Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Cobek: A Tribute to Sabdaspace.org
Ibu gemar memasak makanan khas Jawa dengan berbagai rempah dan bumbu yang beraroma khas. Aroma yang khas itu, menurut ibu, akan semakin terasa bila diolah secara tradisional pula. Bumbu yang digiling dengan cobek dan muntu dari batu memiliki aroma dan cita rasa yang berbeda ketimbang saat bumbu yang sama dihaluskan dengan bantuan blender. Itulah sebabnya ibu sangat menyayangi cobek batu besar yang lebih berat dari ransel yang saya gendong ke tempat kerja setiap hari itu. Cobek batu yang entah mengapa mengingatkan saya pada komunitas ini.
Libur Lebaran kemarin, ibu berencana membuat sejenis masakan dari daging. Entah apa nama masakan itu. Yang jelas saat ibu membuatnya, saya menawarkan bantuan untuk menghaluskan bumbu dan rempah menggunakan cobek warisan peradaban jaman batu itu. Awalnya ibu menolak bantuan saya karena pada dasarnya ibu memang lebih menyukai bekerja sendiri di dapur, tapi akhir cerita saya dapat meluluhkan hati ibu untuk mengijinkan saya menyentuh cobek dan muntu batu itu.
Mula-mula ibu menuang ketumbar dan lada. Butir-butir lada dan ketumbar itu langsung kegerus dengan muntu batu. Keduanya berbentuk serupa, namun aromanya berbeda; sama kecil namun lada bercitarasa lebih pedas dan menggigit, sementara ketumbar memberi aroma yang khas di indra penciuman. Selanjutnya, ibu memasukkan irisan-irisan lengkuas yang luar biasa keras dan alot untuk kugerus. Bahan yang satu ini memang keras kepala; tidak mau berbaur dengan bahan lain. Perlu usaha yang ekstra keras untuk menghaluskannya. Kemudian menyusul seruas jahe. Jahe yang beraroma sedap dan hangat, serta tak terlalu sulit digerus. Segenggam bawang merah menyusul masuk ke dalam cobek. Warnanya yang merah keungu-unguan sedap dipandang, tapi jangan tanya begitu ia mulai tergerus, uapnya mulai keluar, menyelusup ke mata dan merangsang kelenjar air mata untuk membasahi pipi. Setelah bawang-bawang merah itu tergerus halus, menyusul siung-siung bawang putih. Bawang putih tidak terlalu ‘ngotot’ untuk tergerus dan berbaur dengan bumbu lain, dan aromanya sangat sedap menggugah selera.
Ketika bahan selanjutnya dimasukkan ibu, saya baru sadar kalau kulit di tepi ibu jari kanan saya sudah merah terkelupas karena terlalu semangat menggerus muntu batu itu. Ibu tertawa terbahak-bahak sambil mengucapkan kata-kata ledekan favoritnya untuk saya, ‘Dasar perempuan jadi-jadian.’ Ibu meminta saya untuk berhenti saja menggerus bumbu-bumbu itu karena menurutnya saya tidak tahu menahu soal teknik mengulek yang baik dan benar. Tapi saya berkeras menyelesaikan pekerjaan yang telah saya mulai itu. Sejari kunyit pun kemudian berhasil tergerus. Kunyit yang hanya sejari itu mampu mengubah warna semua rempah yang ada menjadi benar-benar kuning; serupa dengan dia. Setelah itu gurihnya kemiri ikut memberi warna, dan terakhir, sisiran gula jawa dituangkan ibu ke dalam cobek. Warnanya yang merah kecoklatan tampak manis, selegit rasanya.
