Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mamaku MEMAKSAKU Bunuh Diri

hai hai's picture

Saat itu kami tinggal di sebuah kota di Lampung, aku berumur delapan tahun, mendekati sembilan tahun duduk di kelas satu SD. anak sulung dengan tiga orang adik perempuan dan tiga adik lelaki, jarak umur kami masing-masing satu tahun. Orang tuaku miskin dan kami tinggal di rumah kontrakan yang berhalaman luas dengan pagar bambu. Selain memelihara ayam dan bebek, kami juga menanam sayuran untuk di makan sendiri, kangkung, bayam, labu siam, oyong, labu emas, cabe, jahe. Juga banyak bunga mawar.

 

  Saya lupa nama permainan itu namun ingat cara bermainnya. Saya membuat kesepakatn dengan seorang teman. Apabila saya memegang sesuatu dan teman itu berhasil menjatuhkan barang itu, maka barang saya yang jatuh itu akan menjadi miliknya. Ketika bertemu, kami akan mengucapkan sebuah KATA yang berarti permainan itu DITUNDA hingga pertemuan berikutnya.

Suatu sore, saya keluar dari pintu pagar bambu rumah kami sambil membawa sebuah bola plastik. Bola warisan dari penghuni rumah yang kami sewa saat itu. Saya lengah dan bola itu jatuh ketika teman saya menepak bola itu dari belakang. Bola plastik itupun lalu menjadi miliknya. Salah satu adik saya mengadukan hal itu kepada mama. Dia MARAH bukan kepalang.

Dengan suara melengking, mama memanggil saya pulang. Mama sering menghajar saya dengan apa saja. Sapu lidi, sabuk, rotan, kayu, bahkan dia pernah menghajar kepala saya dengan botol susu yang terbuat dari melamin hingga botol itu pecah. Namun kali itu dia tidak menghajar saya. Dia duduk di kursi meja makan dengan sebuah pisau terletak di meja. Setelah saya mandi dan duduk rapih di bangku di hadapannya, dengan suara tenang, dia memaksa saya BUNUH diri dengan pisau itu. Menurutnya, saya tidak berguna. Apa yang terjadi bila saya sedang menggendong adik saya lalu teman saya berhasil menjatuhkannya?

Saya benar-benar KETAKUTAN. TAKUT mati! Saya tidak menangis karena sejak kecil, bila dihukum dan tahu salah, saya tidak akan nangis apalagi melarikan diri ketika dihajar. Saya akan diam menerima semua hukuman itu dengan tabah. Bila dihajar namun tidak salah, maka saya akan lari. Ketika ditangkap dan dihajar lagi, saya akan diam menghadapi hukuman namun menangis. Itulah cara saya unjuk rasa.

Namun, kali itu saya benar-benar ketakutan, takut MATI, saya tidak berani BUNUH diri.  Saya diam sambil berdoa di dalam hati kepada Thi Kong (Tuhan) dan dewa dewi yang saya kenal. Apabila diberi kesempatan hidup, maka saya akan menjadi anak yang baik. Akhirnya Mama memaafkan saya dengan syarat saya harus membantunya bekerja dan menjaga adik-adik serta tidak boleh keluar dari pagar rumah kami.

Sejak itu, saya tidak penah main lagi dengan teman-teman setelah pulang sekolah. Saya takut MAMA marah dan memaksaku bunuh diri lagi. Hal itu berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, beberapa bulan sampai kami pindah ke pulau Jawa. Namun, kisah itu tidak pernah hilang dari ingatan saya.

Sejak kecil saya merasa tidak disayang baik oleh Mama maupun Papa. Sejak kecil saya merasa tidak bisa mengandalkan mereka. Ketika pulang babak belur, mereka tidak akan bertanya kenapa saya berkelahi, mereka akan memaki-maki saya sambil menghajar saya dengan rotan, lidi atau sabuk. JANGAN! TIDAK BOLEH! Itulah yang selalu kudengar dari mereka. Bo Lo IONG (Tidak berguna), itulah makian yang selalu saya terima.

Ketika pulang membawa anak burung, mama akan membuangnya lalu menghajar saya. Ketika pulang membawa ikan, mama akan membuangnya lalu menghajar saya. Mama rajin sekali menghajar saya dan menyatakan saya salah tanpa memberi penjelasan apa kesalahan saya. Ketika merasa HAJARAN tidak mempan, kedua orang tua akan menelanjangi saya. Karena telanjang, saya terpaksa bersembunyi di bawah ranjang. Karena hukuman telanjang dianggap tidak mempan, mereka akan menggantungi saya yang telanjang dengan tutup kompor (saat itu banyak tutup kompor di rumah kami karena mama membuat kueh semprong).  Papa sering menggantung saya dengan tali ijuk yang diselipkan di ketiak. Saya harus jinjit untuk menghindari rasa sakit yang diakibatkan oleh tusukan tali ijuk. Di hajar, ditelanjangi, digantungi barang-barang, digantung. Ketika berbuat salah, saya menerima hukuman dengan tabah, namun yang sering terjadi adalah saya dihukum tanpa melakukan kesalahan, bahkan saya dihukum untuk kesalahan yang dilakukan adik-adik saya.

Sejak hari itu, saya selalu hidup dalam ketakutan. Saya takut MATI. Saya takut mama memaksa saya bunuh diri. Sejak hari itu, saya mulai hidup sendirian dan menyelesaikan semua masalah yang dihadapi, agar mama tidak menganggap saya salah dan memaksa saya bunuh diri. Sejak hari itu saya belajar untuk tidak menyayangi siapapun, Mama, Papa juga adik-adik saya. Saya takut MATI dan kehilangan mereka semua. Sejak saat itu saya memikirkan KEMATIAN.

 

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

joli's picture

Cerita si Sulung

Dengan suara melengking, mama memanggil saya pulang. Mama sering menghajar saya dengan apa saja. Sapu lidi, sabuk, rotan, kayu, bahkan dia pernah menghajar kepala saya dengan botol susu yang terbuat dari melamin hingga botol itu pecah. Namun kali itu dia tidak menghajar saya. Dia duduk di kursi meja makan dengan sebuah pisau terletak di meja. Setelah saya mandi dan duduk rapih di bangku di hadapannya, dengan suara tenang, dia memaksa saya BUNUH diri dengan pisau itu. Menurutnya, saya tidak berguna. Apa yang terjadi bila saya sedang menggendong adik saya lalu teman saya berhasil menjatuhkannya?

