Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ajarku Berdiam

clara_anita's picture

Bagaimana bunyi angin yang mendesir
Atau hujan yang mengguyur
Menghantam tanah tanpa gentar?
Ah..... tiba-tiba aku ingin belajar mendengar ...

***

Ada waktu untuk berdiam diri;
Ada waktu untuk berbicara
(Pengkhotbah 3:7)

 

"Apa yang harus saya kerjakan?" Tanpa saya sadari kalimat itu sudah menjelma menjadi semacam mantra bagi saya. Biasanya ia saya rapalkan pada atasan, rekan kerja, teman, ataupun keluarga. Tak jarang pula ia saya ajukan pada diri sendiri. Bahkan, tiap pagi usai bersaat teduh tangan ini telah terprogram untuk secara otomatis meraih pena, mencari secarik kertas dan mengguratkan sebuh tajuk: THINGS TO DO TODAY. Maka ketika mantra saya itu memantul sepi lewat jawaban, "tidak ada", saya pun merasa janggal. Ada ruang kosong yang terasa hambar. Diam itu betul-betul menikam.

Diam itulah yang menjadi tuntutan utama tugas saya kali ini -- mengawas siswa yang tengah mengerjakan tes. Beberapa teman pengawas memilih membawa buku atau tugas siswa untuk dikoreksi untuk membunuh bosan. Biasanya saya pun begitu, namun kali ini selama satu minggu penuh saya memilih untuk tidak membawa pekerjaan lain ke dalam ruang tes. Saya akan mencoba untuk duduk diam dengan perhatian penuh terpusat pada siswa di hadapan saya.

Berhening itu tidaklah mudah. Sulit menyingkirkan berbagai hal yang mampir ke pikiran. Butuh beberapa menit sebelum akhirnya saya mampu melepaskan diri dari pikiran tentang penyesalan di masa lampau dan kekhawatiran akan masa datang. Setelah beberapa lama barulah diam nan tenang itu datang. Hadirnya secara mengejutkan memampukan saya untuk melihat, mendengar dan merasa indahnya berada di sini pada saat ini.

Perlahan makin banyak suara yang dapat saya dengar. Degup jantung saya yan berdebur perlahan tapi pasti. Tetes-tetes air yang menitik dari keran bocor di luar pintu. Desir angin yang membuat dedaunan di luar pagar sekolah bergemerisik. Bisik anak-anak yang berusaha mencuri-curi saling bertukar jawaban ujian. Segala hal yang sebenarnya selalu ada namun acap kali terlewatkan karena saya tidak pernah benar-benar mendengarkan karena saya tidak pernah mau memilih untuk diam.

Sebuah pelajaran sederhana yang amat berarti buat saya. Betapa seringnya saya menumpulkan indra hanya karena saya tak gagal untuk bersikap diam dan tenang. Dalam segala kehebohan dan kepanikan saya untuk menyikapi realita hidup yang terpapar di hadapan, saya teramat mungkin melewatkan esensi yang sebenarnya: bahwa yang terpenting adalah mencari dan melihat wajah Sang Pelukis Hidup dalam tiap percik warna yang dipulaskanNya.

 

Maka doa saya hari ini : Ajarku Berdiam ...........

ely's picture

thanks

senang bisa membaca tulisan ini ... :)
belajar untuk diam dan mendengar ... memang sulit ... 

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...