Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pemuda Gereja dan Santri Nyaris Bentrok
Nyaris terjadi bentrok antaragama di desa Samirukun. Dua kelompok massa yang membawa pentungan dan obor dengan wajah garang bertemu di tengah desa. Kelompok Kristen marah karena pendetanya dicoba diracun. Kelompok Islam marah karena kota infaq mereka dicuri. Akan tetapi, bentrokan berhasil dicegah oleh pemuka agama.
Ini adalah adegan puncak dari film pendek yang diproduksi oleh Forum Kebersamaan Umat Beragama (FKUB) di Klaten. Mereka membuat film ini karena gelisah melihat maraknya aksi-aksi intoleran. Uniknya, keseluruhan produksi film ini hanya digarap oleh umat dari berbagai agama. Ide cerita tercetus dalam pertemuan arisan. Awak produksi diserahkan kepada pemuda Gereja Kristen Jawa (GKJ) Klaten. Lokasi syuting di pondok pesantren Sunan Muttaqien. Pemain-pemainnya dari berbagai agama.
Film yang berjudul “RIP (Rukun Itu Perlu)” ini sengaja dikemas bernuansa komedi. Tujuannya untuk menarik minat penonton. Menurut rencana film ini akan diputar di semua komunitas anggota FKUB Kebersamaan, seperti di gereja, masjid, vihara, pura, pengajian, pemahaman alkitab, sekolah-sekolah berbasis agama dll. Diharapkan film ini dapat mempromosikan nilai-nilai perdamaian seperti toleransi, harmonis, dan inklusif.
Prakarsa Masyarakat
Ide pembuatan film ini muncul dalam sebua arisan. Setiap bulan, beberapa orang dari lintas agama berkumpul bersama dalam sebuah acara arisan. Dari obrolan ringan dalam pertemuan ini, tercetus ide untuk menggarap sebuah film multi kultur.
“Masyarakat Klaten memiliki sejarah panjang sebagai masyarakat plural yang hidup berdampingan dengan damai,” ujar Kyai Haji Jazuli Kasmani, koordinator FKUB Kebersamaan Klaten saat itu. "Sejarah mencatat pada abad ke-9, ada dua kelompok agama yang hidup damai di Klaten yaitu agama Hindu Syiwa dari dinasti Sanjaya dan agama Budha Mahayana dari wangsa Syailendra,” tambah pengasuh pondok pesantren Sunan Muttaqien ini. Masuknya agama Islam, Kristen dan Kong Hu Cu ke wilayah Klaten makin menambah pluralitas masyarakatnya. Meski demikian, setiap komunitas dapat menjalankan ibadah dan diakui keberadaannya. Tidak hanya itu, di antara pemeluk agama juga hidup berdampingan dengan damai serta dapat bekerja sama. Di dalam wadah Forum Kebersamaan Umat Beriman (FKUB), masyarakat Klaten lintas iman mengadakan aksi-aksi bersama. Misalnya: aksi penjualan kebutuhan pokok dengan harga murah, pemeriksaan kesehatan gratis, merespons bencana dan melakukan penghijauan.
Dari obrolan di arisan lintas iman itu tercetus ide cerita yang diangkat dari pergumulan sehari-hari umat beragama. Diceritakan Sobri, seorang pemuda muslim, mencintai Murni, pemudi Kristen. Untuk mengekspresikan cinta, Sobri memetik bunga milik pak Boni, tanpa izin. Bunga itu diberikan kepada Murni.
Suatu hari, sepeda motor Sobri mogok di depan rumah pak Boni. Pak Boni membantu membantu Sobri menyalakan sepedamotornya. Melintaslah Murni yang masih memegang bunga pemberian Sobri. Maka terbongkarlah ulah Sobri yang memetik bungan pak Boni tanpa izin.
Karena perbedaan iman, maka cinta mereka kandas. Murni menjatuhkan pilihan pada Jay, seorang pemuda Kristen yang bercita-cita jadi pembalap. Dia sering memacu sepeda motornya di jalanan kampung sehingga sering mencelakai warga desa. Haji Hasan menegur dan menasihati Jay agar ikut kegiatan positif. Kebetulan pemuda gereja akan mengadakan bakti sosial. Pak Haji menasihati agar Jay ikut bakti sosial yang diadakan oleh gereja.
Antara pak Haji dengan pak pendeta di desa itu terjalin hubungan yang akrab. Pak Haji tahu bahwa pak pendeta senang minum jamu. Itu sebabnya, dia membawakan sebotol jamu ramua isterinya ke rumah pak pendeta. Namun di tengah jalan, pak Haji bertabrakan dengan Budi, seorang pemuda desa yang lugu. Budi baru saja membeli pupuk untuk tanaman. Akibat tabrakan ini, jamu yang dipegang pak haji terlempar, namun tidak tumpah. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan masing-masing.