Sejak kecil saya merasa tidak disayang baik oleh Mama maupun Papa. Sejak kecil saya merasa tidak bisa mengandalkan mereka. Ketika pulang babak belur, mereka tidak akan bertanya kenapa saya berkelahi, mereka akan memaki-maki saya sambil menghajar saya dengan rotan, lidi atau sabuk. JANGAN! TIDAK BOLEH! Itulah yang selalu kudengar dari mereka. Bo Lo IONG (Tidak berguna), itulah makian yang selalu saya terima.

 

Tulisan menarik dari sudut pandang seorang anak..

Bila sang mama  masuk klewer kira-kira apa ya yang ditulis tentang anak sulung-nya?

Bila yang bercerita sepihak yang merasa, Joli akan koment mama di cerita itu adalah mama yang... yang.. yang... (semua negatif thok)..

 

 

Liesiana's picture

Child Abuse

Cerita bengcu hai seperti mengalami Child Abuse, tapi cerita ini menurutku harus di cross check dulu sama mama.

Karena menurutku bengcu hai itu seorang yang yang pandai, pintar berbicara, rajin dan dapat menelaah sesuatu dengan lebih dalam.

tapi sayangnya kalau dalam kisah di atas dapat dimanfaatkan oleh teman, apakah sering begitu. Sebenarnya menunjukkan seseorang yang ingin berteman dan menyayangi teman, sampai-sampai semua keinginan teman itu yang merugikan diri sendiri juga dikabulkan.

Karena kau percaya pada teman tersebut, juga menunjukkan bengcu hai orang yang bisa dipercaya, setidaknya saat itu.

Ini pemikiran pribadi.

KEN's picture

ibu saya tidak mengerti saya sudah mengerti

Bila uang saya yg dipakai judi oleh ibu saya itu seandainya tidak dititipkan kepada ibu saya, maka tidak mungkin uang itu akan habis di meja judi.

Selama ini, sampai saat ini, saya sudah pintar untuk tidak pernah bodoh menitipkan barang/uang saya kepada orang lain, seandainya saya titipkan kepada orang lain, dan hilang, berarti saya itu bodoh dan tidak pintar, di hadapan ibu saya itu bukan sekedar teori, saya berani jamin dia tau persis kenyataan itu.

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

        If Not Now, When?

Purnawan Kristanto's picture

Bersyukur

Membaca kisah hidup koh Hai Hai dan Ken membuat saya mensyukuri bpk. Sukiran dan bu Sumiyati. Keduanya adalah orangtua saya yang sangat menyayangi saya. Sampai saat ini, saya tidak pernah dipukul atau dihajar yang meninggalkan bekas luka-luka batin.

Saya merasakan masa kecil yang bahagia dan sempurna

Maaf buat koh Hai Hai dan Ken, saya tidak bisa berempati karena saya belum pernah mengalaminya

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

clara_anita's picture

Children Learn What They

Children Learn What They Live

BY DOROTHY LAW NOLTE

If a child lives with criticism,
He learns to condemn.
If a child lives with hostility,
He learns to fight.
If a child lives with ridicule,
He learns to be shy.
If a child lives with shame,
He learns to feel guilty.
If a child lives with tolerance,
He learns to be patient.
If a child lives with encouragement,
He learns confidence.
If a child lives with praise,
He learns to appreciate.
If a child lives with fairness,
He learns justice.
If a child lives with security,
He learns to have faith.
If a child lives with approval,
He learns to like himself.
If a child lives with acceptance and friendship,
He learns to find love in the world.

Ah.... tapi manusia bukan semata produk lingkungan. Bila lingkungan tidak mendukung pun tidak selalu manusia yang dihasilkan buruk. Bisa jadi DIA sedang menggunakan segala siatuasi untuk membentuk kita menjadi lebih baik.... lebih baik.. dan lebih baik...

 

Tapi bagi yang belum terlambat, lingkungan pun dapat diubah demi hasil yang diharapkan..

 

GBU

anita

hai hai's picture

Mamaku akan Menulis

Nona, Joli, bila mamaku bisa menulis di Kleweer, maka aku yakin inilah yang akan ditulisnya:

Aku anak bungsu dengan dua kakak wanita dan lima kakak lelaki. Kami tinggal di kampung, di pinggir hutan. Selain memelihara banyak anjing, kami juga tinggal di rumah panggung. Dari atas rumah panggung, kami sering melihat mata harimau bercahaya di ke gelapan malam. Kami juga sering  melihat harimau berkeliaran di bawah rumah kami. Ayahku meninggal ketika aku balita, ibuku adalah wanita ningrat dengan telapak kaki lima inci yang tidak bisa bekerja keras karena tidak mampu berdiri apalagi berjalan dengan baik. Kakak keduaku berumur 13 tahun ketika aku lahir. Memelihara babi, ayam dan bebek, menanam kelapa dan pisang itulah usaha keluargaku. Mencari kayu ke hutan itulah petualanganku dan kedua kakak wanitaku.

Aku ingin sekolah seperti kakak lalakiku yang keempat dan kelimaku, itu sebabnya aku selalu membujuk kakak kedua agar mengizinkanku sekolah. Mungkin karena kesal, mungkin pula dia putus asa menghadapi keinginan kerasku untuk sekolah, akhirnya aku diizinkan untuk sekolah di sekolah Tionghua kampung kami. Teman-temanku yang pandai, umumnya naik dua kelas dalam setahun. Aku menyelesaikan kelas delapan pada tahun kedua aku sekolah. Kelas delapan adalah kelas tertinggi, bila hendak terus sekolah, aku harus ke kota. Itu mustahil, sebab kakak keduaku takkan pernah mengizinkannya.

Kakak keempat dan kelimaku terus melanjutkan sekolah. Aku suka membaca buku-buku catatan mereka dan mendengarkan cerita mereka. Sejak kecil aku suka menyanyi. Ketika teman-teman kakakku datang berkunjung, saya sering menghibur mereka dengan menyanyi, begitupun ketika ada pesta nikah, saya tanpa ragu akan bernyanyi. Aku belajar menjahit, itu sebabnya aku mampu menjahit pakaianku sendiri, bahkan pakaian teman-temanku.

Saat memasuki umur 23 tahun aku menikah dengan salah satu pemuda paling ganteng dan paling disegani di kampung kami. Dia juga anak bungsu, dari enam kakak lelaki dan satu kakak perempuan. Setelah menikah aku tinggal di rumah mertuaku, sebuah rumah besar dengan keluarga besar. Kami tinggal di dalam rumah besar bersama-sama, tujuh keluarga dan aku menantunya yang paling muda. Saling sikut, saling mencari perhatian mertua dan saling gosip adalah menu sehari-hari yang terjadi di rumah itu. Walaupun tidak suka dengan semuanya, namun aku tidak mampu melepaskan diri dari lingkungan demikian Suatu saat nanti akan kuceritakan drama-drama apa saja yang terjadi.

