Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

"Berdosa nggak Pak, kalau wanita yang di atas?"

ebed_adonai's picture

 

Ya, judul di atas adalah salah satu dari tiga buah kalimat menarik seputar masalah seks, yang saya dapatkan dari orang-orang Kristen yang pernah saya temui dalam perjalanan pelayanan saya. Berikut adalah petikan dari ketiga kalimat tersebut, yang akan saya jelaskan satu-persatu:
1.“Berdosa nggak Pak, kalau wanita yang di atas?”
     Pengalaman ini saya dapatkan semasa saya menjalani KKN dulu di sebuah gereja. Pada waktu itu, kebetulan ada dua orang jemaat yang akan melangsungkan pernikahan, dan saya beserta Bapak Pendeta mentor saya sedang berada dalam salah satu sesi pastoral pra-nikah dengan kedua jemaat tersebut. Kebetulan pada saat itu adalah sesi mengenai seks. Di akhir sesi, ada satu pertanyaan (yang mengagetkan) yang dilontarkan oleh calon mempelai wanita, sehingga saya dan mentor saya (kami berdua sudah berkeluarga) menahan rasa geli dalam hati mendengar pertanyaannya. Pertanyaan sang calon mempelai wanita inilah yang saya angkat dalam poin no. 1 ini. Yang mengejutkan, pertanyaan tersebut bukan dilontarkan oleh seorang gadis lugu yang berusia belasan tahun, namun justru keluar dari seseorang yang sudah cukup matang usianya, sudah bekerja, dan bertitel pula.
2.“Saya terpaksa selingkuh karena istri saya seperti ‘sapi mati’ di ranjang.”
Kalau kalimat yang ke-dua ini saya dapatkan dari dosen saya dalam sebuah kesempatan diskusi dengan beliau, dimana beliau menceritakan pengalamannya dalam pelayanan konseling dengan seorang jemaat di gereja tempatnya melayani, yang sedang ribut besar dengan istrinya karena ketahuan berselingkuh. Sang bapak tersebut (menurut cerita dosen saya itu) mengatakan bahwa ia sebenarnya terpaksa berselingkuh, karena (menurutnya) istrinya seperti tidak bergairah dalam berhubungan seks dengannya, pasif, pasrah, mau diapain juga diam aja, pokoknya nggak responsif (buset dah, ngegas mobil kali, pikir saya waktu itu), yang dijelaskannya dengan istilah seperti ‘sapi mati.’ Apapun yang dilakukan sang bapak untuk membangkitkan suasana erotis dengan sang istri selalu diitolak, dengan alasan malu. Padahal mereka berdua benar-benar saling mencintai, bukan dinikahkan secara paksa, yang memang sering berakibat dinginnya seseorang dalam berhubungan seks dengan pasangannya.
3.“Pak XYZ hati-hati ikut kebaktian itu, ntar kalau sudah ditengking roh-roh jahatnya, jadi ‘nggak bisa’ lho sama istrinya, ha..ha..ha..”
Nah, kalau kalimat yang satu ini tidak saya dapatkan dalam pengalaman pelayanan di gereja, melainkan dari seorang rekan mahasiswi seangkatan yang lebih muda, baru tamat SMA langsung kuliah, masih singel, lumayan cantik,.. tinggi semampai,.. (wah,..wah,..kok jadi ngelantur, maaf pembaca, agak ‘terbawa’ perasaan nih, hi3x). Pernyataan itu dilantarkannya tatkala kami sedang makan siang bersama di asrama kampus, ketika ia mendengar saya akan mengikuti kebaktian kharismatik yang diadakan oleh komunitas kharismatik di fakultas saya. Hampir saya tersedak mendengar ucapannya saat itu, yang terdengar begitu polos.
 
