Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pendahuluan (Bagian 11-3): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung
SAMBUNGAN dari PENDAHULUAN (BAGIAN 11-2)-AKHIR BAGIAN 11
Konsep Setan pada Era Sekarang di Negeri Tercinta Indonesia
Melalui Para Pendeta dan Pengkhotbah
Tidak dapat dipungkiri bahwa konsep Setan, yaitu mengenai sepak terjang dan asal muasal setan yang didengar hampir semua masyarakat (Kristen) di Indonesia adalah berasal dari ‘kendaraan’ agamanya dan dalam hal ini adalah dari para pembicara (pendeta) nya.
Daftar Pendeta dan Pengkotbah Kristen (berpengaruh) di Indonesia:
1. H.L Senduk
Pdt Prof Dr Ho Lukas Senduk, lebih dikenal dengan sebutan HL Senduk atau Om Ho, terlahir Ho Liong Seng (Ternate, 4 Agustus 1917-Jakarta, 26 Februari 2008) adalah seorang hamba Tuhan dan pendiri Gereja Bethel Indonesia.
Pdt HL Senduk adalah anak pertama dari lima bersaudara, tiga pria dan dua wanita yaitu: Ho Goat Go, Ho Goat Song (wafat tahun 1947), Ho Liong Hoat, dan Ho Liong Goan (wafat tahun 1989). la mengikuti pendidikan sekolah dasar di HIS (Hollands Inlandsche School) dan sekolah lanjutan tingkat pertama di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Manado.
Ayah Om Ho, Ho Koei Sioe (wafat tahun 1965), adalah seorang pedagang berwarga negara Singapura, yang memulai usahanya di Ternate, dan kemudian pindah ke Manado, pada awal abad ke-20. Ayahnya menganut kepercayaan Kong Hu Cu. la menjadi Kristen saat menjelang ajalnya. Ayahnya pernah menjadi "kapitan", yaitu pemimpin para pedagang keturunan Cina di Manado. Ibunya, Tjan Oen Nio (Oemi, wafat tahun 1972), seorang keturunan Tionghoa yang memiliki hubungan dengan kerajaan Ternate, juga seorang pemeluk Kong Hu Cu. Pada masa tuanya ia menjadi pengikut Yesus. Keadaan ekonomi mereka cukup baik; termasuk keluarga pertama yang memiliki mobil di Manado.
Pada umur 16 tahun, Ho merantau ke Ambon. Di sana ia bekerja di perusahaan minyak BPM (Batavsche Petroleum Maatschappij). Di sini, ia menjadi pengikut Yesus. Ia menerima baptisan Yesus pada tanggal 19 April 1935. Baptisan Roh Kudus dialaminya seminggu kemudian, 26 April 1935. Ia menjadi anggota Gereja Pantekosta (De Pinkster Gemeente in Nederlandsche Indie).
Pendidikan dan pekerjaan
Pada tahun 1936, ia memutuskan untuk belajar di Surabaya, di sekolah Alkitab Netherlands Indies Bible Institute (NIBI). Di sana ia tinggal di rumah gurunya, Pdt Frans Gerald van Gessel. Setamat dari pendidikan, tahun 1939, ia memutuskan untuk merintis jemaat di Banda Neira, Maluku. Waktu itu, tahun 1937, Gereja Pantekosta berubah nama menjadi "De Pinkster Kerk in Nederlandsch Indie". Setahun kemudian, tahun 1940, ia kembali ke Surabaya. Sambil melayani, ia kembali bekerja di perusahaan ekspor-impor "Borsumij". Tanggal 26 September 1940, ia menikah dengan Helen Theska (The Koan Nio, wafat tahun 1992). Pada tahun itu juga perusahaannya memindahkan ia ke Jakarta.
Di Jakarta, ia bekerja di Borsumij sampai tahun 1942, dan berhenti bersamaan dengan masuknya penjajah Jepang. Ia melanjutkan mata pencahariannya dengan menjadi pedagang kecil, yaitu menjual kacang, limun, dan telur. Sementara itu, ia terlibat dalam pelayanan di jemaat, dalam bidang anak dan pemuda. Pada masa pendudukan Jepang, Gereja Pantekosta berubah nama menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Ia menjadi sekretaris pimpinan pusat (Badan Pengurus Umum) GPdI ketika itu. Pada tahun 1945-1946, ia ditugaskan menggembalakan jemaat Pantekosta di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kembali ke Jakarta ia tetap dalam layanan jemaat. Dan di tahun 1950, ia ditugaskan menggembalakan jemaat GPDI di Petamburan, Jakarta. Ia dan istri dikaruniakan tiga anak: Hanna Hosiany Senduk (1944), Steve Hosea Senduk (1947), dan Inge Hosiany Senduk (1954). Mereka juga mengangkat Hadi Satyagraha dan Yosia Satyagraha sebagai anak mereka.
Mendirikan Gereja
Karena merasa tidak cocok dengan rekan kerja lainnya, pada 9-10 Agustus 1952, di Surabaya, Ho dan beberapa rekannya, mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Ia menjadi ketuanya (Ketua Badan Penghubung) sejak tahun 1955. Pada masa kepemimpinannya GBIS menjadi anggota DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, sekarang PGI). Bersamaan dengan itu (1952), ia membentuk yayasan Bethel yang bertugas sebagai pendukung kegiatan gereja dalam pelayanan penginjilan, pendidikan teologi, pendidikan umum, kesehatan, dan sosial lainnya.
Kursus Sekolah Penginjil Bethel (SPB) diselenggarakan sejak tanggal 7 April 1956. Sekolah Pendidikan Guru Agama (Kristen) Protestan dimulai pada tahun 1968, yang sempat berubah nama menjadi Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK) dan kini bernama Sekolah Menengah Theologia Bethel (SMTB). Pada tahun 1968 juga dimulai Akademi Theologia Bethel (ATB). SP, PGA, dan ATB dikenal sebagai Seminari Bethel (SB).
Ia juga aktif di LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) sebagai anggota Badan Pengurus selama tahun 1966-1980. Ia merintis dan pembangun kerja sama dengan salah satu Gereja Pantekosta terbesar di Amerika mulai tahun 1967, yaitu COG (Church of God) yang berpusat di Cleveland, Tennessee, Amerika Serikat. Pendidikan sekolah lanjutan atas diteruskannya melalui pendidikan jarak jauh, dan berhasil tamat dari HBS/LOI (Hogere Buger School/Leid se Onderwijs Instelling) negeri Belanda. Ia mengikuti kursus tertulis jurnalistik dan publisistik dari Leiden dan Rotterdam negeri Belanda untuk mendukung program penerbitan majalah Penyuluh. Setelah itu ia meneruskan pendidikan perguruan tingginya melalui studi jarak jauh di sekolah teologi "Americas Bible College" dan "American Divinity School" Chicago, Amerika, dan dianugerahi gelar D.D. (Doctor of Divinity) pada tahun 1968. Di tahun 1960-an ia mengubah nama menjadi Ho Lukas Senduk.
Jemaat "Eben Haezer" di Jl. Wahid Hasyim 67 Jakarta didirikan pada tahun 1958, dulu disebut Jemaat "Asem Lama". Beberapa Jemaat yang didirikannya lagi yaitu antara lain: Karang Anyar, Rangkasbitung, dan Sukabumi.
Mendirikan GBI
Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, ia bersama beberapa temannya mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia) karena tidak dapat bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya. Ia menjadi ketuanya pada Sidang Sinode II, di Jakarta, tahun 1972. Tugas ini, ia kerjakan sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta. Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua BPR, Badan Pembina Rohani GBI.
STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972; buku-buku pelajaran ditulisnya sendiri. Ia sempat merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda selama tahun 1975-1977; sekarang dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian Koppens dan Ir Steve H Senduk. Tahun 1981, ATB mulai menyelenggarakan program Strata Satu dan merubah nama menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun 1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. SB pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan) yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di Americus, Georgia, Amerika. la dipilih menjadi anggota Badan Pengurus COG selama 1989-1992; untuk itu ia harus berada di Cleveland selama sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka Nusantara.
