Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
A Blessed Rat
Hujan turun tiba-tiba. Bukan sekedar jatuh dalam tetes atau titik. Ia tumpah dalam satu guyuran hebat diiring kilatan yang merobek langit dan dentum Guntur yang membuat gentar. Setelah panas setengah hari, mengapa pula hujan apel tanpa peringatan tepat pada saat aku hendak melangkah keluar menuju gereja untuk mengenang peristiwa Jum’at Agung?
Ah, terpaksa kukerahkan daya untuk melawan keengganan untuk berjalan kaki seorang diri menerjang hujan. Sendirian. Ya, sendirian. Ibu memilih mengurungkan niat untuk pergi, sementara adik sudah memiliki agenda sendiri. Bisa saja aku memaksa mereka menemaniku, tapi akhirnya aku memilih untuk menghargai kehendak bebas masing-masing. Maka bermodal payung lusuh warna biru aku melangkah sendiri.
Payung itu tak banyak berguna. Angin yang bertiup kencang tak kenal ampun menghempas titik-titik hujan ke arah tubuhku. Bukan itu saja, mobil-mobil yang melaju kencang itu seperti tidak peduli pada kaum pejalan kaki. Seenaknya saja ia menerjang kubangan yang serta merta menyembur ke arahku. Basah kuyuplah aku dari ujung rambut ke ujung kaki. Duh Gusti, belum pernah aku merasa sesendiri ini.
Lucunya. Tiba di gerbang gereja, hujan tiba-tiba reda; setiba-tiba kedatangannya tadi. Lord, You indeed have a good sense of humor. Ha.. ha… pastinya rupaku lucu sekali – bak tikus yang baru saja jatuh ke dalam got. Untunglah, aku memang tak pernah nampak elok dalam pandangan kebanyakan orang. Tuhan melihat hati—begitulah aku menghibur diri seperti biasa kulakukan.
Tiba-tiba aku merasa begitu bersalah. Seharusnya hari ini semuanya tentang Dia. Mengapa aku justru dengan cengengnya mengasihani diri sendiri? Apa yang kualami belum seberapa. Yang harus kupanggul hanyalah salib gabus yang demikian enteng. Itupun masih ada saja hal yang kukeluhkan.
Ah, malu aku. Sering dalam hidup, ketika ujian datang aku mudah sekali mengeluh, dan bersikap cengeng. Padahal ini belum seberapa……
Belum seberapa dibanding apa yang harus dilalui-Nya hanya demi menyelamatkan “tikus got” kecil macam aku.....
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 4505 reads
Sama seperti penunggang
Sama seperti penunggang sepedar motor yg memilih utk keluar saja meredah hujan agar bisa sampai ike gereja tanpa peduli basah.Semangat itu tetap tewrtanam dihati meski dipandang jelek dimata orang,ia bukan suatu persoalan.Penderitaan itu baru sedikit berbanding deritanya Yesus di bukit golgota.Cuaca bukan alasan utk utk tidak pergi menunaikan kewajiban sebagai anak Allah.May God be with us forever & ever.Amen..........selamat hari paskah.
geadley
hujan....
Biasanya saya begitu menyukai hujan; hujan itu romantis dan demikian pengertian. Saya selalu menikmati irama yang dibuatnya ketika ia menghantam bumi. Yang tidak saya nikmati-- bahkan nyaris saya kutuki-- adalah pengemudi yang berada di tempat enak dan tidak peduli pada pihak lain di sekelilingnya.
ternyata hujan tidak hanya turun di sini ya... di sana jugaa.... . Kadang "mencari: wajah Nya memang susah luar biasa...
However, come what may... We all will see HIM face to face someday....
GBU
hujan....
Biasanya saya begitu menyukai hujan; hujan itu romantis dan demikian pengertian. Saya selalu menikmati irama yang dibuatnya ketika ia menghantam bumi. Yang tidak saya nikmati-- bahkan nyaris saya kutuki-- adalah pengemudi yang berada di tempat enak dan tidak peduli pada pihak lain di sekelilingnya.
ternyata hujan tidak hanya turun di sini ya... di sana jugaa.... . Kadang "mencari: wajah Nya memang susah luar biasa...
However, come what may... We all will see HIM face to face someday....
GBU
Khas Klara
Khas tulisan Clara. Apa kabar poet kita yang jelita, lama nian tak jumpa... Semoga keadaanmu jauh lebih indah dari pertama kita bertukar kata...
Hi Xaris.....,fine thank
Hi Xaris.....,
fine thank you...
masalahnya definisi indahnya belum ketemu... semoga segera...
apa kabar?
my two favourite girls
senang sekali bertemu dua penulis favorit saya dalam satu blog: Nita dan Xaris!
selamat jumpa lagi dengan Anda berdua, ayo dong Xaris, nulis lagi ya, kayak Nita :))
kapan2 saja
Musim hujan sudah menjadi lumrah kehidupan kita & ia bisa saja turun kapan2 saja ia mau.
geadley