Aku beruntung, karena mertua perempuanku menyayangiku, mertua lelakiku sudah meninggal ketika suamiku berumur dua tahun. Selain sangat menghormatinya aku juga sangat menyayanginya. Mertuaku orang yang bijaksana, tidak sulit untuk menghormati dan menyayanginya. Selama menjadi menantunya, aku satu-satunya menantu yang tidak pernah terlibat cekcok dengan mertuaku, satu-satunya alasan dia menegurku adalah karena aku terlalu mendisiplin anak-anakku. Beberapa kali dia menegurku karena termakan gosip menantu lainnya, namun itu masalah kecil, saya menerima tegurannya dengan hati lega.

Setelah menikah satu tahun lebih, anak lelaki pun lahir. Setelah kelahiran pertama itu maka selanjutnya setiap Tahun aku melahirkan. Lelaki, perempuan, lelaki perempuan, lelaki, lelaki, perempuan, itulah urutan jenis kelamin anak-anakku. Tiga anak perempuan dan empat anak lelaki.

Umurku 32 tahun, anak sulungku berumur delapan tahun sementara anak bungsuku berumur satu tahun. Tanpa pembantu, selain mengurus rumah tangga, aku juga harus membuat kueh untuk dijual guna membantu biaya keluarga kami. Pendapatan dari toko kelontong suamiku yang berkongsi dengan ponakannya tidak cukup bagi kami. Aku membuat kue semprong sejak jam tiga pagi. Sore hingga malam, aku membuat dua tiga jenis kueh yang lain. Malamnya aku membuat lotere.

Anak-anakku, mereka anak-anak yang baik. Dibandingkan anak-anak orang lain, mereka benar-benar anak yang baik. Selain tidak nakal mereka juga saling menjaga dan membantuku. Suamiku memutuskan untuk memberikan toko kelontong kongsinya kepada ponakannya, itu berarti kami harus menggantungkan hidup kami sepenuhnya atas penjualan kueh-kueh buatan kami. Aku dan anak-anakku membuat kueh, membuat lotere, membungkus permen-pemen yang kami beli kiloan menjadi bungkusan-bungkusan kecil sementara suamiku membawanya dengan sepeda guna menjualnya keliling kota. Dalam satu hari dia menempuh puluhan kilometer.

Waktu tidak pernah kompromi, aku selalu kekurangan waktu. Waktu untuk membuat kue, waktu untuk memasak dan waktu untuk mengurus anak-anak. Aku menyayangi anak-anakku, itu sebabnya aku mendidik mereka dengan keras. Namun sering sekali aku begitu putus asa sehingga kehilangan kendali ketika mengetahui anak sulungku membahayakan dirinya sendiri.

Berkelahi, aku tahu dia bukan anak yang suka main hajar, namun apapun alasannya, berkelahi bukan jalan keluar untuk mengatasi masalahnya. Apabila semuanya diselesaikan dengan berkelahi, bukankah dia akan tumbuh menjadi tukang pukul?

Pergi berenang ke sungai. Salah satu keponakanku yang seumur dengannya meninggal karena tenggelam. Dia tidak bisa berenang, bukankah itu berarti mempertaruhkan nyawa ketika mandi di sungai dengan teman-temannya tanpa pengawasan orang dewasa?

Sumur di rumah kami dalamnya 26 meter. Dengan alasan ingin membantuku, dia menimba air untuk mengisi bak mandi tanpa menyadari bahaya jatuh ke sumur. Aku memarahinya dan menghajarnya habis-habisan. Aku merasa dadaku akan meledak karena terharu, namun aku takut dia terseret ember yang ditimbanya. Aku masih sanggup menimba dia cukup membantuku dengan menjaga adik-adiknya dan tidak berlaku nakal.

Memanjat pohon buah dan mencuri milik orang lain. Aku menghajarnya. Bermain dengan teman-temannya ke hutan untuk mencari burung dan mencari kayu untuk ketapel, mencari bambu untuk senapan kertas dan biji jambu mencari ikan ke sungai, semuanya tanpa pengawasan orang dewasa, bagaimana bila dia jatuh dan terluka? Bagaimana bila digigit ular? Bagaimana bila tenggelam? Bagaimana memberitahu dia kekuatiranku? Aku menghajarnya karena tidak mau dia menghadapi bahaya.

Aku hanya seorang wanita yang kekurangan waktu untuk membantu suami mencari nafkah sambil mengurus ketujuh anaknya, yang sulung umurnya delapan tahun jalan, yang bungsu umurnya satu tahun. Sering sekali kemarahanku terpancing dan aku hilang kendali sehingga menghajarnya habis-habisan. Seharusnya dia menangis, namun dia tidak menangis, seolah melecehkan pukulanku di betisnya, dipunggungnya, itulah yang sering membuatku hilang kendali.

Malam-malam, setelah menghajarnya pada siang atau sore hari, aku akan memeriksa tubuhnya, sering sekali aku menemukan luka yang bukan hanya memar namun berdarah. Aku menyesal dan berjanji tidak akan menghajarnya lagi atau bila terpaksa menghajarnya, aku akan mengendalikan diri, namun aku selalu lupa diri.

Anak sulungku, aku tahu banyak hal yang dia ketahui, namun tidak pernah diceritakannya. Dia tumbuh terlalu cepat melampaui pertumbuhan badannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang sering membuat aku merinding. Ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak pernah mampu kuketahui, ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak teraih. Aku sering bertanya akan seperti apa dia nanti setelah dewasa? Aku selalu berdoa, kepada Thi Kong (Tuhan), kepada dewa-dewi yang kukenal untuk anak-anakku agar mereka tumbuh menjadi orang-orang yang baik, terutama anak sulungku. Dia mudah berinteraksi dengan siapa saja, kecerdasannya, sopan santunnya, keberaniannya, kesetiaannya kepada adik-adiknya memikat hati banyak orang dewasa, namun dia tidak pernah menyatu dengan dunia. Dia bermain dengan sesama anak-anak namun asyk ngobrol dengan orang-orang dewasa. Dia memiliki dunianya sendiri seolah tidak butuh siapapun untuk menjalani hidupnya.