Pada masa kepemimpinannya, GBI menjadi anggota Dewan Pantekosta Indonesia (DPI), mendirikan Persekutuan Injili Indonesia (PII), dan masuk anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
Akhir hayat
Pdt HL Senduk berpulang pada 26 Februari 2008, setelah lebih dahulu ditinggal istrinya tercinta, dan meninggalkan visi 10000 gereja GBI bagi generasi berikutnya.
2. Romo Mangun Wijaya
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. (lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929 – meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun), dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk "rakyat kecil"). Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun" dalam bahasa Jawa).
Romo Mangun adalah anak sulung dari 12 bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.
3. Niko Njotorahardjo (Healing Movement)
Pak Niko sebagaimana ia akrab disapa, lahir di Bondowoso, Jawa Timur, 20 Februari 1949. Ia adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia. Saat ini beliau adalah Gembala Sidang dari GBI Jl. Gatot Subroto Jakarta.
Awal pelayanannya, beliau dipercaya sebagai Worship Leader dan diusulkan menjadi Pendeta oleh Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra (Pendiri GBI Bethany). Pada tahun 1988 dipercayakan oleh Pejabat GBI Bethany yang berpusat di Surabaya dibawah Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra, untuk membuka dan menggembalakan GBI Bethany di wilayah Indonesia Bagian Barat. Hal ini ditandai dengan Ibadah Perdana GBI Bethany Jakarta pada hari Minggu, 4 September 1988 di Gedung Wisma Karsa Pemuda, Senayan. Dalam kelanjutannya, GBI Bethany wilayah Barat di bawah penggembalaan Pdt Niko berkembang sangat pesat baik dari jumlah cabang yang telah mencapai sekitar 800an cabang gereja lokal di dalam negeri dan luar negeri, 6000 kelompok Family Altar dengan sekitar 250 ribu jemaat.
Saat ini Pdt. Niko menjabat sebagai Pengarah Jaringan Doa Nasional dan anggota Majelis Penasehat Sinode Gereja Bethel Indonesia dan juga menjabat sebagai Ketua Umum Persekutuan & Pelayanan Hamba Tuhan Garis Depan PPHTGD.
Pada SPGI 2010, terjadi rekonsiliasi antara Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo dengan Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra dan Pdt. DR. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana sehingga terjadi unity/kesatuan hati kembali di antara mereka, para pemimpin Bethany setelah sempat terjadi ketidakharmonisan diantara mereka.
Saat ini Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo sudah banyak melakukan Kebaktian Kebangkitan Rohani atau yang biasanya disebut dengan KKR, dan sering dinamakan dengan Healing Movement Crusade, dan telah banyak jiwa-jiwa yang telah dimenangkan. Dia merupakan Penasehat Church of GOD yang tergabung dalam The Council of Eighteen Church of GOD selain itu dia juga memiliki kekhasan dalam menyampaikan khotbah serta lagu-lagu gubahannya selalu menjadi jawara di dunia musik ‘rohani’.
4. Gilbert Lumoindong (GL Ministry)
Gilbert lahir di Jakarta, 23 Desember 1966 merupakan seorang pendeta asal Indonesia yang terkenal sebagai salah satu pembawa acara "Penyegaran Rohani Agama Kristen" di RCTI pada tahun 1992-1997.
Saat masih kecil, Gilbert sempat mengalami sakit syaraf yang ia derita sampai usia 10 tahun sebelum kemudian ia sembuh dan memutuskan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pada usia 17 tahun Gilbert mulai aktif sebagai pengkhotbah di beberapa organisasi pemuda Kristen.
Gilbert kemudian kuliah di Lembaga Pendidikan Teologi dan Indonesia dan lulus diploma pada tahun 1990. Ia kemudian melanjutkan studi teologinya di Institut Teologi dan Pendidikan Indonesia.
Nama Gilbert Lumoindong mulai dikenal saat ia bergabung dalam pelayanan Gospel Overseas (GO) Studio dan menjadi host acara siaran penyegaran rohani Kristen Protestan di RCTI di tahun 1991. Tak dipungkiri, karena seringnya muncul di layar televisi, pamornya pun kian meningkat. Apalagi, ia juga sering mendapat permintaan untuk menjadi pembicara di berbagai KKR dan acara-acara rohani lainnya.
Pengkhotbah yang menyampaikan khotbahnya dengan jenaka ini adalah Pendeta yang paling sering mengadakan KKR yang bukan hanya diadakan oleh gerejanya sendiri (GBI Glow) tetapi juga diundang oleh gereja-gereja serta persekutuan inter-denominasi baik di dalam ataupun di luar negeri. Sebuah majalah Kristen bahkan menyebutnya sebagai "Tele-vangelis" karena dia sangat memaksimalkan sarana-sarana penginjilan seperti TV dan Radio.
Saat ini ia masih aktif sebagai pengkhotbah baik di stasiun TV maupun radio dan memimpin sekitar 8.000 jemaat yang tergabung dalam GBI Glow Fellowship Centre.
5. Franz Magnis Suseno
Prof. Dr. Dr.-h.c. Franz Magnis-Suseno, SJ (nama asli: Franz Graf von Magnis atau nama lengkapnya Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis (lahir di Eckersdorf, Silesia, Jerman-Nazi (kini Bo?ków, Nowa Ruda, Polandia), 26 Mei 1936. Ia adalah seorang tokoh Katolik dan budayawan Indonesia. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan. Magnis-Suseno juga dikenal sebagai seorang Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Sebagai seorang pastur Magnis-Suseno memiliki panggilan akrab Romo Magnis. Magnis-Suseno datang ke Indonesia pada tahun 1961 pada usia 25 tahun untuk belajar filsafat dan teologi di Yogyakarta. Tiba di Indonesia, dia langsung mempelajari bahasa Jawa untuk membantunya berkomunikasi dengan warga setempat. Setelah ditahbiskan menjadi Pastor, ia ditugaskan untuk belajar filsafat di Jerman sampai memperoleh gelar doktor di bidang filsafat dengan disertasi mengenai Karl Marx.
Sebelum menjadi warganegara Indonesia pada tahun 1977, Magnis-Suseno adalah seorang warga Jerman yang bernama Franz Graf von Magnis. Saat berganti kewarganegaraan, dia menambahkan 'Suseno' di belakang namanya.
Tulisan-tulisannya telah dipublikasikan dalam bentuk buku dan artikel. Buku "Etika Jawa" dituliskan setelah ia menjalani sabbatical year di Paroki Hati Kudus Yesus di Sukoharjo Jawa Tengah. Buku lain yang sangat berpengaruh adalah "Etika politik" yang menjadi acuan pokok bagi mahasiswa filsafat dan ilmu politik di Indonesia. Magnis dikenal kalangan ilmiah sebagai seorang cendekiawan yang cerdas dan bersahabat dengan semua orang tanpa pandang bulu. Banyak kandidat doktor yang merasa dibantu dalam menyelesaikan disertasinya.
Franz Magnis mendapat gelar doktor kehormatan di bidang teologi dari Universitas Luzern, Swiss.
6. Yesaya Pariadji
Pak Pariadji, sebagaimana ia akrab disapa saat ini menggembalakan sebuah gereja dengan denominasi sendiri yang disebut Gereja Tiberia Indonesia (GTI).
Sebelum berdiri sendiri sebagai sebuah sinode, Tiberias merupakan salah satu jemaat yang tergabung dalam wadah sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), sehingga disebut sebagai GBI Tiberias.
Pak Pariadji awalnya adalah seorang non-Kristen dan orang yang sangat sukses dalam karirnya dalam pemerintahan dan bisnis. Pada tahun 1985, ia mengalami pertemuan supranatural dengan Tuhan Yesus, di mana Tuhan mengundangnya untuk melihat Kerajaan Surga dan menyuruh dia untuk membaca Alkitab. Pada awalnya dia menolak dan kemudian mulai membaca Alkitab ketika ia sakit dan lumpuh. Setelah itu, ia disembuhkan secara ajaib.
Dia menerima tugas khusus dari Tuhan untuk mendirikan sebuah gereja yang bernama Tiberias, seperti di gereja mula-mula, di mana orang yang mendapatkan kesembuhan dan perubahan hidup. Pengabaran itu dilakukan melalui sarana Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan.