Pembaca yang budiman, apa yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah, betapa dalam kemajuan dunia modern saat ini, dimana hampir segala sesuatu begitu mudah untuk diakses, dipelajari, masih saja ada orang-orang Kristen yang berpikiran primitif dalam hal seks. Memang ini bukan didapat dari hasil penelitian ilmiah, dan hanya dari pengalaman saya pribadi saja. Namun yang jelas hal ini nyata, pernah terjadi, dan karena itu bukan tidak mungkin, terjadi juga di tempat-tempat lain. Bagaimana dengan pembaca masing-masing, pernahkan mendengar hal-hal konyol seperti pengalaman saya di atas di lingkungan pelayanan anda?
 
Pendidikan seks memang selayaknya diajarkan sejak dini (dimulai dengan hal yang paling sederhana tentunya), apakah itu dari lingkungan keluarga, institusi pendidikan, dan gereja (untuk pembahasan yang mendalam mengenai pendidikan seks di gereja ini, pembaca bisa menelusurinya dari berbagai karya penulis lain di blog ini). Gereja, menurut hemat penulis adalah gerbang terakhir pendidikan seks (melalui pastoral pra-nikah), sebelum dua sejoli Kristen melangsungkan pernikahan. Dan layaknya gerbang terakhir, apa-apa saja yang mungkin terlewatkan pastoral pra-nikah, mungkin akan menjadi masalah besar di kemudian hari, seperti pada contoh-contoh kasus di atas (poin no. 3 berpotensi untuk menjadi masalah).
 
Pada ketiga kasus di atas, saya melihat adanya indikasi pengaruh budaya Timur Kuno yang umumnya memandang seks sebagai hal yang tabu (atau bahkan jahat), dan melulu sebagai sarana untuk prokreasi (berkembang biak) saja. Dan wanita dalam budaya seperti itu umumnya juga dilihat sebagai pihak yang pasif dalam interaksi seksual, dan berfungsi terutama hanya sebagai child bearer, yang melahirkan keturunan saja. Anda juga bisa melihat tentang hal itu di sini dan di sini. Hal ini bisa kita cermati dari pertanyaan sang calon mempelai wanita, karakter istri sang bapak yang berselingkuh, dan pernyataan rekan saya tadi. Tidak heran kalau Kaum Essen (komunitas keagamaan Yahudi yang hidup mengasingkan diri di padang gurun dan menjalankan pola hidup asketisme) dulu sangat mengharamkan hubungan seks, bahkan nafsu seks dipandang sebagai “api dosa”. Dan kalaupun boleh (bagi sekte-sekte Essen tertentu), benar-benar hanya untuk menghasilkan keturunan saja, dan tidak disertai dengan pemuasan hasrat seks. Anda merasa kaget? Jangan anggap saya salah tulis pembaca, walau seks tanpa nafsu kedengarannya mustahil (lalu bagaimana bisa,…hi3x), tetapi memang begitulah adanya ideologi mereka (dan saya tidak pernah tahu hal itu berhasil atau tidak).
 
Dari sudut pandang Alkitab sendiri, memang banyak silang pendapat para teolog mengenai hakekat seks dalam ayat-ayat yang terkait dengan itu (seperti Yes 57:3-5; 1 Kor 7:1-9; Rom 13:13; dll), yang akan terlalu panjang untuk dibahas tersendiri di sini. Namun kita hendaknya jangan lupa, bahwa sedari awal, bahkan dari era Adam dan Hawa, ada nada-nada bahwa hubungan sekspun juga bisa dipandang sabagai sarana rekreasi (termasuk bagi wanita), yaitu dalam Kej 3:16. Jadi, kalau sebenarnya secara alkitabiahpun seks juga bisa dilihat sebagai rekreasi (Kej 3:16) selain prokreasi (Kej 1:28), permasalahan-permasalahan seperti di atas seharusnya tidak perlu terjadi, dan kitapun bisa lebih bebas mengupas hal-hal yang berkaitan dengan seks bukan? Baiklah, memang banyak faktor yang mempengaruhi pengertian seseorang tentang seks, dan banyak juga faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan seks. Namun paling tidak jelas juga, dari pengalaman saya di atas, kalau pemahaman kuno mengenai seks sebagai hal yang tabu, jahat, hak dominan kaum pria, dan hanya untuk menghasilkan keturunan saja, masih banyak menghinggapi orang-orang Kristen sekarang ini.
 