Suatu hari, setelah semua anak-anakku dewasa dan kami berkumpul dan ngobrol tentang masa lalu kami, dia berkata, “Ma, mama salah karena waktu kami kecil tidak pernah memberitahu kami bahwa kita sangat miskin saat itu sehingga semua harus ikut bekerja. Mama juga harus memberitahu kami bahwa kami tidak bisa punya mainan seperti orang lain, tidak bisa ikut acara darmawisata sekolah karena kita sangat miskin. Tidak boleh malakukan ini dan itu karena bahaya. Bila mama melakukannya, saya yakin, saat itu kami semua akan mengerti. Namun karena mama hanya bilang TIDAK BOLEH dan JANGAN, maka kami menganggap mama tidak menyayangi kami. Bila mama kuatir kami jatuh dari pohon, ajari cara memanjat yang benar, bila takut jatuh ke sumur, ajarilah cara menimba yang benar, bila kuatir tenggelam, biarkan kami belajar berenang dengan baik. Ajari kami dengan baik dan beritahu kami bahayanya. Kami akan mengerti. Mustahil mengawasi anak-anak selama 24 jam, jadi, latihlah mereka untuk mandiri dan mengurusi dirinya sendiri.”

Kemudian dia menambahkan, “Cara mama memukul anak termasuk sadis. Walaupun selalu memukul betis, paha, pantat dan punggung, namun mama sering lepas kendali. Kita beruntung karena sejak kecil saya secara naluri tahu bahaya, itu sebabnya ketika mama hilang kendali dan menghajar membabi-buta, saya mengelak dari bahaya dengan menyodorkan bagian tubuh yang tahan pukul untuk dihajar. Saat itu mama hanya seorang wanita muda yang menanggung beban melampaui kekuatannya. Setelah merenungkannya, saya benar-benar paham apa yang dihadapi orang tua miskin dengan tujuh anak sehat dengan jarak umur masing-masing satu tahun. Kita patut bersyukur karena mampu melaluinya dengan baik, ada banyak orang lain yang tidak mampu melewatinya. Mari kita akhiri cara mendidik anak dengan rotan. Luka tubuh yang diakibatkannya mudah sembuh namun luka hati yang diakibatkannya hanya bisa disembuhkan oleh Tuhan. Memaafkan orang lain itu mudah namun mengampuni diri sendiri, tidak semua orang mampu melakukannya.”

Aku melahirkan tujuh orang anak, tiga perempuan, empat lelaki. Apabila boleh berbangga, maka biarlah saya berbangga, "Tuhan telah mendidik mereka menjadi orang- orang yang mencintai Tuhan dan menjadi orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan cara yang lebih baik dari cara saya mendidik mereka.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

joli's picture

bisa-bisa aku mati berdiri

Berkelahi, aku tahu dia bukan anak yang suka main hajar,

Pergi berenang ke sungai.... Dia tidak bisa berenang, bukankah itu berarti mempertaruhkan nyawa

Sumur di rumah kami dalamnya 26 meter... dia menimba air untuk mengisi bak mandi tanpa menyadari bahaya jatuh ke sumur

Memanjat pohon buah dan mencuri milik orang lain..

Ada sesuatu di dalam dirinya yang sering membuat aku merinding. Ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak pernah mampu kuketahui, ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak teraih. Aku sering bertanya akan seperti apa dia nanti setelah dewasa?

Halah.. Hai-Hai.. tahu nggak.. kamu itu nuaakall buanget.. bila Joli jadi mama kamu.. tidak akan sempat menghajar kamu,  baik dengan rotan maupun tongkat...  bukan hanya sesak napas.. dan muntah darah.. malah bisa-bisa Joli akan mati berdiri,...  nggak akan sanggup punya anak kayak gitu.. NAh kalau kejadian seperti itu.. bukan mama yang suruh anak bunuh diri kan? bisa kebalikannya.. anak buat mama mati berdiri..

Mama di cerita itu adalah mama yang hebat, bersyukurlah kepada Tuhan untuk mama yang luar biasa,..


hai hai's picture

NAKAL, apa itu nakal?

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Kejadian 1:28

Ketika seorang bayi lahir, dia BELAJAR megnendalikan GERAK, bukan belajar BERGERAK. Bayi belajar melepas, bukan belajar memegang. Bayi belajar untuk MEMFOKUSKAN pandangan, bukan belajar memandang. Bayi belajar memFOKUSKAN Pendengaran, bukan belajar mendengar.  

Menaklukkan alam dan berkuasa atas binatang. Itulah kodrat manusia lelaki. Anak lelaki belajar mengendalikan KEBERANIANNYA, bukannya belajar untuk menjadi berani. Anak lelaki belajar mengendalikan kemachoannya, bukan belajar untuk menjadi macho. anak lelaki belajar untuk mengendalikan naluri MENAKLUKAN dan BERKUASA, bukan belajar untuk menaklukkan dan berkuasa.

Anak perempuan lahir dengan kodrat PENOLONG yang sepadan.Anak perempuan belajar untuk mengendalikan jiwa penolongnya, bukan belajar untuk menjdi penolong.

Anak-anak belajar MENGENDALIKAN bukan belajar MENJADI! ORang tua membantu anak-anaknya BELAJAR mengendalikan, bukannya menghancurkan naluri-naluri itu. 

Hal demikian umumnya tidak dipahami oleh para orang tua dan para pendidik. Sekali orang dewasa memahaminya, maka mereka tidak akan pernah menghadapi kesulitan dalam mengendalikan dan mendidik anak kecil.

NAKAL, apa itu nakal?

Mamaku memaksaku bunuh diri. Dia melakukan hal itu dengan tenang. Saat itu dia menyuruhku mandi lalu duduk dengan rapih. Dia lalu memaksaku bunuh diri. Saat itu dia tidak sedang hilang kendali apalagi sedang kerasukan atau gila. Dia hanya melakukan hal itu kepada anak sulungnya, tidak pernah melakukannya kepada anaknya yang lain. Dia tahu apa yang dilakukannya. Saya tidak pernah bertanya, namun saya yakin, ide itu tidak muncul mendadak, dia sudah memikirkannya dengan matang.

Dia berhasil, sejak itu anak sulungnya selalu bepikir tentang mati. Sejak itu anak sulungnya takut mati. Sejak itu anak sulungnya selalu memikirkan kematian orang lain. Sejak itu anak sulungnya TAHU, ada GARIS yang tidak boleh dilalui, sebab sekali melaluinya akan MATI.