Akhirnya seluruh bahan berhasil kugerus dengan sukses menjadi sejenis pasta halus berwarna kekuningan. Ibu kemudian membubuhkan garam dan membaluri irisan-irisan daging dengan bumbu yang sudah halus itu, dan memberikan waktu hingga bumbu-bumbu itu meresap ke dalam daging. Tapi sebelum itu saya berkesempatan icip-icip bumbu yang saya gerus itu. Uniknya, meski telah membaur jadi satu rasa masing-masing bumbu tetap ada di sana; mulai dari pedasnya lada hingga manisnya gula jawa. Pertemuan rasa antara bumbu-bumbu itu memberikan sensasi tersendiri di lidah.
Bukankah komunitas ini bisa diibaratkan sebagai cobek dan muntu batu yang menampung berbagai pribadi yang dapat diperumpamakan sebagai bumbu dan rempah itu? Berbagai ‘bahan’ dengan karakteristiknya yang khas berkumpul di sini. Ada yang pedas bak merica, manis bak gula, atau memberi warna yang ceria seperti kunyit. Kesemuanya berbaur lewat sebuah interaksi yang dinamis; kesemuanya punya reaksi masing-masing atas interaksi tersebut. Ada yang berbaur dengan mudahnya bak garam, namun ada pula yang kukuh pada bentuk semula bak lengkuas. Apapun itu, ketika semua bumbu itu sudah berada di dalam cobek, maka ia harus siap digerus alias dibentuk lewat interaksi. Gerusan-gerusan itu lambat laun akan memunculkan esensi masing-masing bahan. Bila tak digerus, mustahil kunyit yang sejari mampu memberi warna pada bahan lain.
Tak dipungkiri dalam proses belajar dan interaksi itu kadang muncul luka. Bahan-bahan yang tergerus itu harus hancur lebih dahulu sebelum dapat mengeluarkan esensi yang terkubur jauh di dalam diri masing-masing. Esensi yang kadang kita sendiri pun tak menyadari keberadaannya. Gerusan-gerusan itu pada akhirnya akan membawa kita pada pemahaman yang lebih dewasa terhadap diri kita dan sesama kita selama kita tak sekedar reaktif dan impulsif tanpa memberikan kesempatan bagi hati, jiwa, dan pikiran untuk mencerna dan berpikir jernih terhadap dinamika yang terjadi. Belajar membaur namun tak kehilangan rasa masing-masing.
Bila komunitas ini adalah cobek dan orang-orang yang bergabung di dalamnya adalah berbagai bumbu dengan cita rasanya masing-masing, lalu siapakah yang berperan menjadi si pemegang muntu? Dengan kata lain, siapakah yang menggerakkan dinamika ini? Adakah itu emosi dan keinginan kita ataukah DIA si empunya hidup? Idealnya, seluruh dinamika yang terjadi tetap berpusat pada satu tujuan, yakni memuliakan DIA; agar kita dapat makin bertumbuh, berakar dan berbuah di dalam DIA. Pertanyaannya, sudah dapat disebut idealkah dinamika yang terjadi saat ini? Suatu pertanyaan yang jawabannya sangat relatif; kembali pada masing-masing pribadi.
Dua hal yang seharusnya menjadi dasar kita berinteraksi dalam keseharian, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dua hal yang tertuang dengan sangat jelas dalam Matius 22:37-40, ”Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Bila kasih menjadi inti dari interaksi yang ideal, lalu kasih yang seperti apakah kasih itu? Sekedar melirik pada I Korintus 13:4-7 yang memaparkan kriteria-kriteria kasih dengan rinci. ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
Mari tetap terbuka untuk ’digerus’, saling bertumbukan dan dijadikan lebih matang lagi dengan penuh rasa kasih pada TUHAN dan sesama. Hingga pada saatnya, kita dapat menyajikan diri kita dengan citarasa sejati untuk kemuliaan-NYA. Terima kasih untuk SS yang telah menjadi cobek batu yang kokoh untuk kita semua.
Aku mengasihimu
GBU
- clara_anita's blog
- 6342 reads
Bumbu Sabdaspace
Wah, benar yah Clara, terkadang ada bumbu yang maunya mencolok sendiri:
"... lalu siapakah yang berperan menjadi si pemegang muntu?"