Karena itu pula, untuk mengantisipasi kasus-kasus seperti di atas, tidak ada salahnya bagi hamba-hamba Tuhan, di tengah-tengah pergumulan dunia pastoral (yang seringkali menuntut seorang pendeta untuk menjadi yang serba-bisa), khususnya pastoral pra-nikah, untuk menjadi sedikit seperti Dr. Boyke atau Dr. Naek L. Tobing (dan tidak melulu berbicara mengenai hal-hal yang umum saja, seperti KB dan pemeriksaan kesehatan), agar orang-orang Kristen yang hendak memasuki jenjang kehidupan berkeluarga, bisa mendapatkan pemahaman yang benar mengenai seks. Seandainya, kalau saya adalah pendeta yang menjadi mentor saya saat itu (waktu itu saya tidak boleh menjawab, hanya mengamati saja), maka saya akan menjawab kepada calon mempelai wanita tersebut demikian: “Tidak ada sangkut-pautnya dengan dosa mbak. Soal posisi bagaimana enjoynya mbak’e dan mas’e saja, mau yang bagaimanapun ya monggo, dan jangan merasa bersalah, karena memang tidak yang salah dengan hal itu...”
                                                                                    (Dari berbagai sumber)
                                                                                                Shalom!
__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Purnawan Kristanto's picture

Tulisan bagus

Tulisan yang bagus. Cocok...cocok...cocok. Kalau Anda orang Jawa, Anda tentu paham istilah ini, Anda sudah 'menep'.

Mungkin ini di luar topik. Saya mendengar rumor bahwa calon-calon romo Katolik itu suka mengantongi kapur barus di saku celana. Konon untuk memendam nafsu seks mereka. Ketika ditanyakan apakah itu benar, seorang romo tersenyum sesaat kemudian berkata, "Anakku, mengekang nafsu seks itu mudah. Yang lebih sukar adalah mengekang nafsu amarah dan egoisme."

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

ebed_adonai's picture

@purnawan

Thks mas Pur!

Sori saya agak telat membalas komen anda, soale waktu itu saya agak kaget juga mendengar info anda ini, dan langsung kasak-kusuk mencari tahu tentang itu. Saya sedari TK sampai SMP bersekolah di sekolah Katolik, dan sudah banyak mendengar gosip-gosip semacam itu, tetapi yang seperti mas infokan itu tidak pernah saya dengar. Dan setelah hampir seminggu saya cari info sana sini di sekolah kami (sekolah Katolik), ternyata tidak ada yang tahu soal itu, padahal guru-guru senior di sekolah kami lumayan gaul, dan mestinya mereka tahu tentang info itu, tapi nyatanya tidak. Wis takon mertuaku (beliau seorang Katolik) juga nggak ngeh, malah saya ditanya balik: "Sopo sing ngandani kowe?", he3x. Thks untuk infonya mas Pur!

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

agamaitucandu's picture

@dilaporkan

*dilaporkan sebagai postingan dewasa* 

__________________

.

hai hai's picture

Ketika Anak Saya Bertanya

*) Paragraf-paragraf yang seharusnya ada di sini dihapus oleh admin karena memuat kata-kata yang kurang pantas. (*