Saya punya seorang ponakan, seorang anak lelaki yang selalu main hajar tanpa perhitungan. Dia menghajar siapa saja, menghajar adik perempuannya yang 3 tahun lebih muda darinya, menghajar teman-temannya, menghajar siapa saja kecuali ayahnya. Saat itu umurnya 6,5 tahun. Saat itu saya tinggal di rumahnya. Suatu hari saya memanggilnya, menyuruhnya duduk dan bertanya, "berapa umur kamu sekarang?" Dia menjawab seenak jidatnya, "6,5 tahun om!" Saat itu saya mencengkeram leher bajunya, menatap matanya dengan tenang namun tajam dan berkata dengan suara datar.

"Kamu lelaki dengan kekuatan luar biasa. Pukulan dan tendangan kamu bisa membunuh orang. Mulai hari ini, jika kamu sembarangan memukul dan menendang orang, bila orang itu mati, saya akan membuang umur kamu ke selokan. Dengan demikian kamu tidak akan punya umur lagi dan nggak akan pernah tumbuh jadi orang gede."

SEjak itu dia tidak pernah sembarangan main hajar lagi. 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

ebed_adonai's picture

@hai-hai: KIDS RULE!

Tul koh hai! Anak-anak memang hebat.

Seperti yang pernah saya dengar dalam film "SpongeBob SquarePants: The Movie" :

"KIDS RULE!"

Shalom!

(..shema'an qoli,..adonai..)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

joli's picture

definisi NAKAL

NAKAL, apa itu nakal?

definisi nakal menurut ibu ya terserah ibu ( he. he.. ).. lihatlah sering kali banyak ibu-ibu bilang anak ini nakal kepada bayi-nya bila dia melepeh-lepeh bubur susu-nya, dan ketika malam rewel nggak tidur-tidur.. dia juga akan bilang bocah iki nakal tenan..

Kelihatannya cara mendidik generasi lama memang suka mengancam dan memukul.. meski sebenarnya para ortu nggak maksud demikian..

Dulu ketika masih kanak2 bila bertengar ama adik juga sering di beri masing-masing satu anak timbangan se-kilo-an untuk senjata saling pukul.. (karena pekerjaan papa-mama adalah hasil bumi maka ada banyak timbangan barang di rumah kami).. nah tahukah itu akan sangat bahaya bila kami melakukan apa yang di suruhnya? kenapa mama berani mengancam seperti itu? sadiskah? pastilah mama juga punya pertimbangan.. dan yang pasti kami karena di persenjatai kami malah berhenti bertengkar dan diam.. takut bisa saling bunuh juga kalee..

Namun kenyataan sekarang kami bertiga kakak adik sangat kompak, bahkan sering dengan adik perempuanku dikira kembar.. dan ketika ulang tahun mama desember lalu kami semua mengadakan syukuran dan sharing masa kecil kami.. meski pas-pas-an  tapi cukup karena ada mama yang luar biasa.. mama yang sangat cinta kepada anak-anaknya melebihi apapun.. aku selalu bilang mama-ku adalah mama terbaik sedunia.. kalau nggak percaya tanyalah adik-adik-ku..

@Hai-hai.. cara mendidik ternyata beda-beda.. pendidikan ala hai2 juga sangat khas... berapa tahun kemudian apa ya.. yang akan di ceritakan keponakan tentang si om yang mencengkeram-nya?

 

KEN's picture

aku sayang ibuku

tidak orang lain lagi di dunia ini yg paling aku sayangi, selain ibu ku....

Saat ini dia sedang sakit....

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

       If Not Now, When?

joli's picture

@ken.. semoga baik-baik aja

Dear Ken..

Semoga Ibu-mu baik-baik..

Kami berdoa untuk Ibu Ken..

 

firman's picture

@KEN, akupun sangat sayang dengan ibuku.

Ya, selain menyayanginya akupun sangat menghormatinya. Sebagai anak bungsu dari 6 bersaudara aku termasuk yg mendapat perhatian lebih dibanding kakak- kakakku yg lain.

Walaupun mamaku juga pernah mengecewakanku,setelah dewasa dan berumahtangga,akupun ingat dan menyadari aku pun lebih sering mengecewakannya.

Aku beruntung dilahirkan sebagai anak bungsu dan lebih bersyukur lagi saat ini akupun mulai belajar untuk mengambil peran sebagai pengganti kakakku yang sulung yg sudah lebih dulu dipanggil Tuhan.

Ibu.......,aku menyayangimu. sungguh tak terbalas semua jerih payahmu, mulai aku dalam kandunganmu sampai aku bisa menjadi sekarang ini. Jangan lupa menyebut namaku disetiap doamu.

ebed_adonai's picture

@firman: bungsu ya?

Siampudan do hape, ate? (= rupanya anak bungsu, ya?)

Ok, salam untuk inang, lae firman.

Jadi kangen inang pangintubu saya juga, yang nun jauh di seberang pulau sana.......... 

Shalom!

(..shema'an qoli,..adonai..)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

KEN's picture

Inilah suara hatiku saat ini...

Ma... tunjukkan padaku bahwa mama bukan orang tua yg gagal.... sehingga aku dapat membela mama di depan papa.... dan depan orang banyak....

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

        If Not Now, When?

KEN's picture

Hatiku luluh karna Tuhan...

Tuhan telah membuatnya sakit, supaya aku luluh...

Tuhan telah membuatnya sakit keras supaya aku luluh....

 

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

          If Not Us, Who?

        If Not Now, When?

Penonton's picture

@KEN: maju terus brother

Dear KEN,

 

Ampunilah mami'mu....please...

Kamu harus kuat...berdiri tegak...dan kokoh.

Kalau kamu ikutan jatuh, siapa yang bisa menopang mamih?

 

From OZ....far...far...away..

__________________

xxx

desfortin's picture

@Hai Hai: Des14 bertanya

Hai Hai menulis:

Ketika berbuat salah, saya menerima hukuman dengan tabah, namun yang sering terjadi adalah saya dihukum tanpa melakukan kesalahan, bahkan saya dihukum untuk kesalahan yang dilakukan adik-adik saya.

Sejak hari itu, saya selalu hidup dalam ketakutan. Saya takut MATI. Saya takut mama memaksa saya bunuh diri. Sejak hari itu, saya mulai hidup sendirian dan menyelesaikan semua masalah yang dihadapi, agar mama tidak menganggap saya salah dan memaksa saya bunuh diri. Sejak hari itu saya belajar untuk tidak menyayangi siapapun, Mama, Papa juga adik-adik saya. Saya takut MATI dan kehilangan mereka semua. Sejak saat itu saya memikirkan KEMATIAN.

