Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Korban Fitnah Intip

Purnawan Kristanto's picture

Prasangka itu bak pedang bermata dua. Di sisi baik, prasangka memudahkan kita dalam memandang sesuatu. Karena sudah mengenali pola-pola di masa lampau, maka kita dapat langsung dapat melakukan tindakan antisipasi tanpa perlu melakukan analisis yang njlimet lagi. Sebagai contoh, kalau ada pemuda yang menyanyi di depan rumah sambil memetik gitar, kita dapat langsung berprasangka orang itu hendak mengamen. Tanpa perlu menyelidiki lagi tujuan dia melakukan itu, kita dapat langsung melakukan tindakan: Memberi uang receh.

Akan tetapi simplifikasi yang berlebihan dapat mengarah pada fitnah. Ini sisi buruk dari prasangka. Kita dapat terjebak dalam pusaran arus generalisasi. "Kalau dia biasanya begitu, maka dia akan selamanya begitu," demikian prinsipnya tanpa menyadari bahwa manusia itu dapat berubah, juga tidak menyadari adanya faktor determinan lainnya.

***

Suatu saat, bersama dengan teman-teman sekantor menghadiri pesta pernikahan relasi di kota Solo. Kami berangkat menggunakan mobil pinjaman dari kantor. Pagi-pagi benar kami berangkat dari Yogyakarta menyusuri jalan yang masih lengang.

Separo perjalanan, tiba-tiba "Gubrak!!" Terdengar suara di arah belakang mobil. Spontan kami menoleh dan melihat ban mobil yang menggelinding di jalan. Ternyata itu ban cadangan mobil kami yang terlepas dari tempatnya. Untung saja di tidak ada kendaraan lain yang sedang membuntuti mobil kami.

Rupanya mur pengunci ban cadangan itu hilang sehingga ban terlepas. Kami berhenti sejenak untuk mengangkat ban serep ke wadahnya. Timbul persoalan, karena mur pengunci telah hilang, bagaimana cara mengamankan ban ini. Setelah celingak-celinguk, kami melihat ada pekerja yang sedang membangun sebuah rumah. Kami lalu meminta seutas kawat bendrat untuk mengikat wadah ban.

Usai mengikuti acara kondangan, kami pergi ke pasar Klewer untuk mencari oleh-oleh. Selain memborong batik, kami juga membeli intip atau kerak nasi goreng yang dibaluri gula jawa cair.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba tercium bau kentut. Wah tak salah lagi. Kami langsung menuduh salah satu rekan kerja kami. Di kantor memang dikenal sering  kentut. Entah karena perutnya kembung atau memang tidak dapat menahan kentut. Maka tanpa harus bermusyawarah, secara serempak kami langsung menuding sang 'oknum' itu.

Spontan teman kami menolak tuduhan itu. Dia bersikeras tidak kentut di dalam mobil yang ber-AC. kalau begitu siapa yang kentut? Faktanya baunya tercium oleh semua orang.

Usut punya usut, ternyata bau itu berasal dari intip goreng yang kami bawa masuk ke dalam mobil. Jika dibuka dan dimakan, intip goreng ini memang menimbulkan aroma serupa kentut. Menyadari hal ini, kami segera meminta maaf kepada teman yang terlanjur terfitnah gara-gara prasangka kolektif kami.

Melihat video penjual intip goreng dapat dilihat di sini

__________________

------------

Communicating good news in good ways

PlainBread's picture

@Purnawan Prasangka

Saya suka tulisan ini, karena saya teringat akan tulisan saya yang pernah ada. Prasangka memang konyol dan lucu, juga menarik.

Kenapa menarik? Karena sampai sekarang saya tidak mengerti kenapa diberi nama "prasangka", apakah pra (sebelum)  + sangka (dugaan)? Kenyataannya prasangka lebih kuat konotasinya daripada "sangka", alias bisa disinonimkan dengan "Tuduhan".

 

The only difference between a sarcasm and a satire is the first one is usually done with anger while the later one is done with a smile - PlainBread