Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

(Bukan) Miss Andaikata (lagi)

Priska's picture

Setiap hari ketika berangkat kerja, aku pasti melewati banyak persimpangan jalan yang boleh dibilang cukup macet. Ada yang berupa simpang tiga, simpang empat bahkan ada yang sampai simpang tujuh. Sehingga ketika aku kena lampu merah dan diharuskan untuk berhenti, wedew... itu akan memakan waktu yang sedikit lama untuk menunggu lampu berganti menjadi hijau.

Di setiap persimpangan yang ada, aku harus benar dalam mengambil arah atau jalan yang akan aku ambil untuk sampai ke kantor atau minimal memperpendek jarak yang harus aku tempuh. Karena tidak semua jalan yang ada di setiap persimpangan itu, dapat memperpendek jalanku untuk sampai ke kantor (apalagi kalau sudah diburu waktu). Bahkan ada beberapa persimpangan yang jika aku ambil, tidak akan pernah membawaku sampai di kantor. Belum lagi dibumbui kemacetan jalan tiap pagi dan "rob" yang seringkali muncul disana sini. he he he Cool

Hal-hal di atas aku mengerti setelah aku mencoba melewati setiap jalan yang ada di setiap persimpangan, meski bukan sengaja untuk mengetahui jalan itu, tapi dengan sendirinya aku bisa mengerti seiring berjalannya waktu. Semakin lama aku ada di Semarang, semakin aku mengerti pula jalan-jalan di kota "banjir" ini.

Ha ha ha... beberapa waktu terakhir ini, Tuhan juga membawaku ke persimpangan- persimpangan jalan yang aku sendiri teramat bingung untuk memilihnya. Jalan mana yang seharusnya aku ambil supaya aku sampai di tempat tujuanku dan tidak harus berputar putar selama beberapa waktu lamanya di padang gurun seperti bangsa Israel dahulu ketika hendak memasuki tanah perjanjian. Beberapa kali aku bergumul, meminta tanda, tapi... ha ha ha... ternyata banyak kali aku terlalu memainkan perasaanku dan emosiku sehingga banyak dari tanda-tanda yang aku minta itu, hampir menjadikan aku sebagai seorang "Miss Andaikata" (Ko hai hai, aku pinjam istilahnya, maaf tanpa ijin dulu Laughing).

Setelah pengalaman Go Ban + Iman = S.Pd, Tuhan kembali uji nyaliku. Kalau dulu hanya Solo ke Semarang dengan modal 50 ribu, kali ini Tuhan tantang aku untuk berangkat ke Jerman. Wedew... suatu negeri yang aku belum pernah menjamah dan belum pernah melihatnya sama sekali. Benar-benar suatu uji nyali dan iman, bahkan awalnya aku hanya beranggapan itu hanya suara hatiku saja.

Berawal dari suatu meeting dengan konsultan pendidikan Jerman yang aku hadiri dengan bermalas-malasan dan berngantuk-ngantukan Tongue out, ternyata Tuhan buat suatu kejutan luar biasa disitu. Tiba-tiba aja perusahaan konsultan Jerman tersebut, menawariku untuk bergabung dengan mereka. Wedew... how come??? Kenapa aku yang dipilih??? Padahal menurutku, aku tu peserta yang paling tidak berminat untuk mengikuti meeting tersebut. Karena meeting itu diadakan jam 1-3 siang, dalam keadaan aku belum sempat makan siang. Jadi ya... bener-bener ngantuk sambil nahan laperrr yang wow... Yell

Beberapa tahapan test yang ada, aku ikuti. Itu pun aku ikuti berdasarkan perintah si boss yang memaksaku untuk ikut. Padahal aku sendiri tidak berminat sama sekali. Tapi entah kenapa, dari semua test yang ada... aku lolos dengan nilai baik. Dan mereka memberiku kesempatan untuk study di Jerman selama 2 tahun, kemudian harus dilanjutkan bekerja dengan mereka di Jerman selama 10 tahun berikutnya. 

