Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bianglala..la..la..la
Sumber: http://byebyebeautifool.deviantart.com
Kirana menarik tanganku masuk ke dalam pagar pembatas besi. Tenaganya tak seberapa besar, tapi antusiasmenya tak kuasa kutahan. Sejenak aku termangu menatap kerangka besi itu. "Amankah?" batinku. Tapi tak sempat berlama-lama termangu karena pintu sangkar besi dalam jentera raksasa itu sudah menunggu. Dengan antusias Kirana menerobos masuk, sementara aku meringis karena kepalaku membentur palang besi akibat kurang merunduk.
Roda besi itu berotasi pada porosnya diiringi dengus mesin diesel. Terdengar suara besi berderak-derak dari sambungan-sambungan besi. Sangkar besi yang kami tumpangi perlahan-lahan mengayun ke atas. Pengunjung tampak mengecil saat kami sampai di puncak putaran.
"Papa takut, nggak?" tanya Kirana.
"Nggak," jawabku dusta.
Aku tidak takut ketinggian. Aku lebih mencemaskan aspek keamanan wahana mainan ini. Apakah konstruksinya aman? Apakah sudah mendapatkan pemeriksaan dari pihak yang berwenang? Apakah perawatannya baik? Berbagai pertanyaan berkecamuk. Aku hanya duduk mematung, tidak berani bergerak banyak. Takut gerakanku itu terlalu kuat dan menyebabkan wahana itu ambruk.
Sementara itu Kirana justru menikmati rekreasi dalam putaran roda besi itu. Dengan sumringah dia banyak mengomentari hal-hal yang dilihatnya. Aku sendiri hanya menimpali seperlunya saja. Ketika bianglala itu berhenti, kami berada di posisi tertinggi. Ada penumpang lain yang ikut naik. Sisa gerakan sentrifugal menyebabkan kurungan besi itu bergoyang-goyang. Duh...bagaimana kalau tiba-tiba as kurungan itu patah karena sudah karatan? Apa yang akan terjadi kalau tubuh kami terhempas ke tanah.
Tamasya itu sebenarnya berlangsung tidak lebih dari 10 menit, tapi bagiku itu serasa sewindu. Akhirnya siksaan batin berakhir saat kurungan besi terbuka. Kami meneruskan plesiran menjelajahi di pasar malam. Dalam keriuhan, aku merenungkan kejadian tadi.
Syarat utama untuk naik dalam bianglala bukan keberanian melainkan percaya. Setiap orang yang naik dalam bianglala itu harus percaya bahwa wahana itu cukup aman dan akan dapat menghibur. Seorang pemberani sekalipun pasti akan berpikir seribu kali jika dia ragu pada kehandalan roda besi berputar itu.
Entah mengapa tiba-tiba pikiranku melihat kemiripan bianglala ini dengan kehidupan spiritualitas. Beriman itu seperti masuk ke dalam bianglala ini. Muncul dua sikap seperti orang yang masuk ke dalam bianglala itu: Pertama, ada orang yang percaya sepenuhnya; Atau kedua orang yang masih ragu-ragu. Di antara keduanya kadang bergesekan. Kelompok pertama berkeyakinan bahwa beriman itu harus percaya sepenuhnya sampai dengan titik-komanya. Tidak ada celah untuk kebimbangan. Kelompok kedua berpendapat bahwa keyakinan itu harus ditimbang-timbang. Itu adalah kedua kutub yang ekstrim yang menyisakan ruang di antara keduanya.
Versi lengkapnya bisa dibaca di sini.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 4221 reads
kayak pilem FINAL DESTINATION
he he he... sejak nonton pilem horor FINAL DEstination beberapa tahun lalu, dibarengi ambruknya wahana yang sama di kota Semarang (resmi punyanya PEMKOT pula) yang menimbulkan korban jiwa beberapa tahun lalu sempet 'miris' kalo mau naik beginian, padahal sebelumnya? waaaaaahhh tiap kali ada pasar malam (duulu pas masih ABG) ga bosan2 ketawa ketiwi sama temen2 nyoba sana sini.