Tadi anak saya, 7 September 2008 dia genap tujuh tahun bercerita, "Papa, aku punya teman suka main dengan perempuan, dia di sebut bencong." Saya menjawab, "Lho, kok disebut bencong?" Anakku diam sebentar lalu menjawab, "Karena main dengan perempuan itu kan tidak boleh? Lelaki kanharus main dengan lelaki? Kenapa sich lelaki tidak boleh main dengan perempuan?" Saya berkata kepada anak saya, "Tidak ada hukum dan tidak ada Li atau kesusilaan yang melarang lelaki bermain dengan perempuan. Semua anak lelaki boleh bermain dengan perempuan begitupun sebaliknya. Lelaki suka permainan yang menguras tenaga, misalnya adu lari, sepak bola, petak umpet, namun perempuan suka ngobrol, tukar hadiah dan aku gak tahu apa yang teman-teman perempuan kamu lakukan. Namun, bila kamu perhatikan, maka kamu akan tahu apa yang disukai teman lelaki dan perempuan."



Saya tidak tahu apa yang dipikirkan anak saya karena saya tidak bisa membaca pikirannya dan dia tidak memberitahu saya apa yang dipikirkannya. Namun dia lalu bertanya, "Bencong itu apa sich pa?" SEtelah berpikir sejenak, saya menjawab, "Bencong itu adalah lelaki yang prilakunya seperti perempuan. Kalau kamu perhatikan, maka kamu akan tahu apa perbedaan prilaku perempuan dan lelaki. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Itulah hebatnya Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan. Ada lelaki yang berprilaku seperti perempuan, umumnya disebut bencong, ada perempuan yang prilakunya seperti lelaki umumnya disebut tomboy. " Nampaknya anak saya puas dengan jawab saya itu sebabnya dia tidak bertanya lagi namun bercerita tentang kartu-kartu koleksinya.



Ketika nonton TV sambil menulis, saya bercerita kepada IIS tentang pertanyaan anak saya tersebut. IIS ngakak dan bertanya, "Bagaimana kalau dia mendengar temannya berkata tentang ngewe lalu bertanya apa itu?" Saya ngakak  berkepanjangan, lalu berkata, "Kita harus mulai memikirkannya agar bisa menjawabnya dengan benar. gimana nti dech."



Saya tidak tahu apakah tulisan saya akan lulus sensor Admin? Namun saya jamin, itu kisah yang terjadi di dalam keluarga saya. Anak saya bertanya dan saya menjawab serta tidak berdusta. Bila anda menganggap cara saya menjawab GILA, seperti yang dikatakan oleh IIS, tolong ajari saya cara menjawab yang lebih baik.   



Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Purnawan Kristanto's picture

Ck...ck..ck

Dasar ueedaaan!! Jadi pingin tahu anaknya kayak apa

Shaking Head Pictures, Images and Photos

 

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Anak El-Shadday's picture

dulu

pas waktu kecil sekitar SD kelas 1-2 aku baru aja lancar baca. secara baru bisa baca smua aku baca, termasuk buku obat-obatan tradisional milik ibu aku. di sana ada tertulis "obat agar vagina kencang". waktu itu ibu aku baru aja nyapu, terus aku teriak dengan keras "bu, vagina iku opo tho???" ga di jawab ama ibuku.

senengnya punya orang tua gila kayak om hai2  

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

ebed_adonai's picture

@hai-hai

Koh hai, saya juga tidak tahu, apakah posting saya ini akan lolos sensor admin (he3x). Tapi yang jelas, postingan ini memang saya angkat dari pengalaman yang nyata, jadi bukan fiksi, atau cerita erotis, dan yang sejenisnya. Memang begitulah adanya, memang begitulah kenyataannya. Risih? Saya akui koh Hai, ya. Malu? Ya, sedikit juga. Kalau begitu, saya kubur sajakah semua pengalaman saya di atas itu (dan saya simpan sendiri hanya sekedar membuat saya senyum-senyum sendiri seperti orang gila saja tatkala mengingatnya)? Jawab saya tegas: Tidak. Saya kira sudah banyak rumah tangga Kristen yang jadi tidak harmonis gara-gara masalah sepele seperti itu.