Aku tidak pernah menduga dan mengira kalau aku bakalan diterima, jadi aku pun tidak pernah mendoakan hal ini, bahkan tidak aku bicarakan dengan Tuhan sama sekali. Aku hanya berfikir...  ah, sekedar nurutin maunya si boss. Toh juga ndak bakalan aku isa diterima, karena dari seluruh Indonesia hanya akan diambil 2 orang saja untuk diberangkatkan ke Jerman. Dan aku sendiri pun tidak pernah berniatan untuk kerja atau belajar sampai di negeri Hitler itu.

Tapi ketika diumumkan bahwa aku diterima, dan hanya diberi waktu 1 bulan untuk memutuskan apakah aku akan mengambil tawaran itu atau tidak... wedew... otakku mulai berputar kencang, hati dan emosi ku mulai tidak stabil. Dan akhirnya... mau tidak mau, aku bawa ini dalam doaku. Setelah 1 minggu aku doakan, ternyata aku tidak diberi jawaban apa-apa dari Tuhan. Entah aku yang tidak bisa mendengar atau kurang peka dengan jawaban dari Tuhan atau kah Tuhan yang memang sedang diam... aku kurang tau pasti. Yang jelas, aku tidak mengerti apa yang aku lakukan.

Memasuki minggu kedua, aku mulai minta tanda sama Tuhan karena aku merasa tidak bisa peka dengan jawaban Tuhan. Aku meminta 3 tanda. Aku akan berangkat ke Jerman kalau: (1) Mamiku mengiyakan, (2) Pacarku mengiyakan, (3) Pelayanan ku di gereja telah selesai. Tanda yang seakan-akan logis banget secara akal pikiranku. Ketika mendekati batas waktu pengambilan keputusan, ternyata tidak semua tanda itu tergenapi. Lalu aku menyimpulkan kalau aku tidak akan berangkat ke Jerman. 

Sampai pada akhirnya, batas waktu 1 bulan yang ditetapkan sudah lewat. Sehari sesudahnya, iseng-iseng aku coba online di YM. Dan tanpa sengaja ketemu dengan Ko hai hai (one of the best provokator di Sabda Cool). Kami share mengenai pembatalanku pergi ke Jerman. Dan aku masih ingat Ko hai hai sempat memaki ku: Oncom!! (sesaat setelah aku bercerita mengenai tanda-tanda yang aku minta itu). Kemudian dilanjutkan dengan wejangan yang begitu panjang. Salah satu wejangannya adalah: Jangan hanya jadi "Miss Andaikata!!"

Memang bener jugha sih, tanda-tanda yang aku minta itu adalah tanda yang sebenarnya sudah pasti jawabannya bahwa itu tidak akan mungkin terjadi. Aku hanya mencoba mencari titik aman kehidupanku. Aku mulai jadi seorang pecundang yang tidak berani melangkah pasti dengan Yesus. Akhirnya... meski pun sudah terlambat, aku masukin surat persetujuan untuk dikirim ke Jerman.

Wedew... tanpa kuduga dan tanpa dinyana, ternyata aku salah hitung waktu 1 bulan itu. Bulan Januari setelah libur Tahun Baru Islam (ada cuti bersama), ternyata tidak dihitung sebagai hari kerja, sehingga kesempatan itu masih terbuka 1 hari. Di hari terakhir aku masukin surat persetujuan ku itu. Perasaan ku sudah tidak menentu, tapi aku tidak mau lagi jadi Miss Andaikata. Berandai-andai Tuhan akan buat mukjizat tanpa aku mau melangkah. Aku sudah melangkah, aku sudah setuju untuk berangkat ke Jerman, kalau memang Tuhan ijinkan, pasti aku akan berangkat. Kalau pun tidak, aku pasti tidak akan berangkat.

Email konfirmasi keberangkatan ke Jerman, aku terima dalam jangka waktu 3 hari. Aku diberi waktu 1 minggu untuk melengkapi semua dokumen yang diperlukan untuk keberangkatan. Meski pun di hati kecil ku yang paling dalam, aku masih bimbang dan sedikit ragu untuk melangkah. Aku sangat ragu untuk ninggalin keluargaku di Solo yang nota bene mereka semua belum kenal Yesus, dan hanya aku satu-satunya orang yang kenal Yesus. But thanks a lot ya Ko hai hai, sudah meyakinkan ku untuk tidak menjadi seorang pahlawan kesiangan bagi mereka.