Tapi miris ilang blas, waktu 'sekali lagi' saya 'nekat-nekatan' naik banyak wahana seperti ini di DUFAN padahal habis mondok di RS 10 hari. temen2 yang saya ajak ngerayain kesembuhan saya dengan ke DUFAN mengira saya udah setengah gila... karena jelas2 saya masih "pucettauw..." tapi udah ha ha ha ha hi hi hi sambil nangkring di ketinggian.... padahal mikirnya sederhana aja... musuh penyakit aja menang... masak musuh miris hati harus kalah sehhhh...
Percaya aja... "katanya mereka yang rohani" itu cuma butuh satu langkah..
Mbak Iik: Emang enak berpikir sederhana
Barangkali memang lebih enak jadi orang yang berpikiran prasaja. Semakin sedikit yang diketahuinya, maka semakin sedikit yang dicemaskannya.
Ah...Jadi ingat signature koh Hai Hai. Yang terbesar di kerajaan Allah adalah anak-anak. Mereka percaya saja. Tidak banyak yang dipikirkannya.
------------
Communicating good news in good ways
@purnawan apa dong?
Tulisan purnawan yang selalu kusuka bila bercerita tentang Kirana. Dari interaksi dengan kepolosan anak-anak, Purnawan selalu bisa ne-link ke perenungan yang masuk merasuk :)
Purnawan : Beriman itu seperti masuk ke dalam bianglala ini. Muncul dua sikap seperti orang yang masuk ke dalam bianglala itu: Pertama, adaorang yang percaya sepenuhnya; Atau kedua orang yang masih ragu-ragu.
yang percaya dan yang ragu-ragu, sama-sama memutuskan naik bianglala. bisa jadi pula baik yang percaya dan yang ragu-ragu sama-sama memutuskan TIDAK NAIK bianglala.
Jadi apa dong yang membuat bisa berkeputusan naik bianglala?
Cik Joli: Analogi terbatas
He..he..he.. analoginya memang tidak bisa sepenuhnya mewakili dalam kehidupan beragama. Sebenarnya ci Joli perlu menuntaskannya membaca di sini. Saya ingin menyoal tentang kehidupan agama sekarang ini yang terlalu tegang, kenceng dan sumbu pendek. Dikit-dikit tersinggung, dikit-dikit berang, dikit-dikit nyesat-nyesatin orang lain.
Tak bisakah kita beragama secara santai, seperti orang naik Bianglala. Menikmati agama sambil tertawa-tawa.
------------
Communicating good news in good ways
@PK: Ahhh....
Ahhh, jangan-jangan mas'e dolan ke Taman Kyai Langgeng Mgl ya? Kan ada bianglalanya juga tuh..
(...shema'an qoli, adonai...)
Bukan Lae Ebed. Ini di pasar
Bukan Lae Ebed. Ini di pasar malam ndeso
------------
Communicating good news in good ways
Biangtralala
@Joli: "Jadi apa dong yang membuat bisa berkeputusan naik bianglala?"
Nggak ada mainan lain.
@Joli: "yang percaya dan yang ragu-ragu, sama-sama memutuskan naik bianglala"
Jadi cerita menarik bila sampai di pucuk yg percaya berteriak-teriak ketakutan, yg semula ragu berteriak-teriak kesenangan.Dan cerita menarik ini sering terjadi dalam kegiatan bergereja.
@purnomo, kangen
Jadi cerita menarik bila sampai di pucuk yg percaya berteriak-teriak ketakutan, yg semula ragu berteriak-teriak kesenangan.Dan cerita menarik ini sering terjadi dalam kegiatan bergereja.
dah kangen dengan blog purnomo, buat cerita gih..
Koh Purnomo: Lebih Menarik
Jadi cerita menarik bila sampai di pucuk yg percaya berteriak-teriak ketakutan, yg semula ragu berteriak-teriak kesenangan.Dan cerita menarik ini sering terjadi dalam kegiatan bergereja.
Lebih menarik lagi kalau ada penumpang bianglala yang turun dengan kecewa dan marah. Kemudian berteriak-teriak menjelek-jelekkan bianglala itu pada semua pengunjung yang ditemuinya di pasar malam.
------------
Communicating good news in good ways
Perusak Kesenangan
Jadi inget waktu saya bianglala-an waktu kecil. Penumpang lainnya nggak jadi bersenang-senang, karena saya ketakutan, terus ngomelin mereka yang berusaha muter2 bianglalanya (versi Dufan: kerangka besinya juga bisa diputer2 di ketinggian). Kasian deh mereka...