Saya hanya berpikir, kalau di koran-koran dan majalah-majalah bahasan mengenai seks sudah dianggap lazim dan banyak rubrik yang membahas itu, kenapa kita orang-orang Kristen tidak mengupasnya juga dalam lingkungan kita sendiri? Apakah di antara sekian banyak orang yang mengajukan pertanyaan dalam rubrik-rubrik seks di berbagai media tersebut tidak ada yang Kristen? Lalu kenapa isi dari pastoral pra-nikah biasanya cuma "itu-itu" saja? Harapan saya, dengan segala kerendahan hati tentunya, semoga postingan ini bisa bermanfaat dalam 'membuka' benak orang-orang Kristen seperti yang saya contohkan di atas mengenai seks. 

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Mikhael Romario's picture

jadi inget dulu

waktu masih kelas 1SMP pernah ditanya begini sama satu temen perempuan: "Yo, ngaceng itu apaan sih?"

aku bingung mesti jawab gimana waktu itu, untung ada temenku yang mau ngebantu "ngaceng itu maksudnya gini lho" sambil membuka celana luarnya, mengambil spidol snowman, sambil  menumpukan salah satu ujung spidol  pada kemaluannya dan mengangkat ujung yang lain dari bawah ke atas.

 

Damai Kristus

__________________

Damai Kristus

Liesiana's picture

Seks Education

Aku pernah ikut seminar yang diadakah oleh sekolah tempat anakku bersekolah (SDK Penabur GS) tentang seks education. Pembicara menjelaskan cara menjawab pertanyaan yang kira-kira diajukan anak-anak. Pada dasarnya cara menjelaskannya mirip yang dijelaskan dengan Bengcu Hai di atas, hanya saja dia berbicara mempergunakan istilah bahasa Indonesia. Apakah keluarga Hai memakai bahasa Jawa untuk komunikasi sehari-hari, kalau tidak mengapa penjelasannya mempergunakan bahasa Jawa. Mungkin istilah dalam bahasa Jawa merupakan tambahan saja,

Menurut saya kalau diganti dengan bahasa daerah tidak apa-apa, sepanjang dijelaskan dengan benar, daripada anak bertanya pada orang yang penjelasannya menyesatkan.

Untuk menjelaskan masalah kawin atau senggama menurut saya sebelumnya perlu dijelaskan peralatannya terlebih dulu. Penjelasan untuk anak menjelang remaja sangat perlu apalagi kalau mereka bertanya, daripada mereka nantinya coba-coba sendiri (trial and error) atau dapat penjelasan dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Saat yang tepat untuk remaja perempuan misalnya saat mereka mendapat haid pertama kali dan remaja pria misalnya saat mereka mendapat mimpi basah atau saat lainnya yang dirasa tepat. Tentu dengan penjelasan yang benar.

Pertanyaan yang menuntut penjelasan yang lebih yang pernah ditanyakan anak saya adalah :

1. Mengapakah Tuhan tidak menjadi tua

2. Bayi di dalam perut keluarnya lewat mana

Mungkin pertanyaan yang lainnya sudah ada penjelasan oleh pihak sekolah atau karena tidak ditanyakan.

lina698's picture

ada yang tau gak jeffrey s tjandra

hallowwww

ada yang tau ga yapz jeffrey s tjandra atau ang serng di panggil ko jeffrey itu udah nikah belon?wkwkwkwkwkwk gue ngefans bgt sm ko jeffrey n pernah liat konsernya di salah satu gereja di jakarta.

salah ga yapz kalo gue ngefans ma ko jeffrey en kepengen tau aja dia dah merit belon, kalo dah wkwkwkwkkww patah hati dey

wkwkwkwkwk walau sedih tapi tetep seneng dey   tolong yup gue butuh info ini wekwekwekwewkekw

JBU

hai hai's picture

Lina698, TAnya Langsung Aja Orangnya

Lina, silahkan tanya langsung saja orangnya, ini alamatt resminya di Internet. Untuk berkunjung silahkan klik di sini.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

erick's picture

Anaknya sih biasa aja....

