Kutahu Kini yang Dirasakan Mela

Pada malam natal seperti malam ini-3 tahun yang lalu- Melathia Eldad Tjendera terbaring di ranjang sebuah rumah sakit di Singapura. Beberapa minggu sebelumnya gadis yang baru saja berulangtahun ke 13 itu dipastikan menderita Osteosarcoma-kanker tulang ganas yang menyerang kaki kirinya.

Tentu saja, Mela pada awalnya tidak benar-benar menyadari bahwa dirinya menderita osteosarcoma. Kedua orangtuanya tidak begitu saja dengan mudah bisa menyampaikan ihwal penyakit yang ganas ini kepada putrinya. Ketika Mela (biasa juga dipanggil Meme) bertanya kepada kedua orangtuanya, "Ada apa dengan kaki Meme? Apakah Meme bisa sembuh? Mengapa Tuhan pilih Meme?" Kedua orangtuanya tidak tahu harus berkata apa. Namun Meme maupun kedua orangtuanya (Arif dab Yulie Tjendera) tidak pernah kehilangan semangat dan keyakinan mereka kepada Tuhan Yesus Kristus walaupun di hadapkan pada kenyataan yang menciutkan hati dan pada pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawab.

Ketika pada akhirnya, setelah beberapa waktu berjuang melawan kanker dengan semangat yang luar biasa, keadaan Mela memburuk dan ketika Meme dalam keadaan setengah setengah koma, ibu Yulie berbisik kepada Mela, "Meme, sudah capek ya, sayang. Meme istirahat saja, ya. Nanti Meme bisa tanya kepada Tuhan Yesus, mengapa Tuhan pilih Meme." Dan pada tanggal 10 Nopember 2008, Melathia memang pulang ke surga.

Sekarang di malam Natal di tahun 2010, aku juga berbaring banyak di ranjang di rumahku. Beberapa hari yang lalu aku terpeleset di rumah hingga lutut kiriku cedera. Pada hari pertama dan kedua, keadaanku lumayan parah. Kakiku benar-benar sakit ketika digerakkan dan tak dapat ditekuk. Hari ketiga dan selanjutnya keadaan membaik, aku sudah mulai bisa bergerak-gerak sedikit. Namun urusan ke kamar mandi merupakan sesuatu yang sangat memerlukan perjuangan dariku karena kaki kiriku tidak bisa ditekut.ini semakin mengingatkanku kepada Mela yang sampai harus menitikkan airmata karena tak sanggup bangkit dari kloset.

Namun, jangan bandingkan aku dengan Mela. Tidak level. Mela kualitasnya jauh di atasku. Setiap saat Mela berjuang melawan rasa sakitnya dan berusaha mengatasi berbagai trauma yang dirasakannya sementara dia menjalani perawatan. Sedangkan aku; baru cedera sedikit aja, aku sudah merasa bete. Sampai-sampai aku juga bertanya, "Apakah aku akan pulih?" Wadaw....pastilah bisa sembuh! Suamiku aja yang dua kali cedera pada lutut kanannya dan jenis cederanya sama denganku juga bisa pulih, kok!

Seperti Mela aku juga bertanya mengapa aku harus mengalaminya. Ya, seharusnya aku tahu mengapa, yaitu supaya aku juga bisa memahami apa yang dirasakan Mela dan apa yang dirasakan oleh orang-orang lain yang sedang mengalami kelemahan tubuh; supaya buku "Dengan Sayap-Mu"-yang adalah kisah perjuangan Mela yang kutulis bersama keluarganya- memiliki jiwa bukan sekadar susunan kata demi kata.