian rupa. Mungkin hal itu hanya supaya lebih cocok dengan ajaran kesukaannya. Atau, yang lebih serius lagi, yaitu supaya kejahatannya tidak disoroti. Sebab memang, ayat-ayat Alkitab yang khusus ini sebenarnya sedang membicarakan mengenai “gembala-gembala palsu” (yang dikontraskan dengan “Gembala yang baik”).

       Sudah dapat dipastikan “gembala-gembala palsu” itu sangat tidak menyukai apa yang diungkapkan di dalam ayat-ayat ini, sebagaimana adanya. Hanya tidak mungkin saja bagi mereka untuk melarang umat membaca ayat-ayat itu atau mengatakan bahwa khusus ayat-ayat itu bukanlah firman Tuhan – sebab orang-orang tidak akan mempercayainya. Karena itu, jalan satu-satunya adalah dengan merubah pengertiannya, yaitu dengan mengatakan bahwa “pencuri” itu menunjuk kepada Iblis. Hasilnya: Orang-orang sekarang ini jadi tidak menyoroti sepak-terjang dari para “gembala palsu” itu, tetapi menjadi teralihkan perhatiannya kepada “Iblis”.

 

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update5)

“Iblis” Ciptaan para Gembala Palsu

dan Iblis yang Sebenarnya

 

Saya sengaja menuliskannya “Iblis” (dengan tanda petik ganda) di sana, karena sesungguhnya itu hanyalah “Iblis” yang mereka ciptakan, bukan Iblis yang sebenarnya. Tahukah Anda Iblis yang sebenarnya itu saat ini sedang berada di mana? Iblis yang sebenarnya sesungguhnya  sedang bekerja di dalam dan melalui mereka (para “gembala palsu” itu). Dia bekerja dengan begitu leluasanya, tanpa halangan yang berarti. Sebab orang-orang Kristen telah disibukkan dengan memerangi “Iblis” hasil rekaan atau ciptaan para “gembala” palsu itu. Saudaraku, “peperangan rohani” yang Anda lakukan dengan begitu giatnya selama ini, ternyata kebanyakannya (untuk tidak mengatakan semuanya) adalah salah sasaran. Anda telah tertipu dengan “menembaki” sasaran yang semu.

       Apakah sekarang Anda sudah melihat siapakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan “pencuri” di dalam Yohanes 10:10 itu? Ya, benar! Memang para “gembala” palsu itulah yang disebut Yesus sebagai “pencuri” di sana. Perhatikanlah khususnya ayat 8:

 

Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

 

 

       Terjemahan dalam bahasa Indonesia kita, seperti yang dikutip di atas, berbunyi lebih jelas dari pada dalam beberapa terjemahan lainnya (mis: KJV dikatakan “All who…”). Di sini langsung dikatakan “semua orang…”, yang jelas menunjuk kepada manusia, bukan kepada mahluk roh/Iblis.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update6)

       Terlepas dari situ pun, kita masih bisa mendapatkan hasil yang sama juga (yaitu bahwa yang diacu oleh Yesus di sana bukanlah Iblis, melainkan orang), dengan cara yang lain lagi. Salah satunya adalah dengan memperhatikan (menimbang dari) konteksnya. Seperti yang telah kita lihat tadi bahwa di sini Yesus sedang membandingkan dua pihak. Pihak yang pertama adalah diri-Nya sendiri, yang digambarkan-Nya sebagai “Gembala yang baik”. Dan, pihak yang kedua adalah mereka yang disebut-Nya sebagai “gembala-gembala palsu”. (Perlu dicatat bahwa di dalam perikop ini sama sekali tidak ada singgungan terhadap dan  mengenai Iblis dan roh-roh jahat.) Karena itu, yang dimaksudkan oleh Yesus dengan “pencuri” itu (baik di dalam ayat 8 maupun di ayat 10) hanya mungkin ditujukan kepada satu sasaran saja, yaitu mereka yang disebut-Nya sebagai “gembala-gembala palsu” itu. Mengarahkannya kepada iblis jelas-jelas adalah sangat tidak beralasan.

       Pencuri adalah variasi lain dari penyamun – perbedaan di antara keduanya hanyalah dalam gaya-nya saja. Baik pencuri maupun penyamun, tujuannya satu dan sama saja, yaitu: mengambil milik orang lain untuk menjadi miliknya.

       Saya senang mengakhiri bagian ini dengan mengutipkan kata-kata dari Dr. Bloomer, sebagai yang berikut ini.

