Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PATAH

sarlen's picture

P A T A H
By : Sarlen Julfree Manurung

Berdiri di atas puncak bumi,
Menjejak, menatap, meresap...
Memandang ngarai berkelok-kelok dibawah sana
Memicing mata 'tuk lihat terjang riak-riak sungai leburkan suasana,
Yang dijejaki kaki-kaki gembala dan ternaknya
Diantara sisi kerimbunan padi yang menguning,
Diantara pesona indah lembah di sisi danau nan tenang...

Dalam keheningan, aku merenung...
Di tengah keagungan alam,
Kuingat-ingat lagi aral hidupku...
Mengulang, segenap lembar-lembar memori,
Yang tak jernih lagi, yang tak putih lagi...

Tubuhku limbung karena tak tahan aku mengingatnya...
Tegak badanku tak lagi setegap perwira,
Karena kini aku hanyut dalam urai tangis air mata...
Kalut sudah, resah bagai bernanah...

Ingin kurasakan embun...
Ingin kugapai kehangatan mentari,
Ingin kusambut riang kicau burung-burung yang bernyanyi
Namun
hatiku tak mampu...
Kepalaku tak siap lagi 'tuk memandang...
Hatiku karam terhalang karang kehidupan...
Yang kelukan jiwaku, lusuhkan sukmaku...

Patah sudah...
Hasratku bagai debu di tengah gurun...
Jiwaku lunglai terhempas badai yang kucipta...
Ramah tutur kataku tak lagi mengalir...
Hingga aku tak mampu lagi warnai pelangi hatiku...
'Tuk hadirkan segenap keindahan,
'Tuk tanamkan sejuta rasa...

Tak bisa aku bukan karena lemah aku...
Tapi aku malu oleh karena ulahku...
Buruk rasanya...
Kotor rupanya...

Sang kala,
Beri aku waktu 'tuk dapat jejakkan kakiku lagi
Beru aku kesempatan 'tuk cerahkan hati dan jiwaku...
Saat kutapaki hari baru dengan segenap asa yang padu
Hingga tegar dan kokoh aku bagai terang cahaya pelita
Yang mampu sinari lara, tak cuma sendiri...
Dan agar aku,
Bukan lagi seperti yang dulu...

130607