Gereja Tiberias sendiri berdiri pada 17 Agustus 1990. Awalnya Pak Pariadji menjual aset-aset berharganya untuk kemudian mendirikan Gereja Bethel Indonesia Jemaat Tiberias. Pengkhotbah-pengkhotbah yang pernah berkhotbah di gereja ini pada awal perjalannya sangat banyak. Ada beberapa nama pendeta yang sempat menjadi pembicara di Gereja Tiberias seperti Pdt. Erastus Sabdono, Pdt. John Hartmann, Pdt. Franky Pantouw, Pdt. Ara Siahaan, Pdt. Samuel Sie, Pdt. Gilbert Lumoindong, Pdt. Yuda D. Mailool, dan Pdt. Josua Tumakaka. Bahkan sampai saat ini beberapa nama seperti Pdt. Petrus Octavianus, Pdt. Sudarmadji Said, Pdt. Dolf Mailangkay, Pdt. John Adhiguna masih tercatat sebagai pembicara tetap di Tiberias.
Setelah adanya keputusan dari sinode GBI, bahwa nama-nama jemaat seperti Tiberias ini harus dihilangkan, kemudian Pdt. DR. Yesaya Pariadji, sebagai gembala sidang GBI Tiberias, memisahkan diri dan membentuk sinode sendiri. Gereja Tiberias Indonesia mempunyai wadah pelayanan untuk kaum muda dengan nama "Boanerges Youth Ministry", berpusat di Balai Sarbini, Jakarta.
Gereja Tiberias Indonesia (GTI) setelah Tiberias menjadi sebuah gereja dengan sinode sendiri atau Tiberias Ministry adalah salah satu sinode gereja Kristen Protestan di Indonesia dengan salah satu ciri khasnya adalah pelayanan Kesembuhan Ilahi melalui perjamuan kudus dan minyak urapan.
7. Stephen Tong
(bahasa Tionghoa dalam pinyin: Tang Chongrong) adalah seorang pendeta Kristen yang dilahirkan di Xiamen, provinsi Fujian, Republik Rakyat Cina pada 1940. Ia kemudian menjadi warganegara Indonesia dan saat ini tinggal di Jakarta dan sejak usia 17 tahun telah dipanggil untuk menjadi penginjil. Ia adalah salah satu tokoh teologi Reformed terkemuka, mengadakan seminar-seminar di seluruh dunia secara teratur setiap tahun. Ia juga mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) dan anggota International Consultants of the Lausanne Committee of World Evangelization. Selain seorang pendeta, ia juga seorang komposer, konduktor, artis, dan arsitek.
Pdt. Stephen Tong selama 25 tahun mengajar teologi dan filosofi di Seminari Alkitab Asia Tenggara di Malang dan saat ini mengajar di Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta yang ia dirikan. Ia telah menulis lebih dari 75 buku.
Pada tahun 1990 ia mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), termasuk sebuah seminari, Institut Reformed, Jakarta Oratorio Society, departemen literatur, dan pusat penerjemahan teologi, serta pusat aktivitas-aktivitas evangelistik, seminar, dan konseling. Pada tahun 1996 Pdt. Tong mendirikan Reformed Institute for Christianity and 21st Century di Washington D.C., Amerika Serikat.
Ia dikenal sebagai pengritik keras gerakan Karismatik, New Age Movement, Postmodernisme, Seni Kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filosofi, dan Teologi Kemakmuran. Sebagai pendeta, ia memiliki pengetahuan luas di bidang seni, musik, filsafat, sejarah, dan arsitektur. Ia telah menulis banyak lagu gereja, menulis banyak buku rohani dan merancang beberapa bangunan gereja.
Seminar-seminarnya diadakan di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya; dan di kota-kota mancanegara seperti di Cambridge (Massachusetts Institute of Technology), Hong Kong (China Graduate School of Theology), Taiwan (China Evangelical Seminary), Singapura (Trinity Theological College), Westminster Theological Seminary, Regent College, Columbia University, University of California at Berkeley, Stanford University, University of Maryland, dan Cornell University. Ia menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris.
8. Bigman Sirait
Menurut pengakuannya, Bigman Sirait mengalami pertobatan pada bulan Juli tahun 1981. Sebelumnya, ia hidup dalam kegelapan dosa, mulai dari perkelahian hingga berbagai tindakan tak terpuji lainnya. Masih sesuai pengakuannya, karena kemurahan-Nya, Tuhan menjamah dan mengubah hidupnya yang dulu gelap. Di tahun yang sama, Tuhan menempatkannya melayani di lingkungan dunia anak-anak yang tidak pernah ia sukai. Sebagai orang yang kasar ia tak bisa ramah pada anak-anak, sebagaimana yang ia alami ketika masih anak-anak, dikasari oleh yang lebih tua. Melayani di sekolah minggu sungguh sebuah realita yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Terus melayani di sekolah minggu, tahun 1984 Tuhan bermurah hati memakainya untuk juga melayani remaja, dan kemudian pemuda. Ia terus melayani di komisi remaja, pemuda, dari berbagai gereja. Lalu dari kampus ke kampus, hingga akhirnya dari kantor ke kantor, dan dalam persekutuan karyawan. Ia juga melayani di berbagai retret, seminar, hingga KKR.
Menurutnya, pada tahun 1995 dalam menjawab panggilan Tuhan, sebagai seorang wiraswasta, ia melepas bisnisnya yang sedang berkembang untuk masuk sekolah teologi di STTRII Jakarta. Memperlengkapi diri, untuk melayani sepenuh waktu di ladang baru yang Tuhan percayakan. Di tahun 1989, saat masih aktif di bisnis, ia mendirikan Yayasan Channel of Blessing (COB) bersama Bp. Paul Hidayat, MTh dan bersama rekan-rekan lainnya, melalui yayasan ini memberikan scholarship bagi mahasiswa teologi yang membutuhkan.
Pada tahun 1999 di penghujung kuliah teologi, mendirikan Yayasan MIKA (MIsi Kita BersamA) bersama dengan beberapa rekan sepelayanan. Yayasan ini bergerak untuk misi pendidikan Kristen unggulan di pedesaan, yang sekarang diketuai oleh Bp. Sugihono Subeno. MIKA telah mendirikan Sekolah Kristen Makedonia (SKM), tingkat; PAUD, SDK,SLTPK dan SMUK,di desa Amboyo Inti, Plasma II, Ngabang, Kalimantan Barat. Saat ini telah mengantar dan membiayai penuh 61 siswa ke Perguruan Tinggi. Melahirkan 30 S1, yang kini bergabung melayani bersama melalui SKM . Sepanjang 10 tahun ajaran (2002-2012), SKM telah meluluskan 308 siswa, dan 77,25% melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dibiayai oleh Yayasan, Beasiswa Pemda, dan biaya sendiri. MIKA Juga mendirikan taman bacaan yang kemudian menjadi PAUD, di Tubangraeng dan Sosok, di Kalimantan barat, dengan rata-rata 50 siswa.
Pada tahun 2000, ia mendirikan Yayasan PAMA (PelAyanan Media Antiokhia) yang bergerak dalam pembentukan teologi, khususnya Christian Mindset. Menjangkau penduduk kota. Pelayanan ini dilakukan lewat siaran khotbah secara rutin, sekali seminggu di 42 Radio diberbagai kota, dan 2 TV di Indovision dan Kabelvision. Secara berkala siaran Live di TVRI. PAMA juga telah menerbitkan Tabloid Kristen REFORMATA (sebulan sekali). Berita harian, REFORMATA On Line (www.reformata.com), dan REFORMATA Audio Streaming (reformata.com/radio)
Selanjutnya di tahun 2001, ia mendirikan GPPB (Gerakan Pengabdian Pemuda Bangsa) sebuah LSM bersifat umum dan terbuka untuk pendanaan anak-anak tak mampu, dan pemberian les tambahan secara cuma-cuma dengan menggerakkan para pemuda gereja. Ini dilakukan sebagai gerakan sosial diwilayah perkotaan. Gereja mana saja boleh menjalankannya.