Emanya aja yg cantik!, wong bapaknya gweeeendeng,.... (ampun bung hai.....)

Pengalaman gw lebih sadis, ada anak sekolah minggu yang nanya kenapa abangnya suka mainin "dick" nya. Apakah itu dosa?

Lah wong..... abangnya temen gw!!!! gimana gw ga terperanjat

Menjawab pertanyaan yang takterduga memang memusingkan. Namun jawaban yang benar harus diberikan agar dari jawaban tersebut pengetahuan diajarkan.

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

ebed_adonai's picture

@ all beloved readers

Salam kenal saudara-saudaraku yang terkasih!

Ya, memang masih banyak lubang dalam hal pendidikan seks di masyarakat kita, baik di keluarga maupun di sekolah. Lha, di sekolah kami saja guru-gurunya masih banyak yang malu-malu kalau harus berbicara (apalagi mengajar) tentang seks kepada para anak murid. Alhasil, terjadilah fenomena yang marak kita saksikan di mana-mana saat ini, beredarnya video-video adegan mesum anak-anak usia remaja. Satu kenyataan pahit di balik itu semua: Anak-anak SMPpun (diam-diam) bahkan bisa lebih 'fasih' daripada orangtua mereka sendiri mengenai seks. Saya sendiri, untuk saat ini, hanya bisa mengingatkan istri saya (dan saya sendiri) untuk tidak terus membohongi anak-anak kami kalau bayi-bayi dilahirkan dari pusar. Tapi kalau sampai kayak koh Hai-hai kayaknya belum bisa tuh, he..3x.

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

hai hai's picture

Suami Istri Yang Harmonis

Mang Ebed, menurut saya mustahil mengajarkan SENGGAMA dengan benar bila kita tidak MAMPU menyebutkan alat-alatnya (tools) dengan benar. Banyak teman-teman yang bertanya, bagaimana cara mengajarkan SENGGAMA kepada anak-anak,  remaja dan orang muda? Saya selalu menjawab, "Mulailah dengan menyebutkan alat-alatnya dalam bahasa sehari-hari tanpa jengah."



Dalam sebuah seminar Kristen yang berthema Sex itu Indah, pembicaranya mengecam bahkan marah karena saya menyebut alat-alat senggama dalam bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa sunda dan betawi untuk kata senggama ketika bertanya.



Ketika saya bertanya, kenapa mengucapkannya dalam bahasa lain menjadi sopan? Apakah orang Inggris dan latin dianggap sopan ketika mengucapkannya dalam bahasa Indonesia, sunda dan betawi, bahkan jawa? Pembicara wanita itu mengusir saya.



Saya juga pernah diusir ketika mengikuti seminar Kristen lainnya yang berthema Sex Dalam Perkawinan, karena alasan yang sama.



Di seminar Sex dan Keluarga lainnya saya dimaki duniawi dan kampungan. Saat itu pembicaranya bertanya, "Bagaimana cara mengukur KEHARMONISAN suami istri secara dini?" Karena tidak ada yang menjawab maka pembicara itu melontarkan sindiran bahwa kami tidak menyimak apa yang diajarkannya. Saya mengangkat tangan lalu berkata, "Saya bukannya tidak paham apa yang anda ajarkan, bahkan saya tahu cara yang lebih mudah dan ampuh. Namun anda dan kebanyakan yang hadir di sini belum siap untuk menerima apalagi mengakui kebenaran jawaban saya." Ketika pembicara itu menantang saya untuk bicara, saya berkata (Waktu itu saya menggunakan bahasa sehari-hari):



"Jumlah Senggama dan orgasme menggambarkan keharmonisan hubungan suami istri."


Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

joli's picture

Tuhan Yesus buat program nggak ya?

Hai-hai said "Jumlah Senggama dan orgasme menggambarkan keharmonisan hubungan suami istri."

