Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Buah Mulut (Gosip) - 3
Oleh: John Adisubrata
KEBAKTIAN KEBANGUNAN GOSIP ROHANI?
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: …, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, …” (Galatia 5:19-20)
Suatu seri malam Kebaktian Kebangunan Rohani yang diadakan di kota Brisbane, Australia pada tahun 1998, telah menampilkan seorang penginjil wanita yang datang dari Indonesia untuk memimpin dan mengisi acara KKR tersebut.
Selama tiga malam berturut-turut, ia berkhotbah panjang sekali, rata-rata tiga jam semalam (bahkan lebih), tanpa mutu-mutu alkitabiah yang dapat meningkatkan kehidupan rohani para jemaat yang hadir di situ.
Khotbahnya yang bersifat kasar, sombong dan agresif sekali, berkisar terus sekitar pengalaman hidupnya dengan fokus tekanan pada kehebatan dirinya sendiri, asal-usul dan status kehidupannya dahulu, dan ‘kedahsyatan’ pelayanannya yang bertaraf seperti ‘international celebrity’ di dunia. Semuanya itu diselingi olehnya dengan beberapa ungkapan-ungkapan tentang kehidupan orang-orang lain yang dikenal masyarakat, bahkan tentang hamba-hamba Tuhan di Indonesia, di Australia, dan mereka yang sudah dikenal dunia melalui acara TV Kristen, lengkap dengan menyebutkan nama mereka masing-masing secara detil sekali.
Memang tema di dalam khotbah mengenai orang-orang lain yang disampaikan olehnya sebagai ‘firman’ kepada jemaat, tidak semuanya berbau negatif. Tetapi sebagian besar dari tema gosip itu merangkum pencercaan terhadap hamba-hamba Tuhan lainnya, serta mempermalukan mereka di depan para pengunjung. Sasaran utamanya adalah mereka yang dikenal oleh jemaat yang mengikuti acara KKR tersebut.
Oleh karena itu, jika kita meninjau isi penyajiannya, bukan merupakan sesuatu hal yang mengherankan, bahwa kemampuan untuk berkhotbah panjang yang sangat dibangga-banggakan olehnya (menurut dia, kadang-kadang sampai lima jam non-stop!) juga dibuktikan olehnya sendiri sepanjang malam-malam KKR di sana.
Mungkin (catatan: hanya mungkin saja!) fitnahan dan cercaan mengenai mereka yang dilontarkan olehnya kepada jemaat di malam-malam Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut mempunyai sebercak kebenaran. Tetapi apakah seharusnya mimbar Tuhan dipergunakan sebagai bandar pelontaran racun-racun gunjing yang akan diterima, dan dianggap oleh jemaat yang belum cukup dewasa imannya, sebagai firman kebenaran yang dapat meningkatkan kehidupan rohani mereka? Amsal 18:8 mengatakan: “Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.”
Yang pasti, saya berani menjamin, Tuhan tidak pernah mendukung ‘firman’ yang jelas sekali akan memecah-belahkan kesejahteraan hidup gereja-Nya.
KKR tersebut pada akhirnya bukan membangun standar kehidupan rohani jemaat gereja itu, atau para pengunjung yang khusus datang untuk mengikutinya, tetapi malah menimbulkan kekecewaan, kemarahan dan sakit hati di antara orang-orang yang hadir di sana. Sekelompok jemaat menyangka dan menuduh, bahwa kelompok tertentu lainnya sudah mengkhianati mereka, dengan menyampaikan fitnahan-fitnahan berbentuk gosip kepada penginjil tersebut, yang kemudian dipergunakan olehnya sebagai bahan pembicaraan, dibawa-bawa di dalam acara KKR bertamengkan firman, untuk menegur dan mempermalukan mereka.
Setelah kepergiannya dari kota Brisbane, terjadilah perpecahan yang cukup besar dan berarti di antara kelompok-kelompok orang Kristen yang sudah lahir baru. Bahkan roh pemecah yang menyebabkan huru-hara yang mirip seperti itu juga telah diwariskan dan ditinggalkan oleh penginjil wanita tersebut di kota Sydney.
Apakah sebenarnya guna acara seri malam Kebaktian Kebangunan Rohani, jika setelah tiga hari berlalu, bukan iman orang-orang kristiani yang dibangun dan dikuatkan? Siapakah di antara orang-orang yang belum dimenangkan jiwanya akan tertarik kepada kekristenan, jika mendengarkan presentasi yang kasar, agresif, tanpa kasih, penuh dengan kesombongan dan kekurang-ajaran, serta gosip-gosip yang jahat selama tiga malam berturut-turut?
Tidaklah mengherankan, jika jumlah para pengunjung KKR menyusut secara drastis pada malam kedua, … apalagi malam yang ketiga!
Roh Kudus … yang katanya, menjadi andalan dirinya sepanjang malam-malam KKR tersebut, TENTU TIDAK AKAN mengambil bagian di dalam penyajian ‘khotbah-khotbah’ yang telah disampaikan olehnya di sana. Sebab firman Tuhan jelas mengatakan, bahwa Allah membenci tindakan orang-orang yang gemar mengadu-dombakan umat-umat-Nya.