Beberapa pendeta terus-menerus mengajarkan tentang kemakmuran, sementara sebagian besar jemaat mereka tetap miskin. Sebelumnya perlu saya katakan: ketika tokoh pemegang otoritas menuntut jemaat untuk terus-menerus memberi, tetapi ia tidak pernah memberikan apa pun sebagai balasan kepada mereka yang di bawahnya, ini sama dengan pelecehan. Jika pada suatu kesempatan Anda mendengar Injil yang bekerja hanya untuk sebagian kecil orang-orang, maka Anda harus curiga, sebab Allah tidak memandang muka. Sesungguhnya, pendeta-pendeta tersebut menjadi kaya bukan karena mereka bangun setiap pagi untuk pergi bekerja, melainkan karena mereka mengambil apa yang diberikan jemaat kepada mereka.

   Pemimpin-pemimpin semacam ini menggunakan Allah sebagai umpan di dalam kedok propaganda mereka, “lakukanlah hal ini untuk saya secara cuma-cuma; dan biarkan Tuhan memakai Anda.” Mereka mengajarkan bahwa cara untuk menjadi makmur adalah dengan memberi, memberi, dan terus memberi – mereka tidak pernah mengajarkan tentang tanggung jawab, menabung, dan berdisiplin menurut cara Allah. Ada beberapa gereja di mana pendetanya begitu serakah sehingga ia terus-menerus menekan dan menakut-nakuti jemaat untuk memberi lebih banyak lagi – sementara ia terus-menerus mengambil dan memakai lebih banyak lagi untuk dirinya sendiri, ia juga memimpin gereja besar, memperkaya diri dan memamerkan mobil mewahnya yang terparkir tepat di depan pintu masuk gereja. [1]



[1] George Bloomer, Penyalahgunaan Otoritas Rohani – Lepas dari Segala Macam Penyalahgunaan Otoritas Rohani dalam Gereja, Metanoia, Jakarta, 2004, hal. 68.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update8)

Melumpuhkan

Melumpuhkan berarti membuat korbannya menjadi tidak berdaya sama sekali. Biasanya, para penyamun melakukannya dengan memukul korban, baik dengan tangan (atau anggota tubuh lainnya) maupun dengan menggunakan alat pemukul. Cara lain, yang lebih “halus”, adalah dengan menodongkan senjata kepada korban – ini juga adalah cara untuk membuat korban menjadi “lumpuh” atau tidak berdaya.

 

Menjernihkan Penilaian Kita

 

Ada dua hal yang perlu dijernihkan ketika kita membicarakan mengenai tindakan melumpuhkan ini. Pertama, tidak selalu tindakan melumpuhkan itu dilakukan dengan cara-cara yang kasar atau terlihat kejam. Memang, dalam cerita dan uraian di depan tadi, kita melihat para penyamun itu menggunakan cara yang kasar dan nyata-nyata kejam untuk melumpuhkan korbannya. Tetapi, cara seperti itu bukanlah cara satu-satunya atau sudah merupakan sebuah cara yang standard untuk digunakan oleh para penyamun – kapan saja, dimana saja dan terhadap siapa saja yang menjadi korbannya. Bukan begitu. Cara yang digunakan akan selalu disesuaikan dengan: 1) Keadaan/kemajuan zaman, 2) Kepribadian penyamunnya, 3) Kondisi calon korban, 4) Situasi dan kondisi di sekitar pada waktu/saat itu.

       Dalam hal apapun, kalau kita mau berhasil sekarang ini, salah satu rumusnya yang sangat menentukan adalah: Kita harus menggunakan cara-cara yang sesuai (atau disesuaikan) dengan zaman sekarang ini. Sebab cara-cara yang dulu (se-efekfif apapun itu dulu) hanya cocok untuk digunakan pada zaman itu dan tidak akan cocok lagi untuk digunakan sekarang ini, sebab kondisi-kondisi yang ada sekarang ini sudah tidak seperti yang dulu lagi. Juga, hal itu hanya akan menjadi semacam trik yang sudah basi, yang orang-orang semua sudah hafal, jadi tidak akan termakan lagi dengannya (kecuali tentunya orang-orang yang sudah kelewat bodohnya). Para penyamun – yang efektif — sekarang ini, tahu dan pada umumnya sudah menggunakan “rumus” itu dengan sebaik-baiknya. (Pikiran saya sekarang jadi melantur begini: Orang-orang Kristen yang sangat giat beribadah tetapi hidupnya terus hanya begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan, suka mengeluh: “kok, Tuhan belum juga memberkati”! Sebenarnya bukan karena Tuhan yang belum memberkati, tetapi lebih karena mereka yang kurang berusaha seperti para penyamun yang efektif itu).