Des14 bertanya:

  1. Bagaimana rasanya kalau kita dihukum padahal kita tidak salah?
  2. Sampai kapan (umur berapa) anda diperlakukan demikian?
  3. Tentang kematian, apa yang anda bayangkan pada waktu itu sehingga anda begitu takut mati?

[*LET'S B' HUMBLE, KEEP ON LEARNING AND BE TEACHABLE ABOUT THE TRUTH*]

__________________

[*LET'S B' HUMBLE, KEEP ON LEARNING
AND BE TEACHABLE ABOUT THE TRUTH*]

hai hai's picture

Des14, hai hai Menjawab

Saat itu kami sudah pindah ke pulau Jawa. Aku berumur sepuluh tahun, kelas dua SD. Suatu malam di rumah kami mati listrik, adik keenamku mau buang air besar. Aku menyalakan lilin dan meletakkannya di tepi bak mandi lalu meninggalkannya. Saat itu dia berumur empat tahun.

Adik keenamku itu sangat cengeng, di antara adik-adik yang lain dialah yang paling merepotkannku. Selalu minta digendong, selalu minta dibantu. Bila ditolak, dia akan menangis dan menjerit-jerit. Biasanya dia tidak bisa mencebok sendiri namun malam itu, dia memilih untuk belajar cebok sendiri. Dia mengangkat gayung tepat di atas api lilin ketika menyiduk air. Pakaian piamanya langsung terbakar.

Saat itu papa belum pulang dari pergi jualan. Mama memberinya pertolongan pertama lalu membawanya ke dokter, hanya dokter umum biasa. Pengobatan yang diterimanya sangat buruk. Bekas luka bakarnya masih nampak jelas hingga saat ini di ketiak kanannya. Ketika remaja dan keluarga kami punya cukup uang, seharusnya dia di operasi plastik, namun aku nggak tahu kenapa hal itu tidak pernah dilakukan.

Pulang dari dokter, mama memarahiku, lalu menghajarku habis-habisan. Menurutnya aku salah karena tidak menjaga adikku. Ketika papa pulang, aku kembali di marahi dan dihajar. Aku hanya melakukan prosedur yang biasa aku lakukan. Mengantarnya berak lalu meninggalkannya kemudian kembali lagi untuk menceboknya setelah dia selesai.

Sejak malam itu, setelah pulang sekolah aku menjaga adikku. Bermalam-malam aku tidak tidur menjagainya. Aku takut malaikat maut mendatanginya malam-malam. Saat itu aku mulai pergi sekolah minggu, itu sebabnya selain berdoa kepada Thi Kong (Tuhan), dewa-dewi yang kukenal, saya juga berdoa kepada Allah dan Yesus Kristus. Apabila ketiduran dan terbangun, aku segera memeriksa nafasnya dan merasa lega ketika mendapatinya masih hidup.

KESAL setengah mati. Itulah perasaan ketika dihukum padahal nggak salah. Saya lupa kapan terakhir Papa dan Mama menghajar saya, yang saya tahu, semakin besar saya semakin jarang di hajar. Adik-adik semakin jarang berbuat salah dan saya semakin bijaksana, juga kami mulai kompak. Adik-adik jarang mengadu bila saya berantem, bila baju saya kancingnya lepas karena berantem, saya akan menjahitnya sendiri. Saya pun jarang pulang babak belur karena selalu memenangkan perkelahian dengan gemilang.

ketika kelas tiga, kami mulai punya pegawai yang membantu membuat kue, itu berarti tuntutan untuk membantu bekerja semakin ringan. Kami hanya perlu membantu mengisi kue ke dalam kaleng setelah pulang sekolah. Memasuki kelas empat, kami mulai punya supir. Itu berarti kewajiban mengirim barang ke toko-toko juga berkurang. Saat itu saya membantu mama mengurusi 3 buah pasar. Mengunjungi pelanggan, membiarkan supir dan keneknya menurunkan barang-barang, menanyakan pesanan, menagih uangnya lalu pulang.

Ketika kelas Lima, kami mulai punya salesman, itu berarti kami hanya perlu sekolah dengan benar dan tidak melakukan kebodohan-kebodohan konyol. Seingat saya, setelah kelas empat SD, Baik Papa apalagi Mama tidak main asal hajar lagi. Kemarahan mereka sudah cukup membuat kami mengerti.

Saya tidak pernah duduk di kelas enam SD. Pada waktu kelas lima SD, salah satu teman saya main catur, seorang pengusaha minyak atsiri (minyak dari sulingan daun cengkeh) menganjurkan untuk ikut ujian. Saya lalu menceritakan hal itu kepada orang tua saya, mama lalu menghadap kelapa sekolah. Kami sepakat, saya oleh ikut ujian asal mampu lolos dari test yang diadakan. Tentu saja saya mampu melewati tes itu dengan mudah. Namun kepala sekolah itu tidak menepati janjinya. Setelah beberapa hari duduk di kelas enam, dia melarang saya ikut ujian. akhirnya saya tahu, hal itu terjadi karena beberapa orang tua yang anaknya duduk di kelas enam, merasa keberatan.

Saya lalu menceritakan hal itu kepada teman main badminton, seorang guru SD negeri. Setelah membujuknya dia mau membantu. Saya boleh pindah ke sekolahnya dan ikut ujian. Saya lalu mengajaknya menghadap papa. Dia lalu menggajak saya menghadap kepala sekolahnya. Saya lupa, saat itu menyogok kepala sekolah itu dengan uang lima ribu atau atau sepuluh ribu sebelum dia mengizinkan saya pindah dan ikut ujian.

Setelah semuanya siap, teman saya yang guru itu lalu menghadap kepala sekolah saya yang lama, mengurus kepindahan saya. Saya ikut ujian dan lulus dengan nilai tertinggi di ijasah, rata-rata delapan.

SMP dan SMA saya sekolah di Yogyakarta, hidup sendirian di tempat kost jauh dari orang tua. Sejak itulah saya menjadi tuan atas diri sendiri dan bebas melakukan apa saja.

Des14, mati berarti hilang dari dunia. Tubuhnya lalu dikubur, setelah ditangisi banyak orang. Itulah pemahaman saya tentang mati. Namun, saya benar-benar takut mati juga takut orang-orang terdekat saya mati.    

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

ebed_adonai's picture

turut bersimpati...

Simpati saya sedalam-dalamnya untuk koh hai dan siapa pun yang pernah mengalami trauma masa kecil. Semoga segala trauma itu tidak membuat kita tanpa sengaja menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Tuhan Yesus memberkati kita semua.....

Shalom!