Dengan bersegera aku mengurus passport dan semua dokumen yang diperlukan. Karena masa karantina di Jakarta selama 6 bulan akan dimulai 1 minggu lagi, dan aku sudah harus melengkapi semua dokumen yang ada. Dalam waktu 3 hari, semua sudah selesai diurus, hanya tinggal menunggu passport dari imigrasi.  Selama menjalani pemrosesan dokumen itu, aku berusaha meyakinkan diriku bahwa kehendak Tuhan lah yang terbaik. Meski pada awalnya aku minta Tuhan untuk memaksakan supaya itu jadi di hidupku... tapi pada akhirnya (sembari mengurus dokumen-dokumen yang ada), entah angin dari mana... hati ku bisa dengan rela menerima hal itu.

Proses pengurusan passport memakan waktu 1 minggu. Tepat di hari yang telah ditentukan oleh pihak imigrasi, aku datang ke kantor dengan maksud untuk mengambil passport ku. Karena tinggal 2 hari lagi aku harus berangkat ke Jakarta untuk mengikuti karantina selama 6 bulan. Tapi lagi-lagi Tuhan buat kejutan yang membuatku cukup shock. Passport ku di imigrasi tidak bisa ditemukan. Hilang...

What..?!?!?!? How come...?!?!?!?!? That's must be a joke..?!?!?!?!?

Cuma itu yang saat itu ada di pikiranku. Karena selama aku mengurus passport siswa yang akan berangkat sekolah ke luar negeri, semuanya selalu berjalan lancar dan normal. Bagaimana mungkin passport ku bisa tidak ditemukan. Setelah seharian mencari dan tetap tidak ditemukan, akhirnya aku pulang karena sudah merasa cukup capek dengan uring-uringan dan birokrasi yang sedikit rumit di imigrasi. Pihak imigrasi berjanji akan menghubungi aku secepatnya jika sudah ditemukan. Aku pun memberi penjelasan kalau passport ku harus ada dalam jangka waktu 2 hari karena aku harus berangkat Jakarta dengan membawa passport itu. Pihak imigrasi hanya manggut-manggut mendengar penjelasan ku itu.

Selama 2 hari itu, entah berapa banyak kali aku menelpon pihak imigrasi untuk menanyakan perihal passport ku. Bahkan aku sempat berkata juga: Aku mau bayar lebih untuk passport ku bisa jadi dalam jangka waktu 1 hari. Semua baju dan perlengkapan untuk ke Jakarta dan Jerman sudah aku siapkan. Semua sudah tertata rapi dalam 2 koper besar yang baru saja aku beli di mall. Aku persiapkan segala sesuatunya dengan mantap supaya tidak akan kesusahan sendiri di kemudian hari.

Tapi 2 hari sudah berlalu, dan passport ku juga tidak kunjung berkabar. Akhirnya aku berusaha menghubungi pihak perusahaan konsultan Jerman supaya menangguhkan kelengkapan dokumen ku (khusus untuk passport), tetapi aku dapat mengikuti karantina yang ada. Bahkan boss ku yang pada akhirnya bernegosiasi langsung dengan mereka. Tetapi mereka menjawab: TIDAK!!! Ketika mengikuti training semua dokumen harus lengkap, atau kami panggil orang lain. Wedew.... Cry

Mendengar jawaban itu, hati ku hancur, aku menangis. Karena memang sampai detik terakhir aku harus ada di Jakarta, pass port ku belum ada. Dan aku hanya bertanya-tanya dalam hati... Koq gini sih Tuhan??? Awalnya aku mau tidak berangkat... tapi Tuhan paksa aku untuk berangkat. Ketika aku sudah mengiyakan, tiba-tiba Tuhan ubah rencana dengan menggagalkan keberangkatanku. Maksudnya apa Tuhan????

Beberapa hari, pertanyaan-pertanyaan itu seringkali muncul di otak ku. Belum lagi harus menanggung rasa malu dikarenakan aku sudah terlanjur berpamitan dengan semua keluarga dan teman-teman bahwa aku akan berangkat ke Jerman. Eh eh... ternyata malahan ndak jadi gara-gara passport nya entah ada dimana... Frown. Ha ha ha... kalau dipikir-pikir, Tuhan itu lucu juga ya. Untuk sekedar menguji hatiku... aku diijinkan melewati ini semua. 