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update9)

      

Tidak semua penyamun punya kepribadian yang (tampilannya) keras atau kejam terhadap orang lain. Banyak juga mereka yang ternyata sangat bagus dalam bersosialisasi – ramah, sopan, tutur katanya lembut dan enak untuk diajak ngobrol. Tapi, awas, jangan sampai Anda menjadi lengah atau terlena karena tampilannya yang seperti tidak berbahaya itu. Sebab, selembut apapun perkataan dan perbuatannya kepada Anda, dia (mereka) itu tetaplah penyamun. Bisa saja, Anda pun akan dimangsanya.

       Sebelum melakukan penyerangan, seorang penyamun (yang efektif) selalu melakukan pengamatan yang jeli/cermat terlebih dahulu mengenai kondisi calon korbannya. Berdasarkan hasil pengamatan itulah mereka akan merancang dan menentukan cara apa yang paling sesuai dan efektif untuk bisa melumpuhkan calon korban itu. Barulah setelah mereka hakulyakin atas suatu cara tertentu, mereka pun melakukannya terhadap target/korban. Mungkin cara yang dipilih itu adalah cara yang kasar dan terlihat kejam, tetapi bisa juga cara yang sangat halus, yang lebih mengandalkan penggunaan akal atau kecerdikan, tanpa kekerasan fisik sama sekali. (Contohnya: dengan memasukkan obat penidur atau racun di/ke dalam gelas minuman orang yang menjadi target).

       Situasi dan kondisi di sekitar saat itu juga memegang peranan untuk pemilihan cara yang akan digunakan oleh para penyamun. Mereka tidak akan dengan gegabah atau secara sembarangan saja, misalnya, ketika mereka merasa senang untuk melakukannya, mereka pun melakukannya. Tentulah tidak begitu. Mereka pun akan dengan penuh perhitungan melakukannya, yaitu dengan merancang sebelumnya suatu cara yang cocok dan yang diyakini akan efektif jika dilakukan pada waktu, tempat dan orang tertentu itu. Tetap saja, akan ada dua kemungkinan untuk cara yang akan mereka tempuh itu, yaitu: cara yang kasar/ terlihat kejam atau cara yang halus/lembut, tanpa terlihat adanya kekerasan sama sekali.

        Yang kedua, tindakan melumpuhkan itu bukanlah yang menjadi tujuan dari para penyamun. Seperti yang sudah dikatakan tadi bahwa tujuan dari para penyamun hanyalah satu saja: Mengambil milik orang lain. Kalaupun, dalam prosesnya mereka melakukan tindakan melumpuhkan korbannya, tindakan itu sendiri hanyalah sekedar sebagai suatu cara yang harus ditempuh, demi mendapatkan tujuan itu.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update10)

Para Penyamun pun Manusia Biasa

dan Menjalani Hidup yang Normal/Wajar

Akan menjadi sesuatu yang berlebihan bila kita mengira bahwa semua penyamun itu  adalah orang-orang yang kejam (sadis), yang mendapatkan kepuasan dengan melakukan kekejaman terhadap korbannya. Itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, mereka juga manusia, bukan Iblis. Perbuatan melumpuhkan itu, mereka lakukan, lebih karena suatu keharusan dari pada kesenangan. (Mungkin ada kekecualian di dalam hal ini, tetapi jumlahnya tidaklah banyak dan pada umumnya orang-orang itu memang menderita sakit jiwa yang parah). Tujuan mereka hanyalah, seperti yang sudah dikatakan di atas tadi, mengambil milik orang lain. Mengapa? Karena mereka membutuhkannya.

       Kebanyakan dari mereka akan menggunakan apa yang didapatkan itu sebagai penyambung hidup, baik itu untuk diri sendiri dan (sangat sering) juga untuk keluarganya. Sebagiannya memang menggunakannya untuk sekedar bersenang-senang atau berfoya-foya.

       Para penyamun (dan semua penjahat lainnya) disebut jahat bukanlah karena mereka itu sudah sama sekali jahat. Sama seperti orang-orang yang lainnya, mereka pun bekerja atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaannya hanyalah pada hal ini: Mereka menggunakan cara atau jalan yang merugikan orang lain dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya itu.