Dasar auditor.. semua harus terukur.. untuk tahu keharmonisan ternyata juga bisa diukur dari jumlah.. dasar.. pemikiran yang uedan namun bener juga kalee.....

Hari-hari ini di gereja kami sibuk.. smua komisi dan bidang-bidang sibuk rapat, karena tahun program gereja berakhir tiap bulan maret,  sibuk rapat meng-evaluasi dan membuat program baru untuk tahun fiskal 2008/2009.. salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu program adalah dengan membuat program yang terukur sehingga bisa untuk patokan..

Ketika Tuhan Yesus hidup .. apakah DIA juga buat program ya? ter-ukur juga?

 

firman's picture

@ hai hai, bagaimana dengan pasangan yg sudah tua?

Atau pasangan suami istri yang salah satu diantaranya sudah impoten / frigid?

Apakah mereka sudah tidak harmonis lagi?

hai hai's picture

Jangan Tunggu Kebelet

Firman, kalau sudah tua tidak perlu ditanya lagi apakah mereka harmonis atau tidak. Mereka minimal harmonis dalam tidak harmonis.

Nona Joli, apabila menimati enak yang paling enak dan nggak ada yang lebih enak lagi saja mereka jarang-jarang, bagaimana mau harmonis?

Banyak teman-teman bertanya, apa jurus ampuh untuk menjaga keutuhan rumah tangga, "Jurusnya banyak, namun yang paling ampuh adalah bersetubuhlah lebih sering. REncanakan persetubuhan itu, jangan hanya sebagai pelampiasan birahi. ARtinya, jangan tunggu kebelet baru menggoda istri."

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Anak El-Shadday's picture

@ om hai: bahasanya....

apabila menimati enak yang paling enak dan nggak ada yang lebih enak lagi saja mereka jarang-jarang, bagaimana mau harmonis?

duh.. om yang satu ini emang ck..ck..ck

 

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

hai hai's picture

Anak El-Shadday ....

Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Kejadian 2:25

Bukankah itu adalah KODRAT manusia? Bila tidak mengusahakannya dari sekarang, mau tunggu kuda gigit besi?

Lelaki Papua asli hanya pakai koteka dan mereka tidak merasa malu. Kenapa kita mengajari mereka memakai celana karena merasa malu melihat mereka?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

the blue's picture

Itu aja kok dibahas

Pertama aku membaca judulnya di dalam hatiku muncul pertanyaan:

"Penting gak sih hal spt ini dibahas?"

Penting yang penting tapi gak penting-penting kalilah.

Intinya, asal sama2 bisa menikmati dan gak ada yang merasa dilecehkan, aku KIRA it's OK.

Maaf ikut koment tapi enggak pernah punya pengalaman khusus tentang ini. Pacaran aja baru satu kali, itupun putus( baca: Diputusin Pacar)

__________________

KasihSetiaNyaKekalSelamanya

ebed_adonai's picture

sedikit klarifikasi

Salam kenal sdr the blue!

Nggak apa-apa kok the blue, saya juga tidak berpengalaman. Lha nikah baru sekali kok, he3x. Dulu saya juga berpikiran seperti itu, dan menganggap bahwa seks itu seperti orang naik sepeda, atau berenang. Ntar dalam perjalanan hidup juga bisa mengerti dengan sendirinya. Namun dari pengalaman saya di atas, nyatanya tidak bukan? Kalau, kalau saja efeknya seperti masalah orang bersepeda atau berenang tadi, mungkin tidak akan jadi masalah besar. Anda yang tidak bisa naik kendaraan roda dua (misalnya) bisa saja naik angkot atau diantar ke mana-mana seumur hidup anda (hi3x). Problem solved. Namun percayalah the blue, lihatlah di sekitar kita (seperti judul lagu aja), betapa sering hal yang "kurang penting" ini menyebabkan hancurnya rumah-tangga seseorang.

