Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hidup Susah Matipun Ternyata Susah Juga
Baru baru ini seorang saudara datang ke rumah. Kami berbincang bincang panjang lebar mengenai banyak hal keluarga, pekerjaan, ekonomi bahkan menyerempet-nyerempet masalah politik juga. Dari banyak hal yang dibicarakan ada perbincangan kami yang menarik hati yaitu hidup dan bekerja di kota besar Jakarta.
Ketika gejolak ekonomi dunia demikian menekan tak pelak imbasnya juga mempengaruhi Indonesia. Tidak ada gejolak ekonomi dari luar saja ekonomi negara tercinta ini sudah kembang kempis apalagi dengan kondisi sekarang.
Dari pembicaran kami, kemudian saudara saya menceritakan tentang pegawainya ( kebetulan dia membuka usaha toko spare part motor ) yang baru mengalami kematian sang anak pertamanya ketika proses melahirkan. Si pegawai berasal dari daerah sama dengan kampung halaman saudara saya.
Saudara saya bercerita kalau pegawainya dengan sangat terpaksa meminjam uang dalam jumlah yang besar demi untuk menebus uang RS, obat dan proses pemakaman sang anak, sekalipun sudah dibantunya dengan uang yang cukup besar.
Setelah urusan pemakaman ( dimakamkan di Jakarta ) selesai ternyata tak cukup sampai di situ. Biaya untuk pemakaman beserta administrasi dan lain lain ternyata cukup besar dan menguras kantong sang pegawai.
Biaya kebersihan makam kurang lebih 300 ribu / tahun yang harus dibayarkan di muka. Biaya sewa makam 500 ribuan/ 3 tahun juga dibayar di muka. Belum lagi jika sering sering menjenguk makam maka pasti ada dana tambahan yang keluar untuk biaya ini dan itu. Itu belum termasuk tambahan untuk batu nisan dan masih ada beberapa pengeluaran lain seperti transport karena lokasi makam yang lumayan jauh. "Di Jakarta apa apa mahal, hidup susah, mati ternyata susah juga," demikian saudara saya menirukan keluhan sang pegawai.
Ketika saudara saya mengusulkan untuk memindahkan makam sang anak kepada pegawainya, ternyata urusan uang dan proses administrasinya tidak juga mudah. Yang bersangkutan harus meminta ijin kepolisian yang memakan biaya tidak kecil juga, perongkosan penggalian makam dan sewa ambulance ke daerah juga membutuhkan biaya besar. Dengan tanpa jalan keluar si pegawai akhirnya pasrah dan mencoba menabung untuk keperluan itu semua karena waktu yang masih cukup lama ( atau dekat ? ) 3 tahun. Jika masa sewa makam habis ( 3 tahun ) dan tak diperpanjang maka lokasi makam itu akan ditumpuk dengan makam orang lain yang membutuhkan.
Susah nian hidup di Jakarta, Sekejam Ibu Tiri tak Sekejam Ibu kota
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
- king heart's blog
- 4764 reads
Gak Usah Dikubur Aja
Waduh .. mo mati dikubur aja modale duit banyak amat .. Kubur dipekarangan rumah sendiri aja, atau pakai cara lain aja, dikremasi atau diapakan lagi ya yang murah .. :)
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Paling murah dilempar ke laut
Cara penguburan paling murah adalah jenazah dilempar ke laut. He he he. Beres. Nggak perlu tanah dan api. Kubur di tanah perlu tanah. Pemakaian tanah juga perlu ijin. Untuk kremasi perlu menyalakan api yang besar juga perlu ijin. Kalau dilempar ke laut biarpun tidak diijinkan jenazah biasanya langsung hilang. Jadi kalau mau dituduh melanggar peraturan juga nggak ada buktinya. Bwa ha ha ha.
Wah .. Sadis ..
Wah, sadis, kok kayak buang bangkai tikus ke sungai aja neh ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Kubur di kampung aja..