        Selebihnya, mereka adalah manusia biasa dan menjalani hidup yang normal/wajar, sama seperti Anda dan saya. Mereka, misalnya, akan membantu membawa ke rumah sakit tetangganya yang tiba-tiba terserang penyakit, berkontribusi untuk kebersihan/keamanan dilingkungannya, menggendong atau memandikan anak-anaknya, dsb.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update11)

 

Agar Kita Tidak Keliru Dalam Menilai

dan Mengenali

Dengan mengatakan seperti yang di atas itu, mungkin bagi beberapa orang hal itu terbaca sepertinya saya sedang membela para penyamun tersebut? Pastilah bukan begitu. Sebenarnya, saya hanya bermaksud untuk mendudukkan persoalannya pada tempatnya. Hal ini penting dilakukan. Sebab, kalau tidak, maka pemahaman kita akan penyamun itu akan melenceng atau tidak akurat. Dan, karenanya, tidak dapat diandalkan sebagai acuan.        

       Apa yang terjadi nanti (sebenarnya, sudah banyak kali terjadi selama ini) bisa seperti ini: Orang-orang yang memiliki sifat-sifat atau perilaku yang kasar dan cenderung anti sosial (yang, sebenarnya, karena mengalami problem-problem emosional, sehingga mereka, misalnya: menjadi pemarah, garang/galak, suka berkelahi/memukul orang, kasar terhadap istri dan anak-anaknya dan/atau kepada semua orang, atau tampangnya sangar/seram [karena brewokan?]), akan secara keliru dianggap sebagai penyamun.

       Sebaliknya, orang-orang yang, sebenarnya dalam mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, melakukan cara-cara yang curang dan merugikan orang lain, tetapi karena memiliki penampilan yang “manis” (misalnya: mengurus istri dan anak-anaknya dengan baik, sering memberikan bantuan atau sumbangan, rajin mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah), gagal dilihat  sebagai  penyamun atau penjahat.

       Karena itu, janganlah kita terperangkap ke/di dalam cara melihat atau menilai yang keliru seperti itu, yang memandang kejahatan hanya dari penampilan luarnya -- yang kasar — saja. Sehingga, akan gagal memahami kejahatan yang sesungguhnya atau mengenali orang jahat (penyamun) yang sebenarnya. Terlebih lagi di dalam konteks yang menjadi sorotan kita sekarang di sini, yaitu: untuk mengungkapkan  tindakan-tindakan kejahatan di dalam gereja, khususnya yang dilakukan oleh para pendeta/gembala.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update12)

Penyamun yang Lebih Canggih,

Lebih Licik dan Lebih Kejam

Jadi, penyamun atau penjahat yang hendak kita periksa di sini adalah orang-orang yang sehari-harinya bekerja sebagai pendeta/gembala di gereja.

       Anda pastilah tidak akan menemukan para pendeta/gembala yang, misalnya, menodong jemaatnya dengan menggunakan sebilah kelewang atau sepucuk pistol. Atau, misalnya lagi, seorang pendeta yang memukul dan menendang tubuh anggota-anggota jemaatnya sedemikian rupa, sampai mereka bersedia membayar persepuluhan mereka untuk bulan itu. Saya percaya, tidak ada pendeta/gembala yang melakukan tindakan yang seperti itu. (Atau, kalau Anda mengetahui ada pendeta/gembala yang melakukan perbuatan seperti itu, beritahu kepada saya. Saya pasti akan datang bersama serombongan polisi untuk menciduk dan menjebloskannya ke dalam penjara. Atau, Anda laporkan sajalah sendiri ke pos polisi terdekat. Sebab hal itu sudah merupakan suatu tindakan kriminal!).

       Tetapi, sekalipun sangat disayangkan jika ada pendeta/gembala yang melakukan kejahatan yang dengan nyatanyata terlihat seperti itu, itu bukanlah jenis/bentuk kejahatan atau pelaku kejahatan yang kita selidiki di sini.

       Jika dibandingkan dengan jenis kejahatan dan pelakunya yang kita maksudkan di sini, bentuk dan pelaku kejahatan yang “kasar” dan nyata-nyata seperti itu, bisa dikatakan, masih belum ada apa-apanya. Sebab, sesungguhnyalah, para pelaku kejahatan yang kita periksa di sini dan jenis kejahatan yang mereka perbuat, dalam segalanya, melampaui yang disebutkan belakangan itu. Kejahatan dan pelakunya di sini jauh lebih:

   Canggih – karena menggunakan teknik-teknik psikologis yang mutakhir atau yang terus saja diperbarui atau ditingkatkan;

   Licik – karena tidak kentara atau tidak terlihat dengan nyata kejahatannya;

   Kejam dan merusak/menghancurkan – karena kejahatan itu dilakukan dengan terus-menerus -- tiada henti-hentinya. (Sampai nanti akhirnya si korban hanya tinggal sebagai “ampas” saja, sehingga kemudian akan “dibuang” begitu saja. Sementara itu, sebelum sampai ke sana, si korban tidak menyadari kalau dia sebenarnya sudah atau sedang dijahati. Malahan, ironisnya, seringkali dia justru merasa sangat kagum dan begitu berhutang budi kepada si pelaku dan menghormati si pelaku itu sebagai seorang “hamba Tuhan”, yang khusus “dikirim” dan “dipakai” oleh Tuhan untuk “menggembalakan” diri dan hidupnya, supaya selalu berada di “jalan yang berkenan kepada Tuhan”).