Anda juga mengatakan, "asal sama-sama bisa menikmati", dan dari situlah masalahnya berasal saya kira. Dari mana anda tahu bahwa pasangan anda akan menikmati, seperti pemikiran anda sendiri? Apakah setelah terlanjur menikah duluan (dan ternyata tidak, seperti contoh bapak 'sapi mati' tadi)? Percayalah the blue, dalam budaya kita agaknya kebanyakan kaum hawa masih cenderung menutup hatinya rapat-rapat dalam masalah seputar seks. Bukan maksud saya lantas kita harus melakukan seks pra-nikah dulu, tapi di sinilah pentingnya mendapat pemahaman seks yang benar (bukan dominasi pria, bukan hanya prokreasi, bukan sesuatu yang jahat) yang bisa dilakukan pastoral pra-nikah di gereja, seperti tujuan penulisan saya di atas.

Untuk tidak menyinggung perasaan siapapun, saya ambil contoh istri saya sendiri saja. Dalam hal seks, ia pernah mengatakan sesuatu tentang "melayani" saya. Sayapun kaget, weleh, sekian tahun menikah, sudah punya anak dua, baru saya tahu kalau dia punya pemikiran seperti itu. Walau tidak mudah, saya selalu mengajarkan kepadanya sampai hari ini bahwa seks itu adalah anugerah Tuhan untuk dinikmati bersama, bukan untuk melayani suami (mbak-mbak, non-non, ibu-ibu, mohon diperhatikan).

Namun jangan salah sangka, bukan hanya kaum wanita saja yang bisa seperti itu, tapi kaum pria juga tentunya. Anda tentu sering mendengar tentang pria-pria tertentu yang tidak mengerti soal foreplay dan cenderung "main tembak" saja (sehingga tanpa sengaja menyakiti pasangannya) bukan? Kebetulan saya diprotes oleh istri saya yang juga membaca blog ini, katanya kok contoh-contoh kamu hanya kaum wanita saja, apakah kamu bermaksud merendahkan kaum wanita dalam hal seks? Saya katakan padanya, tentu saja tidak! Karena itu saya juga ingin sedikit mengklarifikasi bahwa kaum priapun banyak juga yang punya pemikiran primitif tentang seks. Namun tulisan saya ini berangkat dari pengalaman pribadi, dan kebetulan yang terjadi, ya, seperti yang saya tuliskan itu. Kalau saya "tambahkan" contoh dari kaum pria sekedar untuk "menyeimbangkan", walaupun kelihatannya baik, tetapi tulisan saya ini akan menjadi fiksi bukan? Jadi, seandainya dilakukan penelitian secara menyeluruh mengenai hal ini (koh hai-hai bersedia barangkali? He3x), saya yakin, 1001x yakin, tentu banyak mas-mas, om-om, bapak-bapak, yang akan ikut 'terjaring'. Jadi mohon non-non, mbak-mbak, ibu-ibu, jangan jadi salah pengertian terhadap tulisan saya ini. Saya mengasihi anda semua. 

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

agamaitucandu's picture

dic***t

 Maaf ikut koment tapi enggak pernah punya pengalaman khusus tentang ini. Pacaran aja baru satu kali, itupun putus( baca: Diputusin Pacar)

*dicatet*

 

__________________

.

Yenti's picture

No Comment..tapi....

Untuk masalah di atas, saya no comment :). Tapi intinya saya mengerti....  he..he..

Saya sudah sering dengar hal "Hubungan Suami Istri" di atas, karena teman-teman kantor termasuk orang-orang yang sangat terbuka cerita hal-hal demikian di ruangan kerja. Jadi yah....banyak tahu....apalagi kalo ada yang baru maried, biasanya pasti deh......

Jadi, memang perlu adanya keterbukaan dalam hal demikian di dalam gereja,sehingga pertanyaan dan pernyataan seperti itu tidak lagi menjadikan tanda tanya:)...