Tapi bersyukur juga sih, ndak jadi training 6 bulan di Jakarta, karena pasti bakalan kena banji, he he he Laughing. Aku percaya bahwa ini yang terbaik dari Tuhan yang direncanakan. Melalui ini semua, aku jadi paham dan mengerti dengan cara bagaimana Tuhan bekerja. Dan pelajaran berharga yang aku petik adalah: Aku bukan hanya sekedar "Miss Andaikata" lagi... Smile

__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"

xaris's picture

Keluarga sendiri

Adik manis,

Apanya yang ngga berbobot? Apa perlu kiloannya begini-begitu waktu berkisah sama keluarga sendiri? Kalau merasa ceritanya "aneh", well, ini keluarga yang "aneh" juga lagi. Jadi ngga ada yang perlu dirasa "aneh" Cool. Lagipula Tuhan memang suka terasa "aneh" seperti ane nih, mpok nyang aneh buat ente = D

Priska's picture

Aku baru sadar...

he he he... soalnya merasa kesindir aja sama beberapa blog akhir-akhir ini koq Cik. Jadi merasa gimana gitu... waktu meh nulis laghee. Meh ngasih koment... juga rasane otak ini kagak nyampe. ha ha ha... 

__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"

NoSID's picture

Wedew

ha..ha..ha. Wedew!3x Priska bisa aza kalo cerita Shallom4Ever
Priska's picture

Wah... wedew...

Wedew... emang sang Sutradara ku tu pinter bgt bro kalo bikin cerita. Sampe aku nya harus jungkir balik ngikutin alur ceritane. he he he

Tapi bersyukur banget sih, dah ndak jadi Miss Andaikata, karena udah jalani semua.

Kalau dulu, 50 rb + Iman = S.Pd

Kemaren ditantang S.Pd + Iman = Jerman

Tapi, ternyata ada rencana lain di Indonesia ni. ha ha ha 

__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"

xaris's picture

Priska: Untung bukan Ms Andaikata

Priska,

Baru masuk Sabda ketemu berita kecelakaan motor kamu. Yang terpikir, untung dia bukan lagi Miss Andaikata. Kalau dia masih Miss Andaikata, yang dilakukan pasti berandai2 terus apakah kira2 kecelakaan tadi pagi akan terjadi andaikata saja dia begini dan begitu.

Karena bukan lagi Miss Andaikata, aku yakin adik manis yang satu ini ngga akan memikirkan yang sudah lewat itu. Dia pasti sudah ambil pelajarannya dan terus bergerak maju. Misalnya, mungkin dia sekarang lagi memikirkan tantangan Ari Thok tentang hari Valentine sekaligus mencari cara terbaik meng-kick Ari Thok yang pengupil teriak pengupil, kemudian memikirkan cara terbaik mengupil sehingga tidak mempermalukan diri sendiri dan merugikan orang2 di sekitarnya.

Yah... begitulah Priska yang aku kenal, mungil tapi kuat, serius tapi lincah, diam tapi berani dan bukan hanya dalam soal upil-mengupil ini, tapi dalam banyak hal lainnya. Semoga ada banyak pelajaran berharga yang bisa kamu dapat selama proses penyembuhan ini yah... Pelajaran yang akan mengubah kamu semakin menjadi mempelai yang sempurna buat Kristus nanti.

N.B. Saran aja nih, aku pikir upil itu kurang cantik keliatannya kalau jadi dekorasi gips lho... Mudah2an kamu ngga berpikir sampai kesana adik manis = ) 

 

Priska's picture

He he he bisa aja Ci Xaris

Thanks a lot ya Ci... buat dukungannya.. :)) That's mean a lot to me Smile

Karena, sekarang ini, aku sendirian di kost. Temen2 kost pada pulang semua, dan aku sudah harus masuk kerja karena semua temen kantor berangkat ke Singapore. Aku harus jaga kantor Laughing.

Meskipun jalan masih harus pake tongkat dan muka'e penuh perban kaya mumi... Embarassed

Tapi, banyak pelajaran yang aku dapet koq Ci, dari semua kejadian ini...  Bentar laghee deh, aku tulisin di blog... :)

__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"