Akhirnya di tahun 2007, sebagai seorang Pendeta, ia mendirikan dan menggembalakan jemaat Gereja Reformasi Indonesia (sister church Indonesian Reformed Church di Sydney, yang berada dibawah asosiasi Christian Reformed Church of Ausralia). Lagi-lagi, dan terus menerus, ia dipercaya melayani berbagai denominasi gereja, diberbagai tempat, diseluruh Indonesia. Juga pelayanan diluar negeri, seperti Singapura, Jepang, Australia, Jerman, Belanda, Belgia, dalam KKR maupun Seminar bagi jemaat Indonesia. Ia menjadi sering ke Israel, Mesir, Yordania, dalam perjalanan rohani sekaligus belajar mendalami sejarah dan konteks kekinian Israel, Mesir dan Yordania juga perjalanan menapak tilas sejarah 7 gereja di kitab Wahyu, di Turki, Patmos dan Yunani.
9. Yakub Nahuway
Yakub Nahuway adalah pendiri dan juga Pastor Senior Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron dengan ± 10.000 anggota gereja dengan lebih dari lima belas cabang gereja di seluruh Indonesia dan satu cabang di Belanda. Yakub Nahuway telah melayani GBI Mawar Saron sejak tahun 1978.
Yakub Nahuway menerima gelar Sarjana Teologi dari Seminari Bethel (sekarang Institut Teologia dan Keguruan Indonesia) dan Sekolah Teologi Jakarta (Sekolah Tinggi Teologi Jakarta). Ia mendapatkan beasiswa untuk mendapatkan gelar Master of Arts dalam Pertumbuhan Gereja dari Seoul, Korea Selatan. Dia juga menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Biola University di Los Angeles, California, Amerika Serikat.
Sejak awal 1980-an, Jacob Nahuway telah dikenal sebagai salah satu pengkhotbah unggul di Indonesia. Ia telah melakukan pertemuan kebangkitan di banyak lapangan sepak bola di seluruh Indonesia sejak awal 1980-an. Ia telah berkelana di seluruh Indonesia untuk memberitakan Injil tanpa ragu-ragu. Ia sangat terkenal karena kerendahan hati dan pelayanannya telah menjadi inspirasi bagi para pendeta di Indonesia dan seluruh dunia.
Selain khotbah, ia juga seorang guru di Pertumbuhan Gereja besar di Seminari Bethel. Dia juga berbicara dalam seminar di seluruh Indonesia dan dunia. Dengan AH Mandey, Yakub Nahuway membuat gerakan di gereja-gereja Pantekosta di Indonesia sejak tahun 2006.
Yakub Nahuway adalah ketua saat ini denominasi Gereja Bethel Indonesia untuk periode kedua. Beliau juga ketua A.M.A. (Asian Misi Asosiasi) untuk periode ketiga. Dan dia juga adalah Anggota Dewan C.G.I. (Pertumbuhan Gereja Internasional) yang didirikan oleh Dr David Yonggi Cho di Seoul, Korea Selatan.
Gereja Bethel Indonesia Jemaat Mawar Saron Jakarta adalah sebuah gereja yang berada dalam Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), yang adalah anggota dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), dan Persekutuan Injili Indonesia (PII).
Pada penggembalaanya, dalam waktu tiga tahun jemaat bertambah menjadi hampir 400 orang sehingga pada tanggal 3 Januari 1982, ibadah hari Minggu ditingkatkan menjadi dua kali karena kapasitas gedung gereja, yang berukuran 7 m x 7 m, sudah tidak dapat menampung jumlah jemaat. Kemudian pada tanggal 14 November 1982, ibadah hari Minggu ditingkatkan menjadi tiga kali, yaitu pukul 06.00, 10.00, dan 16.30. Seiring dengan bertabahnya jemaat, maka pada tanggal 20 April 1984, jemaat pindah ke gedung BALPERUM (Balai Pertemuan Umum) di Jl. Raden Saleh No. 28, Jakarta Pusat, yang memiliki kapasitas 1.200 orang. Kemudian pada tanggal 8 Juni 1986, ibadah Minggu di gedung Balperum ditingkatkan menjadi empat kali, yaitu pukul 06.00, 09.00, 13.00, dan 17.00. Pada tanggal 20 Agustus 1990, jemaat pindah ke Gedung Sasana Dhaya Sakti, yang berlokasi di Jl. Matraman Raya No. 130-132, yang dapat menampung lebih dari 2.000 orang. Sejak pindah ke gedung ini, ibadah Minggu diubah menjadi tiga kali, yaitu pukul 06.00, 09.00, dan 17.00.
Pada tanggal 21 Desember 1992, GBI Mawar Saron membeli sebidang tanah seluas 9870 m di Jl. Hybrida Timur, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara. Kemudian dalam bulan April 1995, pembangunan gedung gereja dengan ukuran 20m x 65m mulai dibangun dan pada tanggal 18 Juli 1995 gedung gereja diresmikan oleh Pdt. David Yonggie Cho. Hingga sekarang, di lokasi ini telah berdiri gedung gereja seluas 20 m x 60 m, dengan kapasitas 2000 orang, gedung kantor sekretariat lima lantai seluas 32 m x 32 m, gedung Sekolah Penginjil lima lantai seluas 18 m x 35 m, dan gedung Lembaga Pendidikan Mawar Saron lima lantai. GBI Mawar Saron juga telah membeli sebidang tanah, yang berdekatan dengan lokasi gereja, untuk menjadi tempat doa. Pada tanggal 25 Februari 2003, GBI Mawar Saron membangun gedung gereja dengan kapasitas 10.000 tempat duduk di lokasi yang sama.
10. Abraham Alex Tanusaputra
Pdt. Prof. Dr. Abraham Alex Tanuseputra, Ph.D (lahir di Mojokerto, Jawa Timur, 1 Juni 1941) adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia. Ia merupakan pendiri GBI Bethany (sekarang menjadi Sinode Gereja Bethany Indonesia) dan merupakan Ketua Umum dari Sinode Gereja Bethany Indonesia untuk periode 2003-2007 dan Ketua Umum Dewan Rasuli Sinode Gereja Bethany Indonesia hingga saat ini.
Alex dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara (seluruhnya laki-laki) dalam sebuah keluarga apoteker. Ayahnya meninggal tiga bulan setelah menjadi pemeluk Kristen, sementara keluarga ibunya memang merupakan keluarga Kristen.
Tahun 1954, Alex Tanuseputra merupakan seorang pengusaha apotek yang melanjutkan usaha ibunya. Sebagai keluarga Kristen, Alex telah pergi ke Gereja tetapi selalu menghindar ketika ditawari untuk melayani. Dalam sebuah pelayanan oleh Pdt. Dzao Sze Kwang, ia dinubuatkan akan menjadi Pelayan Tuhan. Nubuatan ini diteguhkan kemudian oleh Pdt. EB Stube.
Pada tahun 1965, Alex menabrak seorang anak kecil. Anak kecil tersebut terluka sangat parah dan kematiannya tinggal menunggu waktu. Keluarga anak tersebut mengancam akan membunuhnya bila anak tersebut mati. Alex pergi ke sebuah gereja dan berdoa semalam-malaman dan bernazar bahwa ia akan menyerah dan menjadi Pelayan Tuhan jikalau anak tersebut sembuh dan hidup. Keajaiban terjadi dan anak yang sekarat itu kemudian berhasil dioperasi, sembuh, dan tetap hidup. Alex menyerahkan diri untuk melayani di gereja dan menjual hartanya, mendirikan 14 gedung gereja dan pos-pos penginjilan di Mojokerto.
Pada tahun 1977, Pdt. Alex pindah ke Surabaya beserta seluruh keluarganya. Seluruh 14 gereja yang telah didirikannya diberikan kepada pendeta lainnya. Ia memulai kembali membangun jemaat yang diawali dari 7 orang keluarganya sendiri. Pdt. Alex kemudian bergabung di Sinode Gereja Bethel Indonesia yang memiliki sifat gereja lokal otonom.
Pada tahun 1987, sebuah gedung gereja di Jl. Manyar Rejo II/36-38 selesai dibangun. Pada saat itu, jemaat GBI yang digembalakannya telah mencapai 2.000 jiwa dari 7 orang pada tahun 1977. Pada tahun 1987 ini, diperkenalkan visi slogan "Successful Bethany Families". Pada tahun yang sama, tak lama setelah gedung GBI Bethany Jl. Manyar Rejo berdiri, Pdt. Alex memulai kembali visi pembangunan Graha Bethany di Jalan Nginden, Surabaya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 2000 dan memiliki kapasitas 20.000 orang jemaat. Gedung ini dianggap sebagai gedung gereja terbesar di Asia Tenggara.