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

GODARMY's picture

om Julius, PENDETA RAMPOK

Anda pastilah tidak akan menemukan para pendeta/gembala yang, misalnya, menodong jemaatnya dengan menggunakan sebilah kelewang atau sepucuk pistol. Atau, misalnya lagi, seorang pendeta yang memukul dan menendang tubuh anggota-anggota jemaatnya sedemikian rupa, sampai mereka bersedia membayar persepuluhan mereka untuk bulan itu.
 

Om Julius, pendeta penyamun/perampok di dalam gereja , ya tidak mungkinlah memakai kekerasan dalam hal perpuluhan/persembahan kasih, biasanya bila mendekati bulan baru,  terus menerus/tiap kotbah diingatkan dan ditakut-takuti dengan firman Tuhan, kalo gak perpuluhan bisa miskin,  tanah dikutuk, dibilang mencuri milik Tuhan, usaha gak ada berkat dll bahkan ada yang terang-terangan bilang suka duit(biasanya pengkotbah undangan). Hingga beberapa waktu lalu saat saya mampir ke gereja lain, ada ibu-ibu yg sampai memberikan cincin emas dalam kantong persembahan.
Jaman sekarang jika perampok asli pakai senjata  tapi pendeta perampok pakai ayat-ayat  alkitab.

Ngrampok enakan pakai ayat om, gak masuk penjara, kalo pakai sajam kan dipenjara .

Bedanya lagi: kalo perampok dipenjara bilang : TUHAAANN TOBAAAAAAATTT

kalo pendeta perampok habis ngrampok bilang : PUJIIIII TUHAAAAAANN

:D:D:D

 

 

 

JESUS IS GOD

__________________

JESUS IS GOD

Julius Tarigan's picture

@GODARMY: Begitulah!

Ya, itulah yang sedang terjadi di mana-mana sekarang ini!

Rumah Tuhan/gereja2 menjadi "sarang penyamun" dan para pendetanya adalah pendeta2 penyamun/perampok. Kalau selama ini kita mengenal istilah "penjahat perang" atau ada juga yg disebut sebagai "penjahat kelamin", maka sekarang ini ada istlah yg perlu di disosialisasikan yaitu: "penjahat gereja". Dan, itu secara khusus menunjuk kepada para pendeta/gembala penyamun/perampok itu.

GODARMY, kamu sangat humoris dan sekaligus "tajam" ketika mengungkapkan perbedaan antara "perampok" dan "pendeta perampok" yang berikut ini:

kalo perampok dipenjara bilang : TUHAAANN TOBAAAAAAATTT

kalo pendeta perampok habis ngrampok bilang : PUJIIIII TUHAAAAAANN

Hehehe....! Kamu bisa aja ya, GODARMY!

Thanks sudah memberi komentar yang sangat mendukung dan juga sangat menghibur di sini! Gbu.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update12)

 

“Sarang Penyamun” itu adalah

Kondisi Gereja Secara Keseluruhan

Sekarang Ini

Saya bukannya mau menuduh atau bermaksud menjelek-jelekkan gereja-gereja tertentu. Buku ini tidaklah dimaksudkan untuk mendukung atau pun menjatuhkan aliran atau denominasi tertentu di dalam kekristenan. Saya menulis buku ini dengan keprihatinan dan dukacita yang mendalam (dan, jangan lupa, juga dengan “kemarahan yang besar!) terhadap kondisi dari gereja-gereja Kristen secara keseluruhan sekarang ini.

 

       Sebagaimana halnya Bait Allah dulu pernah dibuat menjadi “sarang penyamun” (antara lain dalam Mat 21:13), begitu jugalah sekarang gereja-gereja telah dibuat menjadi “sarang penyamun”. Jadi, “sarang penyamun” itu adalah kondisi Gereja Kristen secara keseluruhan sekarang ini. Itu berarti: baik yang Katolik Roma maupun yang Protestan, yang Injili (fundamentalis-konservatif) maupun yang non-Injili (Neo-ortodoks-Liberal), baik yang Pentakosta-Kharismatik maupun yang non-Pentakosta-Kharismatik, juga gereja-gereja Timur/Ortodoks – tidak ada yang terkecuali! (Saya akan sangat kecewa kalau tulisan saya ini digunakan untuk saling menuding satu dengan yang lain di antara gereja-gereja, dengan mengatakan bahwa yang lain itu adalah “sarang penyamun”. Kalau itulah yang terjadi, berarti kita sudah benar-benar menjadi bebal. Kiranya, tidak terjadi yang seperti itu!).

