Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
© itu Bohong.
© pada dasarnya adalah monopoli. Apa yang dilindungi oleh © adalah bendanya, bukan idenya. Tindakan hukum hanya diberikan kepada mereka yang menggandakan atau memperbanyak/memakai tanpa izin CD, kertas, gambar, software, dan bukannya mereka yang mendendangkan, membacakan, atau “mencuri” plot atau cara berceritanya ke tulisannya sendiri, dsb tanpa izin. Jika © memang bermaksud melindungi hak si pencipta atas karyanya, seharusnya si pencipta juga akan bisa bebas menyebarkan karya-karyanya kepada siapa pun. Namun kenyataannya tidak demikian. Dalam menyebarkan hasil karya yang berbentuk buku misalnya. Posisi kita tidak akan bisa kuat jika hanya meminta ijin pada seorang penulis. Sebaliknya, kita akan bisa melakukan apa saja asal sudah mengantongi izin dari penerbit tanpa perlu menghubungi penulis. Jadi, tak heran jika penyanyi pop Inggris, Robbie Williams pernah dikecam habis-habisan oleh, siapa lagi kalau bukan, industri rekaman saat dalam satu kesempatan ia berkata bahwa ia mempersilakan penggemarnya membajak CD lagu-lagunya.
Bahkan seorang penyanyi pop yang adalah anak kandung dari industri (yang harusnya mendukung para pelaku industri besar agar dirinya sendiri juga bisa tetap hidup) bisa berkata demikian. Bagaimana dengan para seniman yang sesungguhnya? Bagaimana dengan orang-orang yang berkarya bukan semata untuk uang dan kepopuleran, tapi juga untuk mendidik masyarakat, mempengaruhi banyak orang, memperbaiki atau mengubah keadaan yang ada, dsb? Apa Anda kira semua orang selalu haus uang? Jawabannya tidak. Tidak semua orang berpikiran pragmatis seperti itu. Pikiran bahwa semua penulis, musisi, programmer, artis lain, menulis buku, menciptakan lagu, membuat film, membuat aplikasi program, hanya demi untuk mendapatkan uang dan menjadi kaya adalah, maaf saja, biasanya, hanyalah pikiran para pemula atau calon pemula yang berasal dari latar belakang miskin tapi bermimpi ingin jadi orang kaya. Atau mungkin ia hanya orang serakah saja, tak peduli latar belakangnya miskin atau sudah kaya. Mereka itu membayangkan semua orang seperti dirinya. Berapa besar juga sih, royalti yang diterima artis dari para perusahaan itu? 10%? 15%? Atau malah kurang dari semua itu? Jika ditimbang, sebenarnya kita pun sudah bisa melihat kejomplangan itu, kita bisa melihat bahwa para perusahaan bagaimana pun lebih sering hanya bertujuan untuk keuntungan dirinya saja. Alasan bahwa © adalah untuk melindungi si kreator hanyalah upaya pembenaran dengan memakai alasan moral saja. Gembar-gembor bahwa mengkopi CD atau buku adalah sama dengan mencuri (dan sebuah dosa) pun sama saja. Faktanya, banyak perusahaan yang membeli (atau membeli dengan harga yang tak sebanding karena memanfaatkan ketidaktahuan si konseptor tentang pasar, atau dengan memanfaatkan niat mulia si pencipta agar buah karyanya dapat dinikmati dan mempengaruhi orang banyak) ide dari banyak konseptor atau pencipta yang sesungguhnya. Setelah dibeli, mana mau mereka memikirkan si pencipta yang sebenarnya? Sekali lagi, © ini mungkin banyak terkait dengan solipsisme macam ini.