Tahun 1988 dan 1989, GBI Bethany memulai pembukaan cabang di Indonesia bagian Barat dan Timur (Bethany Barat dan Timur). GBI Bethany menjadi salah satu bagian jemaat terbesar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).
Tahun 1997, Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa nama-nama jemaat lokal (seperti Bethany, Tiberias, Mawar Saron, Rehobot, dan lain-lain) harus ditanggalkan dan digantikan dengan nama jalan di mana gereja lokal berdiri. Keputusan ini membawa kepada kerumitan bagi jemaat-jemaat lokal yang telah besar seperti Bethany dan yang lainnya. Banyak dari jemaat lokal yang belum mematuhi keputusan tersebut.
Tahun 2000, Sinode GBI kembali meneguhkan keputusan 1997 tentang penanggalan nama-nama jemaat lokal. Akhirnya, pada tahun 2002, GBI Bethany Barat (di bawah Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo) dan Timur (di bawah Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana) menanggalkan nama Bethany. Sementara itu, Bethany Wilayah Indonesia Tengah bersedia menurunkan nama Bethany namun menolak menurunkan visi Successful Bethany Families.
Tahun 2003, pada tanggal 17 Januari 2003, GBI Bethany Wilayah Indonesia Bagian Tengah secara resmi mengundurkan diri dari Sinode GBI dan mendirikan sebuah Sinode baru bernama Sinode Gereja Bethany Indonesia.
Pada 15 April 2004, dimulai rencana pembangunan Menara Doa Jakarta.
Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center. Luar Biasa, dengan jabatan Preskom ini akan menjadi contoh buat generasi penerus bangsa, banyak hal yang perlu diperhatikan agar "tetap berjalan di rel yang benar".
Pada 2009, dimulai pembangunan tahap kedua Graha Bethany Nginden dengan jumlah jemaat menjadi 35.000 dalam satu kali ibadah, dan telah diresmikan pada SPGI 2010.
Pada SPGI 2010 terjadi rekonsiliasi antara Pdt. DR. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dan Pdt. DR. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana setelah tujuh tahun terjadi ketidakharmonisan diantara mereka sehingga terjadilah kembali kesatuan hati kembali diantara mereka para pemimpin Bethany.
Pada tahun 2012, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra mengundang Pastor Benny Hinn untuk hadir di KKR yang berlangsung di Graha Bethany Nginden, Surabaya dan berdoa serta mengurapi secara langsung Pastor Benny Hinn. Pdt. Alex merupakan satu-satunya hamba TUHAN di dunia yang menumpangkan tangan secara langsung mengurapi Pastor Benny Hinn mendoakan pelayanan dan kesatuan keluarga Pastor Benny Hinn. Pada tahun yang sama diwariskanlah penggembalaan Gereja Bethany Graha Bethany Nginden Surabaya kepada Putra pertamanya (anak ke dua) Pdt. David Aswin Tanuseputra (sekaligus menjadi Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia).
Pada tahun 2013, Gereja Bethany kembali mengadakan KKR bersama Pastor Benny Hinn bersamaan dengan SEMINAR KESATUAN GEREJA INTERNASIONAL (SKGI) 2013. SKGI 2013 dilayani oleh Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. Niko Njotorahardjo, Pastor Benny Hinn, Pdt. Timotius Arifin, Pdt. K.A.M. Jusuf Ronni, Pdt. Dwidjo Saputro, Pdt. Josia Abdisaputera, Pdt. Eddy Leo, Rev Floyd Lawhon dan Pdt. Jusuf BS. Pada tahun ini TUHAN menjawab doa Pdt. Alex untuk Ps. Benny pada tahun 2012 dengan bersatunya kembali Pastor Benny dan istrinya yang ditandai dengan pernikahan kembali yang dilangsungkan antara Ps. Benny Hinn dan istrinya Suzanne Hinn pada tanggal 3 Maret 2013. Pada tahun yang sama, kisah perjalanan hidup Pdt. Alex diangkat kedalam film layar lebar OPTATISSIMUS (Doa Pertama) yang tayang di seluruh jaringan bioskop XXI pada tanggal 23 Mei 2013. Di tahun yang sama juga, Proyek Menara Jakarta kembali ditangani dan dilanjutkan oleh Pdt. Alex dan Gereja Bethany Indonesia.
11. Edy Leo (Abbalove Minisitry)
Eddy Leo adalah salah satu Penatua Abbalove Ministries. Beliau dikenal dengan pengajaran Hati Bapa. Aktif mengembangkan konsep revolusi penyembahan yang dikenal dengan sebutan Prophetic Priestly Worship dan DNA gereja sel (mengalami Kristus dan membangun hubungan). Telah banyak memberkati banyak gereja di Indonesia dan bangsa-bangsa, antara lain Korea Selatan, Bangladesh, Mongolia, Malaysia, India, Jepang, Taiwan, Cina, Australia, Brasil, Kanada dan Amerika Serikat.
Pelayanan Abbalove Ministries sebenarnya berawal dari sebuah persekutuan kecil yang dipimpin oleh Sofjan Sutedja, pada sekitar awal tahun 1980. Kemudian Samiton Pangellah dan Eddy Leo bergabung bersama di dalam persekutuan tersebut.
Dari pelayanan yang kecil ini, lahir pelayanan lainnya, seperti perpustakaan, vocal group, dan kelompok tumbuh bersama. Pelayanan misi mulai dilakukan ke Tangerang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Palembang dan Medan. Kepemimpinan mulai terbentuk ketika mereka mempelajarinya dari kepemimpinan gereja-gereja lain. Pada tahun 1983, lewat seminar Jeff Hammond, seorang hamba Tuhan asal Australia, Samiton mendapatkan pengertian tentang visi kesatuan tubuh Kristus, gereja sekota dan kepenatuaan majemuk.
Pada tahun 1986, tiga serangkai yakni Sofjan Sutedja, Samiton Pangellah dan Eddy Leo ditetapkan sebagai pemimpin di jemaat ini. Selama tujuh tahun berikutnya terjadi pertumbuhan jemaat di dalam berbagai hal seperti pengajaran, nilai kejemaatan, kepemimpinan, struktur dan infrastruktur pelayanan dan pekerjaan misi.
Pada tahun 1988, jemaat ini mulai menggunakan gedung di kompleks Speed Plaza sebagai tempat ibadah dan sentra pelayanan. Jemaat ini kemudian didaftarkan pada Departemen Agama dengan nama Gereja Yesus Kristus Tuhan dan Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia.
Abbalove Ministries atau Gereja Yesus Kristus Tuhan merupakan sebuah sinode gereja Kristen Protestan yang berbadan hukum di Indonesia dan berpusat di Jakarta.
Pada tahun 1988, jemaat ini mulai menggunakan gedung di kompleks Speed Plaza sebagai tempat ibadah dan sentra pelayanan. Jemaat ini kemudian didaftarkan pada Departemen Agama dengan nama Gereja Yesus Kristus Tuhan dan Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia.
"Gereja Yesus Kristus Tuhan" mempunyai pilar-pilar pelayanan berupa pembinaan dan pemuridan yang berkesinambungan, kehidupan berjemaat, pemulihan hati Bapa, pengaktivasian karunia-karunia Roh Kudus, pelayanan lima jawatan, karunia-karunia motivasi, peperangan rohani, dan pujian penyembahan. Selain itu ada pelayanan-pelayanan yang bersifat umum seperti penggembalaan, misi, dan pelayanan kelompok usia, mulai dari anak, pelajar, mahasiswa, karyawan hingga keluarga.
12. Timotius Arifin (Representative of Christ Kingdom)
Pdt.Ir.Timotius Arifin Tedjasukmana, DPM, lahir di Surabaya, 28 Juni 1951. Suami dari satu orang istri yang sangat dikasihinya, Fifi Sarah Yasaputra, sudah menumbuhkan serta membangkitkan banyak putra rohani sebagai ahli waris Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dikenal sebagai pengkhotbah yang cakap dan diurapi, dengan hati penginjil dan rasul, Bapak Arifin membawa pengurapan yang segar bagi pelayanan pujian dan penyembahan di kota-kota besar seperti Surabaya dan Denpasar.
