Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Melangkah Pasti dalam Ketidakpastian
Bacaan Nats: Ibrani 11:1-40
Tidak terasa kita akan meninggalkan tahun 2017 dan memasuki tahun 2018. Banyak hal yang sudah kita lewati, baik suka maupun duka yang mengisi hari-hari kita.
Ada yang mengalami kegagalan dan putus asa, ada juga yang kembali bangkit dan memandang jauh ke depan.
Ada yang mengalami kedukaan dan terus larut dalam kesedihan, ada pula yang mampu menepis kesedihannya dan memandang hari esok dengan penuh harapan. Hidup ini harus terus dijalani dan dilewati, meski tidak sesuai dengan kenyataan atau yang kita inginkan.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi di depan kita.
Tidak ada yang mampu memprediksi secara akurat kemalangan atau kebahagiaan apa yang akan kita alami. Yang ada di depan kita adalah sebuah ketidakpastian hidup.
Entah sukses, entah gagal, entah sakit, entah sehat, semua hal apapun di dalam hidup kita tidak dapat dipastikan dengan tepat akan terjadi atau tidak.
Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa kita sedang berjalan dalam ketidakpastian dan kita pun harus memilih apakah terus melangkah atau berhenti. Di depan kita hanya ada ketidakpastian.
Ada seorang pemuda yang begitu yakin dengan masa depannya. Ia sudah menyusun berbagai strategi yang jitu dalam mengembangkan usahanya, bahkan ia sudah melakukan berbagai investasi dalam hal materi dan pendidikan.
Kecerdasan dan kemapanan secara materi telah membuat ia berani melangkah menuju masa depan yang penuh dengan harapan sesuai dengan impian.
Karena usahanya telah berhasil di tahun-tahun sebelumnya, ia pun tidak mau stagnan, ia mulai membuat strategi jitu untuk mengembangkan usahanya dengan berbagai bentuk produk yang akan launching dengan kualitas terjamin merebut pangsa pasar dengan produk-produk unggulannya.
Selain bisnis yang akan dikembangkan di tahun depan, ia pun merencanakan untuk membangun rumah impiannya bak istana megah dan akan menikahi sang putri impiannya.
Semua siasat, strategi, terobosan spektakuler, dan kesiapan yang matang telah dibuatnya. Semuanya itu pasti tidak akan gagal karena telah dipikirkan secara matang dan penuh keyakinan.
Tetapi nahas tiba-tiba ia merasa tubuhnya lemah dan sesak nafas. Ia pun langsung menghubungi rumah sakit melalui telepon selularnya untuk mengirimkan ambulance dan membawanya ke rumah sakit.
Di perjalanan menuju rumah sakit, ia menghembus nafas terakhir karena pertolongan dokter sudah terlambat. Ia meninggal karena serangan jantung mendadak...
Baca selengkapnya: klik disini
- julian's blog
- Login to post comments
- 3325 reads