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

GODARMY's picture

om Julius, Bait Maling

BIG SALE
 

PASAR PENYAMUN
----AYO-AYO SIAPA BELI!....... PEDANG SAKTI CUMA 50.000, GOLOK ABUNAWAS MURAH 70.000, PISTOL  PIRATES OF CARIBBEANS HANYA 100.000 SAJA!!, TALI ZORRO 5.000….MIRAS DARI COLOMBIA 20.000 PER BOTOL, BUDAK BELIAN 200.000..DST....

PASAR  HEWAN
----YAK BURUNG MERPATI CUMA 5.000, SAPI 2.000.000, DOMBA 500.000 AYO SIAPA BELI PAKET LENGKAP KORBAN BAKARAN, KORBAN PENEBUS DOSA DLL…LEBIH MURAAAHHH!!...Cuma contoh om :D

Sebagaimana halnya Bait Allah dulu pernah dibuat menjadi “sarang penyamun” (antara lain dalam Mat 21:13), begitu jugalah sekarang gereja-gereja telah dibuat menjadi “sarang penyamun”. Jadi, “sarang penyamun” itu adalah kondisi Gereja Kristen secara keseluruhan sekarang ini.
 

Om Julius ini kan tidak hanya berbicara tentang garong/jadi sarangnya penyamun dalam gereja  saya pikIr juga tentang situasi/keadaan  dimana bait Allah yang kudus sudah jadi seperti pasar, bagaimana dengan ayat ini:
 

21:12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
21:13 dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."


Nah om bagaimana dengan orang yang jual beli(mulai dari permen s/d cd rohani) di halaman gereja, dimana semakin tahun semakin banyak, baik dari jemaat maupun orang luar, belum lagi masih juga banyak sampah dimana-mana (meski sudah disediakan tempat sampah) tapi ya tiap minggu masih ada saja.

Contoh:

-pendeta kotbah berapi-api, jemaat cuma ber-hahahihi sambil makan permen dengan santainya, lalu  bungkusnya dibuang bawah bangku.

-ibu-ibu sambil nunggu anaknya sekolah minggu ….beli makanan, sambil bergosip ria, lalu lupa buang di tempat sampah dan ditinggalkan di tempat gossip tadi

-Anak-anak band habis latihan banyak gelas aqua dan bungkus permen di altar.


Kalo jaman PL kan bait Allah harus benar-benar kudus, hal begini gimana menurut om Julius?

 

 

JESUS IS GOD

__________________

JESUS IS GOD

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update13)

       Sungguh, sebenarnya sangat tidak enak bagi saya sendiri untuk membicarakan atau mengungkapkan mengenai hal ini (bahwa di gereja-gereja sekarang ini banyak sekali terjadi tindak kejahatan).

       Tetapi, saya bukanlah satu-satunya orang yang menulis mengenai topik yang seperti ini. Ada cukup banyak buku (penulis) yang juga mengangkat topik tentang kejahatan-kejahatan yang dilakukan (khususnya oleh para pemimpin) di gereja-gereja sekarang ini. Salah satu buku yang tergolong “sangat berani” di tulis bersama oleh David Johnson dan Jeff VanVonderen dengan judul “The Subtle Power of Spiritual Abuse” (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual dan diberi sub-judul: Mengenal dan Menghindari Manipulasi Spiritual dan Otoritas Spiritual Palsu di Dalam Gereja, oleh penerbit Nafiri Gabriel. Saya sangat menganjurkan agar semua orang Kristen (termasuk para pendeta/gembala, tentunya) membaca buku itu (bersama dengan buku saya ini) dan mempelajari isinya dengan baik-baik. Sebab, walaupun di dalamnya terdapat hal-hal yang akan menyakitkan bagi orang-orang tertentu di dalam gereja, tetapi saya percaya, gereja-gereja sekarang ini memang memerlukan  apa yang disampaikan di dalam buku itu (yang bagaikan sebilah pisau di tangan seorang ahli bedah, yang menyayat dan memotong di bagian mana yang dirasa (diyakininya) perlu, untuk mengangkat tumor yang ganas dari tubuh pasiennya).