“Mereka adalah pemecah-belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus.” (Yudas 1:19)
(Bersambung)
BUAH MULUT (GOSIP) - 4
KANIBAL-KANIBAL KRISTIANI
- John Adisubrata's blog
- 6940 reads
Yup, tanpa hari tanpa gosippp
Salam,
Membaca tulisan Anda memang cukup menarik. Sepertinya saya pernah ketemu dengan Ibu Pengkhotbah itu. Sepertinya sudah menjadi kecenderungan kita untuk MENILAI orang lain, terlepas dari apakah penilaian itu penilaian buruk atau baik. Penilaian yang buruk pun bisa berjenjang, dari yang sekedar sebagai wacana, contoh, kritikan, kecaman, sampai makian (moga aja jangan sampai ada dendam) :D
Maaf, kalau yang Anda sampaikan, menurut saya juga merupakai penilaian negatif terhadap ibu pengkhotbah itu, sama seperti yang dilakukan oleh ibu itu terhadap hamba-hamba Tuhan lainnya. Mungkin juga, mengarah ke GOSIP. Terus terang, saya nggak membela ibu pengkotbah itu, apalagi saya nggak terlalu kenal, dan saya juga bukan fans-nya :) Saya nggak menentang tulisan Anda, sekedar ingin berkomentar aja (biar komunitas ini lebih ramai, kan?).
Tapi menurut saya, kitapun perlu bersikap dewasa dalam menerima segala sesuatu. Kadang yang nggak mengenakkan (contohnya kotbah ibu itu), kalau kita renungkan dengan tenang, bisa menjadi sarana untuk lebih mendewasakan umat Tuhan. Juga untuk menguji, apakah umat Tuhan sudah dewasa dan mampu memilah-milah mana yang baik, benar dan berguna, tanpa harus mencari pembenaran dari ayat2 suci. Ada yang bilang, kalau perpecahan adalah bukti ketidakdewasaan umat, dan kadang kedewasaan itu harus diuji dengan tantangan yang cukup berat.
Maju terus umat Tuhan!
Just as i am,
kurnia
Just as i am,
kurnia
Buah Mulut (Gosip) - 3
Terima kasih atas komentar Anda.
Ketika nabi Natan pergi menemui raja Daud untuk menegurnya (2 Samuel 12:1-14), ia mengisahkan 'sebuah kiasan' sebagai ilustrasi tanpa menyebutkan nama-nama orang kepadanya. Karena sebagai utusan Tuhan, ia tahu bahwa hanya Roh Kudus saja yang bisa membuka 'mata' hati nurani raja Daud secara pribadi, dan yang akan membuat dirinya bertobat.
Meskipun kasus yang saya kemukakan di sini, sebagai tanggapan atas komentar Anda, tidak sama dengan kisah yang tertulis di dalam kitab Perjanjian Lama tersebut, intinya sebenarnya serupa sekali.
Ilustrasi sangat dibutuhkan di dalam penyampaian sebuah artikel, penyajian, renungan atau khotbah. Dan ... selama nama-nama orang tidak dicantumkan atau disebut secara detil di dalamnya, kasus seperti itu bukanlah kasus 'gosip'.
Karena hanya Roh Kudus saja yang akan membuat 'imajinasi' pikiran kita bekerja melaluinya, sesuai dengan teguran-teguran-Nya terhadap HATI dan DIRI KITA masing-masing. Ilustrasi diberikan bukan untuk memojokkan orang-orang tertentu, tetapi untuk MENGINGATKAN DIRI KITA SENDIRI, ... apakah kita bisa belajar melalui penyampaian ilustrasi tersebut.
Dan juga ... belum tentu orang yang ada di dalam pikiran Anda ketika membaca artikel tersebut adalah orang di dalam ilustrasi yang sungguh terjadi, yang saya pergunakan sebagai contoh tema pembahasan, karena saya tidak pernah mencantumkan namanya di sana.
Kendatipun demikian, saya tidak mau menyangkal kemungkinan, bahwa dugaan Anda itu jitu adanya.
Memang benar akhir-akhir ini 'perpecahan' gereja Tuhan terjadi di mana-mana, ... di seluruh dunia. Peristiwa seperti itu, mau-tidak-mau, akan selalu mengakibatkan nama Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak dipermuliakan saja. Terutama jika semua itu diawasi oleh orang-orang yang masih belum diselamatkan hidupnya.
Apakah kita sebagai pengikut-pengikut Kristus selayaknya menerima perpecahan-perpecahan di dalam tubuh-Nya sebagai sesuatu hal yang lumrah, ... yang harus terjadi, jika hal itu disebabkan oleh karena KEJAHATAN lidah/mulut seorang 'HAMBA' Tuhan, siapapun juga orangnya? Apakah kita seharusnya berdiam diri saja, seolah-olah dengan kata lain, ... kita merestuinya?
Biarlah melalui pertanyaan-pertanyaan ini ... sekali lagi Roh Kudus saja yang membuka mata hati nurani kita masing-masing ... untuk menegurnya! Haleluya!
Syalom,
John Adisubrata