Nah itu dia, mungkin kita semua warga pasar harus sadar terlebih dahulu sebelum menulis, bahwa kita hanyalah bumbunya, bukan 'muntu'nya ;)
@Rusdy: tukang gado-gado ^ ^
Dear Rusdy,
Masing-masing memang berkewajiban mengeluarkan rasanya....
Hanya saja kalau berusaha saling mematikan rasa yang lain dan menjadi satu-satunya yang mencolok, bisa jadi 'sajian' yang dihasilkan tak karuan rasanya. Seperti tempo hari saya membeli satu porsi gado-gado. Memang sih saya pesan pedas; tapi si penjual membubuhkan terlalu banyak cabai sehingga satu-satunya rasa yang disa dikecap adalah pedas....
Wah nggak nikmat jadinya
Masalah yang pegang munthu? Terakhir sih yang saya tahu ibu penjual lothek depan kantor he.. he... Kalau di sini siapa ya?? wah belum tahu deh... mudah-mudahan ya DIA
GBU
anita
@clara : beda orang marah & pemarah apa ya ?
Dear sister,
mau tanya, apa bedanya orang marah dengan PEMARAH ?
semoga tidak ada bedanya... HAHAHA...
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Dear JF: dikendalikan saja :)
Marah adalah suatu keadaan emosi yang cakupannya terentang dari rasa tersinggung hingga ledakan amarah yang luar biasa (atau sering disebut mengamuk). Saat kita marah biasanya disertai gejala fisik seperti detak jantung yang bertambah cepat, naiknya tekanan darah dan level adrenalin . Lebih rincinya lagi mungkin bisa ditanyakan pada Andryhart dan Antisehat yang memang lebih pakar.
Beberapa ahli berpandangan bahwa marah adalah bagian dari mekanisme pertahanan diri terhadap segala sesuatu yang dianggap mengancam. Intinya, marah adalah suatu hal yang alami; jadi wajarlah kalau sekali dua kali kita marah. Namanya juga manusia. Justru orang yang tidak pernah marah katanya malah tidak sehat lho. Selama kita bisa mengendalikan kemarahan kita justru itu akan membawa dampak positif; baik bagi diri kita maupun bagi objek kemarahan kita. Yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai kita dikendalikan oleh kemarahan (Mungkin ini yang dimaksudkan dengan pemarah). Sebelum itu terjadi kita harus kembali pada kesadaran bahwa kita tak semata budak emosi. Bila harus marah, marahlah; tapi jangan sampai kita hilang kendali. Iya kan?
GBU
anita
cobek batu, muntu dan bumbu
The Way Of Harmony
Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun(roma 14:19)
@messenger : BAGAIMANA DENGAN MARAH ?
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: bisa aja kok ^_^
Dear JF..
Marah juga bisa membangun kok. Apabila ada satu dan lain hal yang bertentangan dengan yang seharusnya marah itu sah-sah saja dan dapat membangun. TUHAN YESUS saja pernah marah. Ini buktinya:
Matius:
21:12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
21:13 dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.
^_^
GBU
uenak tenan
aku jadi lapar neh, masakan jawa wah enak sekali.
sebagai bapak rumahtangga yang baik saya juga kadang berurusan dengan cobek. sebagai hasilnya kadang tangan saya jadi kasar dan bau bumbu.
ada kebahagiaan disana karena ternyata dari urusan uleng-menguleg tersebut saya bisa memberikan kebahagiaan yaitu istri saya gak terlalu banyak bekerja di dapur dan yang kedua semua jadi bahagia.
dari cobek dan rasa sakit ada kebahagiaan, hidup cobek!!!!!!
@rahseto: paling enak....
Dear Pak Seto,
Masakan jawa memang enak pak; Bumbunya komplit. Seperti hidup ya?TInggal cari cara menikmatinya....