Memulai pelayanan gereja di Bali mulai tahun 1989 dengan hanya 5 keluarga di Denpasar, saat ini beliau menggembalakan sekitar 15000 jemaat yang tersebar pada hampir 150 cabang R.O.C.K. Ministries di Indonesia, Asia, Timur Tengah dan Australia.
Pria yang sudah menjadi bapak rohani bagi banyak orang ini akrab disebut ‘Daddy’ oleh anak-anak rohaninya. Saat ini Bapak Timotius Arifin bergerak dalam pelayanan ‘Bapa-Anak’ atau “Fatherhood-Sonship” yang berfokus pada kebutuhan utama yang sangat mendesak bagi para pemimpin muda ataupun senior akan bapak rohani. Kerinduan beliau adalah membangkitkan bapak-bapak rohani yang bisa menjadi mentor dan bapak rohani dari para pemimpin.
Awalnya Pak Timotius Arifin merupakan bagian dari serangkai Pdt. Alex Abraham Alex Tanusaputra dan Pdt. Niko Njotorahardjo. Pada tahun-tahun awal GBI Jemaat Bethany membagi pelayanannya di Indonesia menjadi GBI Jemaat Bethany wilayah Indonesia bagian barat yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo; wilayah Indonesia bagian tengah yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A. (menantu dari Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra); dan wilayah Indonesia bagian timur yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana. Sementara Pdt. Prof. DR. Abraham Alex Tanuseputra berperan sebagai Gembala Sidang Senior dan sekaligus juga adalah sebagai Gembala Pendiri GBI Jemaat Bethany.
Saat ini, Pak Timotius melanjutkan pelayanannya di GBI R.O.C.K Lembah Pujian, Denpasar, Bali yang bermula dari 50-an orang pada 22 Oktober 1989 terbilang sukses.
13. Timotius Subekti
Penuh mukjizat dan penyertaan Tuhan, itulah 40 tahun perjalanan yang dilalui oleh Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Kristus Alfa Omega yang berpusat di Semarang. Kristus Alfa Omega ini didirikan oleh Pdt. Ir. Timotius Subekti.
Kisah Ir. Timotius Subekti untuk menjadi hamba Tuhan sungguh sangat berliku. Apalagi, Subekti yang lahir pada 28 Juni 1941 ini waktu kecil dikenal gagap. Bahkan, ketika masih di Sekolah Dasar sampai lanjutan pertama, banyak teman sekelas menyebutnya seperti kepiting rebus, sebab wajahnya selalu berubah kemerah-merahan ketika disuruh maju oleh guru.
Timotius Subekti lulus pendidikan sekular di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Telekomunikasi. Ia selesai di universitas bergengsi itu pada Desember 1963 dan diwisuda April 1964. Setelah lulus kuliah, anak ketiga dari pasangan Yap Lien Tek dan Tan Swan Nio ini diterima sebagai pegawai negeri di Departemen Pertambangan yang saat itu menterinya dijabat Chairul Saleh.
Awal mula persekutuan dimulai pada Februari 1968 di rumah anak dari saudara ibunya yang bernama Ibu Tan Tiek Hie di Jl. Thamrin 68. Di rumah yang juga menjadi tempat jualan arang ini, Subekti mulai menggembalakan beberapa orang. Anggota-anggota persekutuan waktu itu adalah keluarga Tan Tiek Hie, Ibu Ngapiah, Ibu Munaryo, Ibu Rakinah dan Ibu Nafsiah. Selain memimpin persekutuan di rumah Jl Thamrin, Subekti juga mengajar di beberapa tempat, antara lain di Lembaga Pendidikan Theologia Abdiel untuk mata kuliah Arkeologi, di Universitas Satya Wacana Salatiga untuk mata kuliah Elektro (1968-1972), kemudian di Akademi Teknik Nasional Semarang dengan mata kuliah Teknik Elektro serta di SMA Nusaputera dan Karangturi sebagai guru agama Kristen.
14. Jeffrey Rachmat (Jakarta Praise Community Church)
Jeffrey Rachmat adalah pendiri dan Gembala Senior dari sebuah gereja yang menamakan diri Jakarta Praise Community Church (JPCC). JPCC adalah salah satu gereja di Indonesia yang sangat berpengaruh dan bergerak sangat dinamis. Gereja ini terkenal sebagai gereja muda-mudi atau paling tidak mereka yang berjiwa muda dan kalangan selebritis ibukota. Jeffrey Rachmat juga merupakan pembicara yang berpengaruh dalam topik-topik seperti kepemimpinan, relationship, pernikahan dan bisnis. Buku yang ditulisnya berjudul Permainan Cantik juga tersedia dalam versi bahasa Inggrisnya.
15. Daud Tony (Dunia Roh Ministry)
Ia terlahir dari seorang ayah Tionghoa dan ibu Jawa-Tionghoa dengan nama Tukiman. Latar belakangnya ia akui sebagai penganut Okultisme dari gurunya yang adalah kakeknya sendiri (Ilmu Putih) dan neneknya sendiri (Ilmu Hitam) yang sudah sangat terkenal di tahun 1970-an di dunia hitam. Juga diakuinya ada 2 guru tambahan lainnya yang menguasai ilmu pelet dan ilmu tenaga dalam (inti es dan inti api). Nama kakeknya adalah Atmo Gejek dan neneknya Warsiki Gejek.
Daud Tony, begitu namanya setelah ia menyatakan dirinya bertobat mengakui belajar Okultisme/ kebatinan sejak usia 9 tahun. Ia memiliki beberapa kemampuan (sebelum bertobat) yaitu menguasai ilmu hitam tertinggi dan ilmu putih tertinggi (ilmu awal: mencapai meditasi tertinggi – yakni meditasi sampai keluar sinar di dahi dan mengambang di atas air / aji tapak banyu. Ilmu yang lain: Ilmu sirep / mencomot pikiran orang, aji lembu sekilan / kebal, perogoh sukmo/pencabut roh, aji saipi angin / pergi ke tempat jauh dalam waktu satu detik, aji panglimunan / menghilang, ilmu santet, ilmu pelet, pasang susuk, aji singolodoyo, ilmu memanggil hewan, ilmu mematikan lampu, aji setan kober, aji hasto brojo, aji brojo musti, aji brojo lamatan, memiliki tubuh yg dilapisi “besi kuning”, ilmu Guntur Geni / pukulan tapak tanpa rasa, memiliki 100 macam pusaka, kitab stambul, jimat, dll). Ilmu Pamungkas: Ilmu Guntur Geni / Pukulan tapak tanpa rasa (bisa menghancurkan batu yang berada pada jarak 50 km).
Kisah pertobatannya dimulai pada waktu kalah bertarung melawan beberapa pendeta yang ia sebutkan: Pdt. Gibert Lumoindong, Pdt. Stephanus Pingki, dan Deborah. Singkat cerita setelah kalah dengan berbagai ajian, ia mengeluarkan ilmu pamungkasnya: pukulan tapak tanpa rasa, tetapi apa yang terjadi, waktu ilmu itu nyaris mengenai ketiga pendeta itu, sesuatu yang luar biasa terjadi, ada cahaya berkilauan keluar dari tubuh ketiga pendeta itu dan menangkis serangan itu, akhirnya serangan berbalik kepada daud sendiri dan membuat dia terpental ke belakang kira-kira 10-12 meter, akibatnya fatal sehingga ia langsung hilang ingatan seperti orang idiot selama setahun.
Ia menjadi pulih ingatan kembali ketika mendengar suara: “Aku adalah Aku” dari Yesus Kristus. (Perkataan pertama Yesus kepada Daud Tony: “Akulah Alfa dan Akulah Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Aku adalah Aku, Aku adalah Aku, Aku adalah Aku, Aku adalah Aku.” Perkataan kedua Yesus kepada Daud Tony: Aku adalah Aku, Aku adalah Aku. Aku datang menemuimu, Akulah Raja Adil dari Timur. Akulah Alfa dan Omega, Sang Pencipta Alam Semesta. Lihat Aku telah mati, dan lihatlah Aku bangkit kembali. Akulah Terang, Aku adalah Aku.”