       Sekedar sebagai contoh, berikut ini adalah kutipan yang diambil dari buku itu.

…mereka yang menduduki jabatan otoritas spiritual bisa menghancurkan kepercayaan kita. Adalah hal yang mungkin bahwa Anda sedemikian rupa mempertahankan kedudukan otoritas spiritual, suatu doktrin, atau cara melakukan sesuatu, sehingga Anda melukai dan menganiaya siapa saja yang bertanya, atau tidak setuju, atau tidak “bersikap” spiritual seperti yang Anda inginkan. Bila perkataan dan tindakan Anda menghancurkan orang lain, menyerang, atau melemahkan keberadaan seseorang sebagai seorang Kristen – untuk memuaskan diri Anda, jabatan Anda, atau keyakinan Anda sementara pada saat yang bersamaan melemahkan atau menyakiti orang lain – itu adalah pelecehan spiritual.

       Ada sistem-sistem spiritual di mana orang-orang sama sekali tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan, bagaimana perasaan mereka dan apa yang mereka butuhkan atau perlukan. Kebutuhan orang-orang tidak terpenuhi. Di dalam sistem-sistem ini, anggota-anggota harus memenuhi kebutuhan para pemimpin. Kebutuhan akan kekuasaan, kepentingan, keintiman, nilai – sungguh, kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan diri sendiri. Para pemimpin ini berusaha mendapatkan kepuasan melalui penampilan religius dari orang-orang yang seharusnya mereka layani dan mereka bangun. Ini adalah suatu pembalikan di dalam tubuh Kristus. Ini adalah pelecehan spiritual. (David Johnson dan Jeff VanVonderen, Kuasa Terselubung Dari Pelecehan Spiritual, hal. 29-30).

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

@GODARMY: Jualannya sendiri gak salah!

Tuhan Yesus pastilah tidak marah kepada orang-orang yang berjualan di bait Allah, hanya karena mereka berjualan atau hanya karena bereka itu berjualan di pelataran Bait Allah itu (ingat kejadiannya itu adalah di "pelataran" bukan di dalam ruangan Bait Allah). Jika saja mereka itu berjualan dengan wajar dan jujur, tidak ada yang salah dengan hal itu (sebab berjualan yg seperti itu adalah perbuatan yang saling menguntungkan, antara penjual dan pembeli).

Yang membangkitkan kemarahan Tuhan pada ketika itu ialah karena mereka melakukan praktek2 busuk. Sebagai contoh dari praktek2 busuk itu ialah: Mereka melakukan kongkalikong dengan para imam, sehingga mereka bisa menjual kambing/lembu yg cacat/berpenyakitan sekalipun. Dan, karena kongkalikong dengan para imam itu jugalah mereka pun bisa menaikkan harga dengan sesuka hati mereka saja. Sehingga, praktek2 tersebut menanggungkan beban yang sangat berat bagi umat yang hendak datang dan beribadah ke rumah Tuhan itu.

Karena akibat yang disebutkan terakhir itu tadilah yang menyebakan Tuhan menjadi sangat marah di sana, yaitu karena umat menjadi dibebani atau dirugikan atau, yg lebih tepat lagi, umat diperas/dikuras dengan praktek2 yg semacam itu! Padahal, mereka  datang ke sana adalah untuk beribadah kepada Tuhan. Karena itulah Tuhan pun mengatakan: "Rumah-Ku akan disebut rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun". Sebab, para penyamunlah yang kerjanya adalah memeras/menguras harta milik orang lain.

Jadi, sekali lagi, supaya kita tidak menjadi salah mengerti, khususnya mengenai hal berjualan itu sendiri (yg tidak ada salahnya jika saja dilakukan dengan wajar dan jujur), Tuhan sama sekali tidak marah hanya karena mereka berjualan di pelataran rumah Tuhan itu. Kalau pun ada persoalan yg timbul dengan adanya orang yg berjualan di pelataran rumah Tuhan/gereja, hal itu hanyalah persoalan2 yg bisa di atasi dengan melakukan penertiban saja, yaitu misalnya dengan memberi pengumuman supaya bunyi "kresek-kresek" itu jangan sampai mengganggu di dalam gereja atau supaya sampah-sampah jangan dibuang sembarangan, tetapi ditaruh di tempatnya. Dan, pastinya hal2 yg seperti itu tidak sampai memerlukan reformasi untuk menanganinya (Hehehe....!).