SF usul kamu memang luar biasa, tapi apa tega sih... Hehe.
Kalo nguburnya di Jakarta memang repot, harus bayar sewa.. Mending ngubur di kampung aja, banyak kuburan umum, gak perlu bayar..
KH, sebenarnya judulnya kurang tepat, harusnya:
"Hidup susah, matipun menyusahkan"
Hehehe..
Debu tanah
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
He he he betul semua !!!!
Deta, pas benar konklusinya
SF, kalo ikutin anda punya cara malah tambah mahal bukannya murah, bayangin aja urusan sama polisi belum sama pengacaranya ha ha ha bukannya murah tapi berabe, urusan bisa tambah ruwet. Setelah Sumanto, Ryan mau tambah ikon baru SF si pembuang mayat he he he he ( just a joke )
Ari, tahu gak kalo di jkt, punya rumah kontrakan aja syukur kok mau punya rumah ada pekarangan lagi. sekarang ini yah tanah yang masih gratis di aderah dekat kawah gunung berapi ha ha ha ha
GBU all
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Polisi dan pengacara kan perlu bukti
King heart polisi dan pengacara kan perlu bukti. Kalau jenazah sudah hilang di laut sepertinya susah di cari. Sekedar info saya tahu salah satu ilmuwan besar ilmu komputer yaitu Jim Gray yang juga eksekutif Microsoft tahun lalu hilang dilaut. Biarpun sudah dicari pakai teknologi paling canggih tetap nggak ketemu. He he he. Usulan saya ini bukan usulan sadis lho ini usulan ekonomis.
emangnya?
eh eh kok ke laut? emangnya cewe matre :P
Jika bermasalah dengan HA HA HA!
pakailah hehehe...
he.. he.. bener pak
Kalau ngubur di kampung
Kalau ngubur di kampung seperti usulan Deta juga perlu transport.
Kata orang sana begini ni.....
There is no free lunch! Pay your bill.
Ya,.... githu deh, nguburin org meninggal perlu uang, ngebrojolin bayi apa lagi! nothing for free man!!!!!
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Sedikit nimbrung nih... cuma
Sedikit nimbrung nih... cuma sekedar komentar iseng saja...
Judulnya itu masih bersifat relatif...."Hidup Susah Matipun Ternyata Susah Juga"... ini tergantung siapa yang dimaksud... sebenarnya substansi tulisan diatas lebih diarahkan kepada orang yang hidup (pihak keluarga)... artinya yang susah sebenarnya tetap orang yang hidup juga (bukan yang mati), karena yang mati udah gak pusing soal penguburan...
Mungkin lebih tepatnya judulnya begini... "Hidup Susah, ngurusin orang matipun Ternyata Susah Juga"....
JBU all
@KH: ikutan...
hello KH, ikutan yaaa...
Untuk antisipasi kekurangan biaya ini dan itu...
MLM mungkin bukan jawabannya,
walaupun usaha ini tanpa modal,
dengan penghasilan tak terbatas.
Tapi jgn salah pilih...
Tapi katanya senior saya,
yang terbaik, punya minimal 2 sumber penghasilan,
maksimal 3 sumber penghasilan,
yang di-kontrol oleh diri sendiri.
Bila punya lebih dari itu, maka
harus mempercayakan orang lain...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
@antisehat : setuju banget
Idealnya begitu, apalagi bukan kita bekerja untuk uang tapi uang bekerja untuk kita ya khan ? ( katanya yang punya MLM )
Masalahnya mau dan bisa gak, karena gak semua bisa dan gak semua cocok, punya ide ?
GBU
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
@KH: trend
thank you king heart...
kalo ga mau atau ga bisa, ya jangan dipaksa...
tapi katanya, trend dunia ke arah MLM lho,
tapi MLM-nya yang benar lho yaaa...
bukan yang jual mimpi doang,
hehe...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
Hidup Susah Matipun Ternyata Susah Juga?