Wah Pak Seto memang seorang family man :) Calon Bapak yang baik. Semoga anak-anakmu kelak dan istrimu terus merasa bangga padamu ya Pak.
GBU
anita
Nguleg Sambal - Huleg-huleg
Wehehe .. urusan sama muntu dan l'emp'er (kalo ditempatku namanya itu), atau huleg-huleg, pernah lah, malah jagonya. Dari keluargaku selain ibu yang bisa nyambal cuma aku, cabe dan ulegkan bumbu bisa halus hanya dengan huleg-huleg di tanganku.
Yah, itulah kelebihan SS, uenak ngeblog disini dengan orang-orangnya yang bermacam-macam karakter dan pengetahuan.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
@ari: nyambel.... enak ^_^
Wah ternyata Bapak yang satu ini pendukung emansipasi wanita...
Bersedia masuk dapur :) Kapan-kapan boleh tuh mas icip-icip sambal terasinya :)
Bagaimana dengan 'sambal' di SS? Pedes-pedes dan enak juga nggak ya?
^_^
GBU
Pria Dolan ke Dapur
Lho .. pria dolan ke dapur kan gpp, itung-itung meringankan pekerjaan istri. Ntar kapan2 deh tak masuk dapurmu :p
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
@clara : mau tiap hari ?
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: sambel puedess......
@clara : Titik-Titiknya...
Menurut clara bagaimana caranya supaya bisa makan sambal ari thok tiap hari ?
1.............
2............
3............
silahkan isi berbagai kemungkinan jawabannya, nanti saya pilih apa yang ada di otak saya.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: sorry baru jawab....
1. Mas ari diminta ganti profesi jadi penjual nasi kucing
2. Mas ari bikin diminta kerja di pabrik sambel
3. ehm.... gak kepikiran nih (ada ide.....???)
he.. he...
GBU
anita
Ari bisa nguleg?? sini sini..
hayo ari.. mau dimarahi ya..
bisa nyambal? kok nggak pernah cerita kalo cerita khan kamu tak bawa kerumahku wat bikin sambel. itung-itung aku pecinta sambel.. hehehe... apalagi kalo sekalian.... mmmm.. apa yah tadi mau ngomong?? nggak usah lah.. hehehe.. C U..
-anak kecil berbicara, didengarkah?-
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
Kapan Ketemu Raissa?
Duh, kapan ketemu ya sama Raissa ya? Wah, cewek hot neh karena suka sambal, pedes panas jika kebanyakan ... sambal Mau ngomong apa to?
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
nggak jadii.. nevermind...
lupakan saja ari thok.. gak pentingg... ntar geer.. mending gak usah...
-anak kecil berbicara, didengarkah?-
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
PANAS-PANAS
Hanya dalam kondisi panaslah besi dapat dirubah seturut ahli pembuat bahan-bahan dari besi alian PANDE BESI. Karena adalah manusia bodoh yang membentuk besi dalam kondisi dingin......yach ..bisa sih tapi paling di bengkokkan, di patahkan, atau digergaji hehehehehehe .....TATAPI dengan besi yang dipanaskan kita akan dapat material yang dapat dibentuk apapun juga.
AMSA 27 : 17
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
sambel jadi-jadian
Saya doyan sambel, tapi saya tidak punya cobek & ulekan. Jadi untuk membuat sambel--saat masak mi instan atau masak air utk bikin kopi menggunakan panci listrik--saya taruh cabe, bawang merah, bawang putih, tomat, di atas kukusannya. Setelah sekian lama terkukus, bahan-bahan ini jadi lembut dan mudah dihancurkan dengan cara ditaruh di mangkuk dan diulek dengan sendok. (foto menyusul, kalo sudah tau cara masukin foto di komentar)
*banyak tulisan lama yang menarik, saya tak tahan untuk tidak berkomentar*