Setelah perjumpaanNya secara pribadi dengan Yesus seperti yang ia ceritakan, ia berbalik dari kepercayaan okultismenya dan menjadi Kristen serta menulis banyak buku tentang ‘dunia gelap’ yang menajdi masa lalunya dan melakukan banyak ceramah di berbagai seminar dan kesempatan. Selanjutnya ia menjadi Hamba Yesus Kristus dengan sebutan Penginjil "Api" dan membina sebuah wadah pelayanan yang disebut Dunia Roh Ministry.
Demikian beberapa nama pendeta yang boleh dibilang sangat berpengaruh dalam hal penginjilan tentang Yesus Kristus dan pengajarannya tentang sosok lawan Allah yaitu setan. Masing-masing dari nama pendeta yang berpengaruh tersebut sangat kuat dalam ajaran Setan sebagai malaikat Lucifer yang jatuh yang hingga saat ini dipercaya menjadi biang keladi kejahatan yang masih terus-menerus berusaha menyeret manusia ke dalam api neraka.
Adapun ajaran Para Pendeta dan Pengkhotbah di atas jika kita simak lebih lanjut tidak terlepas dari ‘platform’ organisasinya. Untuk itu, kita menyimak sedikit persatuan organisasi yang dimaksud yang menaungi para pendeta di Indonesia.
Persekutuan Gereja di Indonesia
adalah organisasi yang menaungi gereja-gereja di Indonesia yaitu:
Persekutan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia."
Saat ini terdapat 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI. Adapun situs resmi dari PGI adalah pada: www.pgi.or.id
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
Adalah organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia.
Selanjutnya, masih terdapat beberapa wadah-wadah atau organisasi gereja-gereja sebagai berikut:
Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI)
Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) adalah sebuah organisasi yang menaungi Gereja-gereja yang didenominasi aliran Protestan khusus Pentakosta, yang berdiri pada tanggal 14 September 1979 dengan nama sebelumnya Dewan Pantekosta Indonesia (DPI), dan organisasi ini sejajar dengan PGI.
Saat ini ada 81 nama sinode gereja anggota PGPI dan situs resmi dari PGPI adalah pada: www.pgpi-news.org
Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII)
Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) atau juga Persekutuan Injili Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1971 di kota Malang, Malang, Jawa Timur, Indonesia, dengan motto “Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil” yang didasarkan pada Matius 28:19 dan Galatia 5:1. Organisasi ini mirip Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Dapat dilihat informasinya lebih rinci pada situs resmi PGLII di: www.pglii.org
Selain melalui ‘platform’ organisasi gereja di Indonesia, konsep ‘Setan’ yang diajarkan oleh banyak para pendeta dan pengkhotbah tentunya menjalar dan ‘diproduksi’ melalui kegiatan belajar mengajar melalui Sekolah Tinggi Theologia (STT) di Indonesia.
Berikut adalah beberapa STT yang boleh dikataka ‘terbaik’ versi RDF berdasarkan catatan prestasi rentang waktu, fasilitas yang dimiliki, para pengajar yang dipunyai, penghargaan-penghargaan yang dicapai serta lulusan-lulusan yang telah ‘dicetak’, yaitu:
1. STT Jakarta
2. Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Malang
3. Institut Teologia dan Keguruan Indonesia (ITKI), lebih dikenal dengan Seminari Bethel, Jakarta
4. Institut Injil Indonesia (I-3) Batu Malang
5. Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia (STT-RII), Jakarta
6. STT Duta Wacana, Yogyakarta
7. STT Baptis, Semarang
Beberapa Pengajar Konsep Setan
1. Gilbert Lumoindong, MTh
Saya tidak akan membahasnya rinci karena bukan tujuan dari Blog ini namun secara umum dapat dengan mudah diverifikasi atas pengajarannya yang sering tampil di televisi, melalui khotbah-khotbahnya, buku-bukunya bahwa Gilbert Lumoindong meneruskan konsep setan dari Mitos lama sebagai malaikat Lucifer yang jatuh yang terus berkembang dengan prinsip peperangan rohani.
2. DR Stephen Tong
Juga saya tidak akan membahas rinci namun melalui pengajarannya di stasiun TV khusus miliknya, buku-bukunya, khotbahnya ‘Pak Tong’ sebagaimana lebih dikenal masyarakat Indonesia juga meneruskan konsep setan dari Mitos lama sebagai malaikat Lucifer dari kata heylel.
3. DR Erastus Sabdono
Berbeda dengan beberapa nama pendeta yang populer, ‘Pak Eras’ setelah menggembalakan Rehoboth selama 10 tahun yang sebelumnya adalah pengkhotbah ‘tetap’ Tiberias meneruskan konsep Mitos tentang Lucifer sedikit berbeda dengan ajaran utamanya yang sedang digadang-gadang melalui konsep ‘corpus de licti’. Lucifer menurutnya adalah makhluk Surgawi ciptaan Allah khusus dan bukan termasuk kelompok dari para malaikat pelayan Allah.
4. Daud Tony
Jelas dari latar belakang yang dimilikinya, pengajaran Daud Tony sangat baku pada ranah peperangan rohani dan konsep Setan yang dianutnya serupa dengan ‘Guru Rohani’nya yaitu Pdt. Gilbert Lumoindong.
Demikian dari paparan saya di atas bahwa jelas sekali hampir 100% para pendengar tentang siapa setan itu diajarkan melalui konsep turun temurun oleh para pendetanya. Dan kalaupun tersisa barangkali hanya nol koma nol nol nol nol nol nol sekian persen yang berarti sangat sangat sangat sedikit di Indonesia yang mungkin tidak mendengar setan sebagai Lucifer yang jatuh. Sangat sedikit para pendengar dalam hal ini umat Kristen yang mendengar atau mencari kebenaran tentang setan secara Alkitabiah melainkan segala sesuatu yang didengarnya hingga dipercayainya adalah produk mitos turun temurun, yaitu produk ‘mainstream’ yang meyakini dan meneruskan konsep Setan mitos a la John Milton sehingga tidak heran jika pencarian jawaban saya terhadap pertanyaan kepada BANYAK orang tentang siapa sosok setan itu kepada hampir BANYAK orang di negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia ini menyuarakan hal yang serupa bahwa setan adalah si Malaikat Tuhan yang jatuh.
(Hampir) seluruh umat Kristen Indonesia percaya bahwa Setan adalah sosok Lucifer yang berdosa dan kalaupun ada variasi hanyalah sedikit namun tetap pada konsep bahwa kejahatan diakibatkan oleh Setan si Lucifer yang jatuh dan berdosa dan umat Kristen saat ini tengah harus merebut kemenangan itu kembali. Sosok Setan dipercaya menjadi tandingan Allah dan bumi menjadi medan pertempuran antara dua kuasa metafisik. Jadi, jika (hampir) semua umat Kristen di Indonesia dengan keyakinan berkobar-kobar dan beriman menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat Dunia yang menebus umatNya dari kuasa setan, si Lucifer yang jatuh itu, maka setelah malakukan perunutan asal muasalnya, saya menjadi tidak heran.
Semua jelaslah sudah, konsep setan itu sudah berakar kuat dan sistematis di negeri ini.
PGI sebagai organisasi gereja di Indonesia pun sudah menyatakan hal tersebut dalam kredo-nya yaitu pada bagian II PEMAHAMAN BERSAMA IMAN KRISTEN (PBIK) 2009-2014 pada DASAR PEMIKIRAN BAB III MANUSIA butir 8 dimulai dengan penyebutan sosok iblis yang dipercayai sebagai sosok makhluk yang membujuk manusia untuk memberontak melawan Allah. Selanjutnya terus dicatat bahwa manusia menjadi dikuasai oleh iblis dan menjadi hamba dosa.
Namun, walaupun saya harus mengakhiri Blog ini dengan kontroversi (hati) dan bertentangan dengan konsep setan yang telah mengakar kuat pada hampir seluruh umat Kristen Indonesia tersebut sebenarnya pertentangan yang terjadi bukanlah sebuah kesengajaan yang diambil untuk berada pada posisi berseberangan atau upaya kesengajaan untuk meruntuhkan sebuah bangunan konsep keyakinan yang sudah terjadi puluhan tahun. Dengan berat hati harus saya akui bahwa akhirnya semenjak perunutan saya tentang asal muasal setan, si Lucifer itu tidak berpangkal pada ‘suara’ Alkitab maka semenjak itu saya secara otomatis menjadi ‘penentang’ konsep setan a la John Milton tersebut.