(..shema'an qoli,..adonai..)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

hai hai's picture

Kang Ebed, Menghormati Orang Tua

Kang ebed, saya mengalami masa kecil yang luar biasa. Tuhan membuat saya senantiasa ingat akan semua kejadian itu satu persatu. Itu sebabnya saya dapat menganalisanya satu persatu dan mendapatkan hikmahnya untuk kemudian menceritakannya kepada yang lain agar mendapatkan hikmah pula.

Di dalam membesarkan kami, kedua orang tua saya melakukan beberapa kesalahan namun secara keseluruhan mereka adalah orang tua yang hebat. Saya tidak pernah menyesali cara mereka mendidik saya. Satu-satunya hal yang pernah sesali adalah mereka tidak pernah mengajarkan kepada saya CARA untuk mengungkapkan perasaan betapa saya menghormati dan menyayangi serta BANGGa pada keduanya. Butuh waktu bertahun-tahun bagi saya dan keenam adik saya untuk melatih diri sebelum mampu mengunggapkan perasaan itu.

Banyak orang lain yang mengalami pengalaman-pengalaman yang bahkan jauh-jauh lebih buruk dari yang saya alami. Namun kepada mereka saya ingin mengatakan, "Bila anda tahu bahwa orang tuamu mendidikmu dengan cara yang salah, maka mulailah mendidikmu dengan cara yang benar. Jangan putus asa sebab anda punya waktu seumur hidup untuk belajar. Lakukanlah dengan keras namun bersabarlah menunggu hasilnya."

Secara otomatis setiap manusia akan menghormati orang-orang yang prilakunya terhormat. Itu sebabnya Allah memberi perintah kepada manusia untuk menghormati ayah bundanya, karena Dia tahu, banyak orang tua yang berprilaku tidak terhormat. Apabila anda hanya menghormati orang tua yang prilakunya terhormat, lalu apa bedanya engkau dengan orang-orang dunia?

Mama saya menyadari sepenuhnya bahwa ada jalan lain yang lebih mudah untuk mendidik anak kecil ketika saya dewasa dan memberitahunya. Dia tidak bisa lagi mengubah caranya mendidik anak-anaknya, namun dia bisa menerapkannya kepada cucu-cucunya bahkan cicit-cicitnya nanti serta mengajarkannya kepada handai taulannya yang lain. Dan itulah yang dilakukannya.

suatu hari saya melihat mama saya melihat beberapa orang cucu lelakinya sedang belajar memanjat pohon rambutan di halaman rumahnya. Saat itu mama saya mendekati mereka lalu berkata, "Mari, Ama (nenek) ajarkan cara memanjat pohon yang benar. Ketika cucunya bertanya apakah mamaku bisa memanjat pohon, mamaku berkata, "Waktu kecil ama hidup di pinggir hutan, ama biasa memanjat pohon, bahkan pohon kelapa." Dia lalu mengajari cucu-cucunya memanjat pohon, menjelaskan berbagai nama pohon yang berbahaya untuk dipanjat karena kayunya getas dan mudah patah. dia juga menjelaskan bagaimana cara memanjat pohon yang banyak semut rang-rangnya. Selain mengajarkan cara memanjat pohon, mamaku juga mengajar cucu-cucunya trik-trik naik sepeda. Cara mengupas kelapa dengan tombak (anda pernah melihat orang mengupas kepala dengan tombak yang ditancapkan di tanah? Itu khas Tionghua Medan). Menggunakan pisau dan golok. 

Salah satu adik perempuanku yang guru sekolah SMA ngomel karena anaknya diajar untuk memanjat pohon oleh mamaku. Saat itu mamaku, bilang, "kita tidak bisa mengawasinya selama 24 jam, lebih baik kita mengajarinya cara memanjat pohon yang benar dan memberitahu dia bahayanya."

Tahun ini mamaku berumur 68 tahun. Apabila anda mengunjungi sebuah rumah orang Tionghua di desa Muara, Bogor, dekat Yayasan Kinasih lalu menemukan seorang nenek sedang mencangkul atau mengupas kelapa dengan tombak atau menaiki tangga untuk membetulkan genteng atau menggunakan tangga untuk memetik rambutan di halaman rumah. Itulah mamaku, nenek sakti itu. Jangan menolak ketika dia menawarkan untuk makan, masakkannya luar biasa. Jangan merasa diabaikan ketika dia menemani anda ngobrol sambil bekerja atau menyuruh anda makan sendiri atau mengambil minum sendiri ke dalam rumah, sebab itulah pertanda dia menganggap anda orang sendiri.

Tamu harus dilayani, orang sendiri cukup diberi tahu tempatnya. Itulah moto keluarta kami yang sering menimbulkan salah faham.     

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

ebed_adonai's picture

@hai-hai: ibu yang hebat...

Wah, membaca kisah mengenai ibunya koh hai mengingatkan saya akan ibunya Kwee Ceng dalam serial silat klasik "Sia Tiauw Eng Hiong" (saya yakin koh hai tahu film terkenal ini, yang sekarang mencari versi vcdnya sulitnya minta ampun), yang walau ditinggal Kwee ceng seorang diri namun tetap tegar menjalani hidup sehari-hari di antara orang-orang Mongol.... 

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

awobniel's picture

Kematian adaLah awaL hidup KeKaL

buat semua ceRita koh hai hai....



meNurut saya kamu masih kurang yakin akan penebusan Tuhan Yesus yang rela mati di kayu salib.



jika kamu tau dan paham atas pengorbanan Tuhan Yesus yaNg beGitu beSar uNtuk menebus dosa aNak"nya mengapa mesti haRus takut aKan kematian.



bukankah kematian itu adaLah awaL dari Hidup yang kekal. beraRti jika kamu masih takut akan kematian berarti percuma donk Tuhan Yesus meNebus dosa kamu diatas kayu saLib.



saya yakin jika saat itu kamu buNuh diri ibumu pasti akan sangat sedih sekaLi..



Nyatanya kamu masih dibeRi keSempatan buat hidupkan. jika memang kamu tidak berguna seperti yang kamu bilang kamu saLah besar Sebab Tuhan Yesus meNciptakan manusia seRupa deNgan Dia(Tuhan Yesus) berarti Dia menciptakan kamu tidak sia-sia sebab tidak ada satu hiduppun yang sia-sia dihadapan Allah.



jika hidup kamu tidak berguna mengapa Allah menciptakan kamu????



kamu seharusnya sangat bersyukur masih diberi kesempatan hidup oLeh Allah so iNiLaH saatnya membuktikan bahwa hidupmu b'aRti buatLah Allah bangga padamu dan juga oRtumu.



tepisLah semua tuduhan meReka tuNjukan pada duNia bahwa hidupmu saNgat b'aRti..



daN jaNgan Lagi meNuduh oRangtuamu seBeLum kamu meNcari keBenarannya seBab Orang tua adaLah WakiL Allah di Bumi...



dan Janganlah Lagi membuat meReka meNghajarmu sepeRti biasa yang kamu ceritakan buktikan bahawa kamu bisa membuat meReka Bahagia...

hai hai's picture

Awobniel, Saat itu Saya ....

