"Maaf, pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini," begitu suara merdu kemayu rekaman si mbak operator disusul tulisan call ended di layar. Lho, tumben betul pulsa saya sudah habis di hari Sabtu. Biasanya, pulsa saya habis di hari Minggu. Ini pertanda bahwa saya sedikit lebih boros pulsa minggu ini.
Habisnya pulsa berarti saya tidak bisa menelepon seorang teman yang baru saja mengirim pesan dengan nada panik. Pesan yang tidak cukup hanya dibalas dengan pesan singkat lain. Kami perlu bicara.
Saya melirik ke sudut kanan bawah layar komputer. 11:20 PM –nyaris tengah malam. Tak mungkin saya keluar untuk mengisi ulang pulsa. Saat darurat seperti ini, biasanya saya meminta sedikit pulsa si kecil adik saya; tapi dia sudah tertidur dan pasti akan marah besar kalau tidurnya terganggu. Ketika saya beranjak menggunakan telepon rumah, saya terbayang wajah ibu dengan mata membelalak mengatakan, ”Kalau telepon ke nomor HP jangan pake telepon rumah. Boros!!!” sembari menggoyangkan telunjuknya memberi tanda larangan.
Ya. Apalah daya. Sepertinya teman saya harus menunggu besok hingga saya mengisi ulang pulsa telepon selular saya. “Sabar ya bu,” begitu gumam saya perlahan. Sambil bergumam, saya melempar pandangan ke arah cermin. Di pojok kanan atas terlekat sebuah pembatas buku mungil bergambar air terjun di tengah rumpun semak hijau yang terkesan teduh. Di atasnya tercetak empat kata, ”Tuhan hanya sejauh Doa.”
Membaca pembatas buku yang tidak berada di tempat yang seharusnya itu membuat saya tersenyum kecil. Untung saya tidak perlu layanan operator telepon selular untuk ’bicara’ denganNya. Bayangkan saja bila demikian keadaannya. Kalau kami berbeda operator, pasti tagihan pulsa akan bengkak. Belum lagi kalau jaringan sering sibuk, seperti yang sering terjadi pada layanan operator GSM yang saya gunakan. Tambahan kalau Tuhan suka ganti-ganti nomor seperti adik bungsuku yang masih SMU. Atau ketika saya kehabisan pulsa seperti saat ini. Wah, nggak terbayang betapa sulitnya berhubungan denganNya. Untung saja teknologi wireless-nya Tuhan lebih canggih. Bukan hanya tidak perlu kabel, tapi juga tidak perlu pulsa. 24 jam 7 hari seminggu, Dia dapat dihubungi kapan pun—dan bebas pulsa lho. Syukurlah, karena Dia hanya sejauh doa.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya saya putuskan memakai telepon rumah. Kalau ibu cemberut ketika melihat tagihan telepon bulan depan, saya akan pasang senyum paling lebar sambil menggodanya, ”kalau cemberut nanti tambah keriput lho.” Lagipula saya paham kalau ibu tak akan marah bila menyangkut keperluan yang mendesak.
Baru saja saya beranjak menuju pesawat telepon, ponsel saya bergetar. Ada sebuah pesan masuk. Wah, siapakah gerangan yang begitu baiknya mengirimi saya pulsa senilai dua puluh ribu rupiah itu? Jarang-jarang ada ’malaikat’ baik hati yang mau bagi-bagi pulsa. Biasanya, justru si kecil yang sering merajuk setengah memaksa dengan bibir manyun, ”Mbak, beliin pulsa dong!!” What an enigma!
Ah, ada yang lebih penting dari sekedar menerka siapa sosok ’malaikat’ baik hati itu. Siapa pun itu, terima kasih. Kalau bisa sering-sering saja mengirimi saya pulsa.
Saya baru saja hendak menelepon teman saya itu, ketika lagi-lagi telepon saya bergetar. Ternyata teman saya tak sabar menunggu besok, ia memilih menghubungi saya saat itu juga.
”Halo selamat malam, Bu.”
”Nit, belum tidur tho? Aku mau tanya sedikit ........”
Dan kami pun ngobrol hingga beberapa menit lamanya. Sambil bercakap-cakap saya kembali terbayang : untung Tuhan nggak pakai HP. Kalau ya ....................
@clara: yg ini memang gratis pulsa
saya mau share ttg gratis pulsa. dan bisa langsung diterapkan. Saat ini bahkan mungkin sejak ada HP layanan ini sudah memang gratis. ini adalah layanan dari Fren.
caranya adalah, " dekati teman anda dan katakan : Fren...Fren... pinjam hp-nya donk untuk nelp".
KasihSetiaNyaKekalSelamanya
@the blue...
mbak clara
syalom mbak clara emang sapa sih malaikat baik hati itu yg ngirimin pulsa? jgn2 Tuhan jg punya hp dan satu operator ama mbak clara? hehehe
mudah2an klo Tuhan punya hp gak sibuk 3g-an ya....hahahaha
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
Sampai sekarang saya tidak
Tuhan Gaptek?
Tul juga ya mbak Clara? Untung juga teknologinya surga nggak pake SMS juga, coba, kalo tiap kali mao ngomong sama Tuhan mesti pencat-pencet tombol yang banyak dulu. Bagi yang gaptek, susah toh?
@ Rusdy
Mbak Clara
Halo mbak salam kenal,
ketlka clara menulis tentang pemberian yg tak terduga saya jadi teringat ada begitu banyak pemberian tak terduga yang sering saya alami.
ketika saya membayangkan sebuah roti berisi ayam buatan delicious bakery di jln hayam wuruk yang sudah beberapa tahun tidak lagi bisa saya menikmati nya karena saya sudah tidak lagi bekerja di dekat lokasi toko itu, tiba2 saja beberapa hari kemudian ada seorang teman memberi roti yang saya bayangkan padahal dia tidak tau sama sekali kalau saya sedang menginginkannya
ketika saya membayangkan semangkok bubur ayam yg di jual didekat stasiun kota yang tekenal kelezatannya yang sudah luama tidak pernah menikmati kelezatannya dan jg sekarang saya tidak tau lagi si abang penjualnya mangkal dimana, suatu hari ada temen saya membawakan sebungkus bubur ayam yang ketika saya buka saya langsung mengetahui ini dia bubur lezat itu dari racikan dan kekentalan buburnya.
betapa bersyukurnya saya, bahkan sampai ke hal2 sekecil itupun Dia perhatikan.
Kalau kita senantiasa menghitung semua kebaikan Tuhan, seperti Alkitab menulis bahkan langit pun tidak cukup untuk tempat menulis.
SEGALA PUJI HANYA BAGI DIA
@Nray
Dear Nray,
Duh saya bingung harus panggil mas atau mbak nih
Pada hari-hari yang terasa "berat" dan "gelap", seringkali kita terfokus pada masalah dan beban yang harus dihadapi. Saking terpancangnya pandangan pada masalah, kadang kita lupa pada berkat-berkat yang "nampak" kecil. Padahal lewat berkat yang terlihat tak seberapa itu, Tuhan seolah memberi petunjuk akan penyertaanNya yang tak pernah putus dalam hidup kita.
Sayang, terkadang kejutan-kejutan manis itu terlewat begitu saja tanpa sempat tercerna maknanya.
GBU
anita