Masyarakat sering salah mengerti antara © dengan kekayaan/properti dalam bentuk fisik. Masyarakat berpikir bahwa dengan menggandakan CD, buku, gambar, film, software untuk kemudian ia pakai (bukan untuk dijual sekalipun) akan membuat si artis/pencipta karya dirugikan dan merasa tak dihargai (walau memang ada artis yang berhasil dibujuk agar merasa demikian saat karyanya diduplikasikan). © berfungsi mengatur penggandaan (copy) suatu karya. Ini agar tidak terjadi situasi di mana seseorang menikmati suatu karya dengan harga yang lebih murah dari harga jual atau bahkan gratis sama sekali.
Properti dalam hal © ini jelas beda dengan properti dalam bentuk fisik misalnya mobil atau baju. Saat kita memakai (mengkopi) suatu lagu misalnya, jelas si penyanyi tidak akan kehilangan satu tetes air ludahnya sama sekali. Beda dengan jika kita meminjam baju seseorang, baju itu paling tidak akan menjadi kusut atau daya tahannya makin menurun. Yang paling merasa rugi dalam hal pelanggaran © ini adalah perusahaannya. Dan mereka merasa rugi karena memang pekerjaan mereka adalah mencari untung sebanyak-banyaknya bagi diri mereka sendiri, kalau perlu dengan mengorbankan yang lain. Ironisnya lagi, makin besar dan makin kaya suatu perusahaan (dan negaranya), biasanya ia juga yang paling lantang meneriakkan masalah © ini. Tak heran jika Microsoft dan Amerika Serikat adalah dua simbol “pejuang” © ini. Siapa yang untung, siapa yang buntung? Sudah jelas. Kebebasan atau HAM adalah omong kosong! © adalah bohong. Indonesia ini negara cecunguk.
- y-control's blog
- 4958 reads
Muak Dengan Otoritas
Weleh, ada yang ngambek nih sama copyright
y-control nulis:
"Jika © memang bermaksud melindungi hak si pencipta atas karyanya, seharusnya si pencipta juga akan bisa bebas menyebarkan karya-karyanya kepada siapa pun. Namun kenyataannya tidak demikian"
Bisa dibilang betul, wong distributor (baik tukang cetak atau tukang musik) maunya duit doank! Tapi, memang sepantasnya mereka dibayar toh?
------
y-control nulis:
" Robbie Williams pernah dikecam habis-habisan oleh, siapa lagi kalau bukan, industri rekaman saat dalam satu kesempatan ia berkata bahwa ia mempersilakan penggemarnya membajak CD lagu-lagunya"
Emank buat fansnya sih, "kok ini industri rekaman rese banget sih??" Tapi, mesti inget juga, si Robbie emank melanggar kontraknya dengan industri rekaman
---
"Bagaimana dengan orang-orang yang berkarya bukan semata untuk uang dan kepopuleran, tapi juga untuk mendidik masyarakat, mempengaruhi banyak orang, memperbaiki atau mengubah keadaan yang ada, dsb?"
Tul tul, dari contoh terbaik (dan sukses) yang gue tahu, Google (Inc). Makanya banyak barangnya yang gratis (maps, mail, calendar, Picasa, etc etc), gimana dia orang dapet duit, weleh, diluar kemampuan gue tuh.
Contoh lain, buku-buku teologi, makanya banyak penerbit Kristen yang menawarkan 'paket murah'. Masalahnya yah, kagak bisa compete dengan giant distributor kayak Gramedia and friends
-------
"Ironisnya lagi, makin besar dan makin kaya suatu perusahaan (dan negaranya), biasanya ia juga yang paling lantang meneriakkan masalah © ini "
Ya iyalah, naluri manusia, maruk 'en rakus
Kesimpulan, loe cuman salah satu orang (dari terlalu banyak orang) yang kecewa dengan sistem dunia, ya mau diapain? Wong kita tinggal di dunia yang udah jatuh dalem dosa. Kagak supplier (penerbit atau distributor musik) maupun konsumer (si tukang bajak) semuanya mao untungnya doank, kagak peduli dengan orang lain!