Pak Haji menuju rumah pak pendeta untuk menyerahkan jamu lalu pamitan. Kebetulan para pemuda gereja sedang berkumpul di rumah pak pendeta untuk membicarakan acara bakti sosial. Karena mendapat jamu, maka mereka minum bersama. Tak lama berselang, perut mereka terasa mual-mual.
Sementara itu, di musholla terjadi kegaduhan karena kotak infaq tidak ada di tempatnya. Salah seorang pemuda mesjid melihat Jay membawa tas besar mengendap-endap di samping besar sebelum kotak infaq itu hilang. Para pemuda masjid ini mengadu ke Sobri. Sobri melihat ini sebagai peluang untuk balas dendam kepada Jay. Sobri menggalang massa untuk melabrak Jay.
Sementara itu, pemuda gereja juga curiga karena mereka sakit perut setelah minum jamu pemberian dari pak Haji. Mereka mengumpulkan teman-temannya untuk minta keterangan kepada pak Haji. Kedua massa ini bertemu di jalanan desa.
Emosi massa meninggi
Berikut ini trailernya
Disegani
Seluruh pembuatan film ini dikerjakan oleh masyarakat lintas iman, tanpa menggunakan tenaga profesional. Dengan bergurau, kami menyebut diri kami sendiri ini sebagai "laskar yang disegani." Maksudnya, orang-orang yang cukup diberi imbalan "sega" bungkus (nasi bungkus).
Pengambilan gambar hanya dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, sebab di hari-hari yang lain kami harus bekerja dan kuliah. Hal ini cukup memusingkan kami untuk mencocokkan jadwal masing-masing. Sebagian dari pemain film ini adalah pemuka agama yang memiliki jadwal yang sangat padat. Mereka kadang hanya punya waktu yang singkat untuk syuting. Untuk itu, crew harus benar-benar memanfaatkan waktu dengan optimal.
Kendala lainnya adalah soal cuaca. Pengambilan gambar ini dilakukan di awal musim hujan. Pada hari pertama saja, kami sudah dibuat kocar-kacir oleh topan yang melanda lokasi syuting. Atap-atap seng beterbangan dihempas angin kencang. Saat syuting malam hari, kami sudah menyiapkan semua peralatan seperti lampu, soundsystem, dan kamera. Pemain pun sudah bersiap untuk akting. Begitu sutradara berteriak, "kamera rolling!" tiba-tiba turun hujan sehingga syuting pada malam itu gatot alias gagal total. Dengan lunglai, kami pun mengemasi peralatan dan dimasukkan ke dalam mobil. Begitu mobil siap berjalan, hujan tiba-tiba reda sampai pagi.
Saat ini proses syuting sudah selesai dan sudan memasuki tahap penyuntingan. Menurut rencana film akan siap tayang pada akhir Januari 2014.
“Kapan ditayangkan? Di stasiun apa?"
Itulah pertanyaan yang sering diajukan. Kami tidak punya rencana muluk-muluk. Film ini dibuat sendiri untuk ditonton sendiri. Untuk penayangan perdana, rencananya kami akan menggelar bioskop misbar (kalau gerimis bubar) di pondok pesantren yang menjadi lokasi syuting. Setelah itu, copy film akan diedarkan untuk anggota FKUB di Klaten.
Film ini ternyata menarik minat beberapa lembaga. Mereka sudah memesan copy film ini untuk diputar di komunitas mereka masing-masing. Tercatat sudah ada pemesanan dari Yogyakarta, Semarang, Salatiga, Juwana, Bandung, Tangerang, dan Makassar. Tentu kami senang dengan sambutan ini karena tujuan kami adalah menyebarkan nilai-nilai perdamaian kepada semua orang.
Tampaknya tema film ini berat, tetapi sebenarnya film ini bernuansa komedi. Ada beberapa dialog dan adegan slapstick. Genre ini sengaja dipilih untuk menjangkau masyarakat di pedesaan dan masyarakat lapisan bawah. Tujuannya supaya mereka tertarik untuk menyimak film ini. Bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya yang menangkap siaran TVRI Yogyakarta, mungkin akan melihat kemiripan film ini dengan program acara "Mbangun Desa."
Di sisi lain, film ini dapat menjadi semacam gambaran tentang bagaimana masyarakat lintas iman di Klaten membangun relasi paseduluran (persaudaraan) secara akrab. Dalam aksi-aksi kebersamaan selalu diwarnai dengan guyonan (canda), tanpa membedakan senioritas. Misalnya, di FKUB ini saya yang beragama Kristen bisa mencandai kyai pengasuh pondok pesantren.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 6498 reads
keren :D
Kreatif ... sukses deh filmnya ... aku doain.
God's will be done
Maturnuhun
Maturnuhun
------------
Communicating good news in good ways