Awobniel, saat itu saya berumur delapan tahun mendekati sembilan tahun. Saya hanya kenal ThiKong (Tuhan) yang kami sembah setiap tanggal 9 bulan satu, 8 hari setelah tahun baru imlek dan dewa-dewi. Mustahil saya tahu siapa itu Yesus alias Yaso dalam dialek hokian.

Nampaknya anda salah, setelah mengenal kristus dan memutuskan menjadi orang Kristen karena tidak memiliki pilihan menjadi orang Kristen pada tahun 1981, saya justru semakin takut mati. Ha ha ha ha ha ... Saya takut, setelah mati dan menghadap Tuhan, saat itu Tuhan terkejut dan berkata, "Lho kok udah mati, Saya kan belum panggil?" Dan saya tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada Tuhan bahwa saya mati KONYOL karena tidak menghargai hidup. Ha ha ha ha ...

Awobniel, saat itu saya tidak PUNYA kesempatan untuk bunuh diri. Mama saya sedang MENDIDIK, bukan menginginkan kematian saya. Saya yakin, bila saat itu saya bersedia mati maka bukan kematian yang akan saya peroleh, namun hajaran dari mama saya. Mungkin saya akan dihajar habis-habisan. Ha ha ha ha ...

Saya tidak pernah menyatakan diri saya tidak berguna, Bo Lo yong, tidak berguna itu adalah cara orang-orang hokian Medan memarahi anak-anaknya. Sejak kecil Nenek saya dan mama saya sudah mengajarkan bahwa, "Bila sumpah serapah orang tua bisa menjadi kenyataan, maka semua lembar di dunia ini akan menjadi uang."

Ha ha ha ha ... Mama saya selalu bangga dengan anak-anaknya, namun secara diam-diam dia selalu paling membanggakan anak sulungnya. Kepada handai taulan, dia sering sekali berkata, "Ayang (nama saya) tidak  kaya, juga bukan yang paling pintar, namun dia yang paling bijaksana. " Apabila handai taulan bertanya kenapa ayang yang paling bijaksana, dia akan tersenyum dan berkata, "Dia yang paling di sayang Tuhan." Ha ha ha ... Jadi saya sering sekali mengagul-agulkan diri kepada adik-adikku sebagai orang yang paling disayang Tuhan. Ha ha ha ha ...

Awobniel, saya tidak menuduh orang tua saya, hanya menceritakan salah satu kisah hidup masa kecil saya dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah darinya.

 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

angelcraft's picture

Kereeen.....!!!!

Saya punya seorang ponakan, seorang anak lelaki yang selalu main hajar tanpa perhitungan. Dia menghajar siapa saja, menghajar adik perempuannya yang 3 tahun lebih muda darinya, menghajar teman-temannya, menghajar siapa saja kecuali ayahnya. Saat itu umurnya 6,5 tahun. Saat itu saya tinggal di rumahnya. Suatu hari saya memanggilnya, menyuruhnya duduk dan bertanya, "berapa umur kamu sekarang?" Dia menjawab seenak jidatnya, "6,5 tahun om!" Saat itu saya mencengkeram leher bajunya, menatap matanya dengan tenang namun tajam dan berkata dengan suara datar.

"Kamu lelaki dengan kekuatan luar biasa. Pukulan dan tendangan kamu bisa membunuh orang. Mulai hari ini, jika kamu sembarangan memukul dan menendang orang, bila orang itu mati, saya akan membuang umur kamu ke selokan. Dengan demikian kamu tidak akan punya umur lagi dan nggak akan pernah tumbuh jadi orang gede."

Menurut g,   itu kereeennn sekali...................!!!!

G pernah ngajar les private untuk anak SD, dan g kapok ngajar lagi sekarang... karena anak murid g, gak pernah mo dengar kata2 g, kalo g marah, hanya dianggap angin lalu..  bisa dibilang mereka gak takut ama g.. (mungkin karena sifat g yang gak tegas dan perawakan g yang kecil) T_T ahh.. g  merasa  dilecehkan ama anak kecil.... jadi g putuskan berhenti aja dech..  

 

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Surat Yakobus 1:22)

__________________

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Surat Yakobus 1:22)

hai hai's picture

angelcraft, Atur Suara Anda ...

Angelcraft, banyak guru yang terlalu cepat menggunakan suara keras dengan nada tinggi. Suara demikian adalah TANTANGAN. Ada pula guru yang asal teriak tanpa memperhatikan situasi.

Ketika menegur sebaiknya gunakan nada DATAR. Pastikan bahwa orang tersebut memperhatikan, tatap matanya namun jangan menatapnya dengan pandangan menantang.

Ketika mengajar anak-anak less, biasanya saya meletakkan sebuah lakban dan gunting di meja. Ketika ada anak yang bertanya, saya akan bilang, "Ini untuk melakban anak-anak tidak bertanggung jawab."

Ketika anak saya yang berumur 7 tahun membuat PR ogah-ogahan apalagi sambil berkeluh kesah. Saya akan menghampirinya dan berkata. Jangan belajar bila kamu tidak menikmatinya. Saya lalu akan menutup bukunya dan merapihkannya. Cara yang sama juga saya gunakan ketika mengajar les dulu juga ktika mengajar sekolah minggu.

Saya sering bilang sama istri saya, bila kamu teriak untuk segala hal, bagaimana dia tahu bahwa kamu sedang teriak?

Agnelcraft, jangan mundur! Bila cara kamu selama ini nggak berhasil, coba cari jalan yang lain.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Rusdy's picture

Pantes si Hai Jadi Orang Tua Preman

Ternyata gitu toh ceritanya

Angkat jempol tangan dan kaki buat komen hai yang ini:

"tu sebabnya Allah memberi perintah kepada manusia untuk menghormati ayah bundanya, karena Dia tahu, banyak orang tua yang berprilaku tidak terhormat. Apabila anda hanya menghormati orang tua yang prilakunya terhormat, lalu apa bedanya engkau dengan orang-orang dunia?"

jadi inget ajaran Yesus di Lukas 6:32-36