Kayaknya mesti kita doain nih dunia, biar Tuhan datengnya cepet-cepet deh, kagak sabar nih!!
ubahlah
Bisa dibilang betul, wong distributor (baik tukang cetak atau tukang musik) maunya duit doank! Tapi, memang sepantasnya mereka dibayar toh?
yap, bayarlah mereka dengan pantas. ga semua orang juga suka membajak kan? masih banyak yang lebih suka beli original. cuma masalahnya, mentang-mentang mereka yang punya duit lalu mereka menetapkan harga seenaknya sendiri sehingga sering ga terjangkau. apalagi demi kepentingan mereka untuk terus mengeruk untung, mereka menyewa para tukang pukul itu (polisi) untuk membuat status quo tsb tetap langgeng.
Emank buat fansnya sih, "kok ini industri rekaman rese banget sih??" Tapi, mesti inget juga, si Robbie emank melanggar kontraknya dengan industri rekaman
gw ga tau sih bunyi kontrak si robbie. gw malah merasa si robbie ga serius2 amat, pihak industrinya saja yg over akting hanya krn sangat ketakutan pemasukannya berkurang. dia cuma contoh artis (yg paling tdk diharapkan bisa menjadi contoh dlm hal ini) yang gw pake untuk menjelaskan paragraf sblmnya
Kesimpulan, loe cuman salah satu orang (dari terlalu banyak orang) yang kecewa dengan sistem dunia, ya mau diapain?
mau diapain? diubah donks.
sistem itu (kapitalisme maksudnya) adalah bikinan manusia juga. dan sangat betul kalau itu adalah sistem dunia, jadi betapa ganjil kalo makin banyak org yang merasa dosa kalo melanggarnya (nb: i know ttg yesus yg menyuruh bayar pajak pd kaisar dsb, tp apa bukan standar ganda namanya jika org kristen di saat bersamaan mendukung para misionaris yg menyelundupkan alkitab ke negara yg pemerintah dan hukumnya melarang alkitab? bahkan yesus banyak melanggar hukum adat istiadat yahudi). oya, loe juga sudah nyebut google yg bisa tetep kaya raya tanpa harus main kasar dan mentang-mentang, itu contoh yang bagus dan bisa ditiru. contoh lain, david bowie juga bilang kalau skrg artis musik lebih mengandalkan cari duit dari konser, entah apa itu berarti dia rela, yg jelas dia ga teriak-teriak "berantas pembajakan!" spt musisi ga jelas macam erwin gutawa, contoh ekstrim malah ditunjukkan band bandung koil yg baru2 ini mengeluarkan mini album yg bisa didownload gratis (hal yg mirip, membuat situs yg mempersilakan org mendownload lagu2 karyanya, juga dilakukan band bandung lain spt pure saturday dan band-band di situs myspace, dsb. cobalah download, lagu2 mrk lebih bagus ketimbang lagunya artis yg manut asiri atau siapa tuh, yg karyanya jg banyak yg hampir plagiat tp dijual kemahalan itu).
tp qta ga bisa selalu mengandalkan org lain juga kan? kesimpulannya, blog curhat setengah marah ini cuma berusaha memberi pandangan bahwa banyak niat busuk di balik copyright, jadi ga perlu "memuja-muja" hukum HAKI sbg penyelamat kreativitas dan memvonis pembajak (baik yg menjual atau yg membajak untuk dinikmati sendiri) sebagai pendosa dan pembunuh kreativitas. HAKi diterapkan belum lama, sebelum itu kreativitas manusia tetap maju terus. oya, jangan lupa juga anak muda harus punya semangat berjuang.. ayo semangat.. i know mengubah dunia terdengar terlalu khayal, tp pasrah dan hanya berharap pd kiamat juga tdk lbh baik (menurut gw)
(no offense)
Berjuang Betulin Dunia
" ...know mengubah dunia terdengar terlalu khayal, tp pasrah dan hanya berharap pd kiamat juga tdk lbh baik (menurut gw)"
He he, betul banget! Kalo kagak Tuhan udah menghancurkan dunia sejak duluuuuu kala, dibanding ngirim anakNya yang tunggal ;)