Begitu aja ya, GODARMY. Gbu.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update13)

 

Buku-buku lainnya, yang juga mengangkat topik yang masih senada dan juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, antara lain: Penyalahgunaan Otoritas Rohani, oleh George Bloomer, Metanoia (yang ini sudah saya sebutkan di depan tadi, ketika saya mengutip darinya); Menyingkap Praktek Sihir di dalam Gereja, oleh Rick Godwin, Metanoia.

       Tujuan dari pengungkapan praktek-praktek kejahatan di dalam gereja ini tentulah bukan untuk mempermalukan gereja-gereja atau pun para pendeta dan pemimpin rohani lainnya (yang mana pun itu). Sebab, jangankan sebagai pendeta, sebagai orang Kristen biasa saja pun, tentunya saya sendiri akan ikut merasa dipermalukan juga, jika gereja(-gereja) dipermalukan. Saya atau, lebih tepatnya, kami (sebab seperti yang telah saya tunjukkan di atas bahwa tidak hanya saya saja yang menulis mengenai topik seperti ini) menuliskan hal-hal ini adalah karena didorong oleh keprihatinan yang sangat besar karena melihat kondisi gereja-gereja sekarang ini, yang sangat menyedihkan.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update14)

 

Pertumbuhan Gereja?

Sebenarnya Hanyalah Pertumbuhan

Bisnis para Pendeta Belaka!

 Di luarnya saja kelihatan gereja-gereja sekarang ini sepertinya banyak yang mengalami “kebangunan” atau “pertumbuhan” (bahkan ada yang memakai ungkapan “ledakan pertumbuhan gereja”). Tetapi, di dalamnya menyimpan banyak sekali tindakan kejahatan.

       Apa yang dipermukaan kelihatan sebagai “pertumbuhan gereja” sekarang ini, jika dilihat dari sisi dalamnya, sebenarnya hanyalah merupakan “pertumbuhan bisnis (para) pendeta” belaka. Kita bisa menyaksikan sendiri sekarang ini, betapa para pendeta (yang gerejanya “bertumbuh”) itu menjalani gaya hidup yang tak ubahnya seperti seorang pengusaha besar yang sukses. Atau, sebagiannya lagi bahkan hidup secara “glamour” bak para selebriti. Dan, gaya hidup yang seperti itu mereka jalankan dengan bergantung (hanya) pada pemberian atau uang persembahan atau persepuluhan dari anggota-anggota jemaatnya.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Julius Tarigan's picture

"Rumah Tuhan menjadi ..." Bab 3 (update15)

 

Pendeta Berbisnis –Yes!;

Pendeta Membisniskan Pelayanannya –No!

Sebenarnya, saya sendiri tidak berkeberatan terhadap pendeta/gembala yang bisa menikmati hidup yang senang (berkelimpahan?). Pendeta/gembala juga manusia, bukan? Jadi, mereka pun layak juga untuk “makan yang manis” dari kehidupan ini (bukan yang “asam” dan yang “pahit”-nya saja!). Asalkan, dia punya dasar yang benar dalam menuntut untuk mendapatkan hidup yang senang itu. Janganlah dia menuntut (mengharapkan) hal itu dari pelayanannya. Kalau dia melakukan yang demikian itu, jelas dia sudah menyimpang. Sebab, pelayanan itu adalah tempat yang ke/di dalamnya kita memberi, bukan tempat yang dari dalamnya kita (berharap untuk) menerima.

Jadi, dari manakah sepatutnya seorang pendeta/gembala mendapatkan hal-hal yang diperlukannya untuk bisa menjalani (menikmati) hidup yang senang itu? Sama saja dengan orang-orang yang lainnya, yaitu dari mengelola usaha/bisnis atau bekerja. Perhatikanlah lagi apa yang selanjutnya dikatakan oleh Dr. Bloomer, setelah mengatakan seperti yang dikutipkan di depan tadi, dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh yang patut untuk kita ikuti, sebagai yang berikutnya ini.

Saya memimpin Bethel Family Worship Center selama lima tahun tanpa gaji, tetapi keluarga kami selalu terpelihara dan kebutuhan kami selalu terpenuhi. Mengapa bisa? Sebab kami tidak bergantung kepada jemaat untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Saya memiliki beberapa jenis usaha dan saya mengambil dari saku saya sendiri untuk membangun dan merenovasi sebuah bait Allah terlebih dahulu. Satu-satunya tujuan saya hingga saat ini ialah memberi pelayanan firman Allah dan mengajar jemaat untuk mempersembahkan waktu, talenta, dan keuangan mereka dengan sukacita dan memperbaiki kehidupan mereka secara bersamaan. (Bloomer, Op. cit., hal. 68)

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~