Jika (saja) Alktiab tidak pernah menyatakan bahwa setan adalah sosok malaikat Lucifer yang jatuh berdosa karena keinginannya hendak menyamai Allah Sang Pencipta, bagaimana mungkin saya yang menyebut diri Kristen, pengikut Yesus Kristus yang mempercayai Injil dan Alkitab malah menyatakan sebuah mitos sejarah sebagai sebuah kebenaran?
Namun, jika demikian pula harus menjadi seorang Kristen yang berlawanan dengan kelompok ‘mainstream’ apalah artinya pula menimbulkan perdebatan bahkan sampai menyakiti sesama dan mengabaikan inti dari ajaran Yesus Kristus tantang Kasih demi sekedar membela dan mendebat sebuah ‘karya’ mitos Lucifer? Bukankah jikalau Mitos itu dapat dipakai untuk mengajarkan sebuah kebaikan dan jalan Surga sebaiknya kita melakukan ‘kompromi’ dengannya?
Beginilah maksud saya ‘berkompromi’ dengan Mitos Lucifer tersebut. Pada masyarakat kita di Indonesia seringkali banyak mitos yang beredar terutama pada era saya masih kanak-kanak dimana kami masih sering bermain di tanah lapang membaur dengan penduduku-penduduk setempat. Jika adzan maghrib tiba, kami anak-anak yang tengah asyik bermain di tanah lapang pastinya langsung disamperin oleh orang tua ataupun kakak-kakak kami yang mendesak kami semua untuk segera pulang karena maghrib tiba. Seringkali mereka selalu mendesak kami pulang dengan upaya menakut-nakuti kami bahwa jika tidak pulang dan menyelesaikan permainan, sebab menjelang hari maghrib akan ada sosok ‘Wewe Gombel’ atau ‘kolong wewe’ yang akan menculik anak-anak. Sontak selalu jika kami diberikan ancaman ‘wewe gombel’ dalam hitungan detik selalu kumpulan anak-anak bubar ngacir ke rumah masing-masing. Begitulah budaya kita yang sarat dengan hal-hal mistis. Saat ini, saya pun memahami bahwa mitos ‘Wewe Gombel’ dipakai oleh orang tua zaman dulu untuk menyuruh anaknya pulang berhenti bermain saat senja tiba, apalagi bagi mereka yang beragama muslim, setelah seharian di luar rumah untuk sekolah dan bermain dengan teman-teman sebaya, waktu maghrib haruslah dimanfaatkan untuk bersembahyang (sholat) maghrib.
Berkaca kepada pribadi Yesus Kristus, Ia sendiri pun sebagai Guru Agung sepanjang sejarah manusia tidak memperdebatkan soal mitos dan keyakinan tentang setan dan kuasa dari roh-roh jahat yang sudah mengakar pada saat pelayananNya di bumi ini terutama pada masyarakat Yahudi. Mitos tentang kuasa Beelzebul pun tidak dipungkiriNya saat Ia dituduh melakukan perbuatan mujizatNya sebagai kuasa dari Beelzebul.
Atas apa yang Yesus Kristus lakukan pada saat Ia hidup di bumi ini menjalankan misi keilahiaanNya, saya menyebutnya dengan Gaya Pengajaran Yesus. Dua hal penting dari gaya pengajaran Yesus adalah Gaya Personifikasi dan Gaya Bahasa Waktu itu (Languange of the day). Mengenai ini akan saya bahas lebih lanjut pada Suplemen Pendahuluan (pada Blog Khusus).
Akhirnya, meneladani sosok Allah dalam diri manusia, Yesus Kristus, siapakah kita bersikap seolah-olah menjadi hakim adil terhadap yang lain? Yesus pun tidak memperdebatkan kepercayaan orang-orang di zamannya untuk hal-hal yang menurut saya sudah sulit diubah. Mengutip perkataan dari artis pujaan saya dalam sebuah lakon yang ia perankan, people believe what they want to believe.
Mitos dapat dipakai untuk tujuan mulia mengarahkan manusia kepada esensi Injil sesungguhnya yaitu menjadi manusia Allah. Apalagi berkaca pada Mitos Lucifer yang hendak menyombongkan diri dan mengambil posisi Allah Sang Pencipta adalah sangat baik sebagai kapasitas manusia sebagai ciptaanNya. Ciptaan adalah ciptaan yang sampai kapanpun tidak akan dapat melebihi Sang Penciptanya. Kalaupun Alkitab menyuarakan agar kita menjadi sempurna sama seperti Bapa (Allah) yang sempurna adalah dalam kapasitas kesempurnaan perangai dan sekehendak denganNya yaitu menjadi kawan sekerjaNya bukan malah hendak menyaingi Allah.
Yang harus ditentang adalah gaya munafik para Ahli Taurat dan Farisi yang sebenarnya paham betul ajaran Alkitab namun mengabaikannya untuk diri sendiri tetapi menuntut orang lain melakukannya dan mancari-cari kesalahan orang lain seolah menganggap diri sendiri itu benar. Juga yang harus ditentang adalah gaya mencari kambing hitam yaitu mengambil sosok Setan sebagai biang keladi setiap dosa atau kejahatan yang kita lakukan lalu melepas tanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan dan menuduh Setan sebagai penyebab yang harus bertanggung jawab.
Mengambil prinsip ‘garbage in garbage out’ saya hendak mengakhiri Blog Bagian ini dengan kutipan ‘MITOS (Lucifer) in MITOS (Lucifer) Out’. Setahap lagi saya akan segera mengakhiri Blog Pendahuluan ini dengan membahas Asal Muasal kekristenan di Indonesia dan agama-agama di Indonesia sekaligus melihat beberapa mitos di negeri Indonesia.
Referensi:
1. Wikipedia Ensiklopedia Bebas
- RDF's blog
- Login to post comments
- 24030 reads
@rdf, biografi tidak penting
Hai Bro...
Menurut saya biografi singkat dari para pendeta / hamba Tuhan yang anda paparkan itu bisa dihapus saja. Cukup anda kutip pendapat-pendapat / pengajaran dari para pendeta / hamba Tuhan tersebut mengenai setan.
Btw...mana kiriman email-nya?? Aku tunggu ya?
@widdiy: sip
Hai Bro,,
masukan bro untuk memberikan catatan tentang isi pengajaran dari para pendeta-pendeta yang saya sebutkan di bagian akhir Blog 11 akan saya perhatikan di edisi Buku 'Lucifer'. Tentunya pada Blog ini, saya tidak menuliskannya dikarenakan demi 'singkatnya' Blog akhir Bagian 11 juga secara umum pandangan para pendeta tsb adalah serupa dan sama tentang siapakah Iblis itu kecuali pandangan terbaru dari Pak Eras.
Mengenai penulisan biografi, saya memandangnya penting agar para pembaca dapat paham betul tentang latar belakang pendeta mereka dan mengapa mereka hampir serempak mempunyai konsep Iblis yang serupa. Itu sebabnya saya memasukan biografi mereka terutama biografi Om Ho sebagai 'dedengkot' GBI di Indonesia sebagai sinopsis.
tentang email, mohon maaf, baru mulai senggang, mhn ditunggu yah.
Salam
rdf
kamu akan menulis buku ttg ini toh, moga2 antonic diberitahu klo dah jadi. n moga2 bs dpt copynya hehe.. (ngarep.) kamu dah nulis buku apa aja? mo baca2.
sukses adalah sebuah pencapaian, premium dan citra exclusive.
antonic
mengenai buku apa yang akan RDF tulis, mohon tengok di:
http://www.lucifertheanthology.com/
mohon kesabaran dari antonic untuk menunggu peluncuran BUKU RDF. Pastinya restu antonic akan RDF tunggu dan pastinya antonic akan diberitahu bahkan diundang pada saat peluncuran BUKU RDF agar dpt copynya.
untuk buku serial kekristenan, BUKU RDF bertema Lucifer merupakan buku pertama.
terima kasih