Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

--TO BE OR NOT TO BE (Begitu berharga)--

clara_anita's picture

 

Baru-baru ini terjadi peristiwa yang cukup "menggemparkan" di kota kami. Seorang mahasiswa sebuah sekolah tinggi memilih mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai tiga sebuah gedung di kampusnya. Ia memang tidak meninggal seketika. Tapi toh akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit.

Kematian seorang rekan sesama manusia yang memang tidak saya kenal ini, entah mengapa, membuat saya berpikir tentang kematian. Kehidupan, untuk kebanyakan orang, memang berat dan berliku. Dan mungkin banyak pula yang bertanya, kenapa bersusah-susah bertahan hidup? Bersekolah puluhan tahun lalu merasakan begitu banyak tekanan di dunia kerja. Berusaha mati-matian dan dikalahkan oleh ketidakadilan. Belum lagi berbagai sakit hati, keputusasaan, dan frustasi dalam keseharian hidup kita. Mengapa bersusah-susah kalau kita bisa memilih untuk mengakhirinya.

Teringat saya akan sepenggal soliloquy dari drama karya Shakespeare berjudul Hamlet:

To be, or not to be, that is the question:
Whether 'tis nobler in the mind
to suffer the slings and arrows of outrageous fortune,
Or to take arms against a sea of troubles,
And by opposing end them.

yang kalau diterjemahkan bebas adalah sebagai berikut:
Hidup atau mati
Itulah dua perkara besar yang perlu dipertanyakan
Apakah benar lebih mulia untuk
bertahan menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup
ataupun melawan berbagai rintangan dan mengatasinya?

Kedengaran skeptis memang. Apakah memang hidup ini cukup berharga untuk dijalani dan dipertahankan? Inilah pertanyaan yang umum dipertanyakan mereka yang putus asa.

Bagi saya, (dan saya harap juga bagi anda), ada berjuta alasan untuk memandang hidup ini sebagai sesuatu yang layak dan berharga untuk dijalani tak peduli seberapa berat. Ijinkan saya membagikan beberapa di antaranya:
1. Hidup kita terlalu berharga bagi Tuhan, hingga Yesus sendiri bersedia disalib untuk menebusnya.
2. Selalu ada harapan di sepanjang jalan tak peduli seberapa gelap.
3. Seberat apapun hidup ini, saya yakin saya dapat melaluinya saat melangkan bersama-Nya
4. Saya tak pernah sendirian. Saat semua orang meninggalkan saya, IA akan selalu beserta saya
5. Saya percaya ada rencana besar di balik keberadaan saya di tengah berbagai badai, dan saya harus merampungkan tugas itu.
6. Setiap badai membuat saya semakin kuat; berarti badai adalah salah satu cara Tuhan mengasihi saya dan membentuk saya.
7. Life must go on no matter what. Karena kita tak pernah tahu penemuan besar apa yang menanti di ujung jalan.

Itu beberapa alasan saya untuk "bertahan" di masa-masa sulit. 
Hidup ini begitu berharga untuk diperjuangkan sampai akhir, meskipun saat ini nampak begitu gelap dan tak menentu.

Saya berharap anda yang membaca tulisan yang masih jauh dari sempurna ini berkenan menambahkan alasan-alasan untuk terus mempertahankan hidup. Saya percaya kita dapat saling menguatkan lewat berbagi.

Akhir kata, semoga tiap hari kita dapat menemukan satu alasan baru untuk menjalani hidup dengan lebih berarti. Karena hidupmu begitu berharga.

Tuhan memberkati.

theis's picture

Hey clara, tulisanmu bagus

Hey clara, tulisanmu bagus kok. Memang susah mempertahankan hidup kalau ideologi (atau agama) yg kita yakini ternyata ga punya pengaruh apa-apa pada kesejahteraan hidup kita sehari-hari. Kalau sudah begitu, bunuh diri mungkin bisa jadi jawaban. BUkannya aku menyarankan siapapun untuk bunuh diri ya. Jawaban lain, bisa mempertahankan hidup dan menjalaninya seperti air atau berjuang membuatnya jadi lebih baik.
clara_anita's picture

Nikmati Saja . . .

Halo juga Theis,

Makasih sudah bilang tulisanku bagus.

Saya amat sangat mengakui kalau seringkali memang susah memandang hidup secara positif dan layak dipertahankan. Tapi saya tetap percaya hidup memang demikian berharga dipertahankan.

Kadang memang, sepertinya kita benar-benar melangkah sendiri dan tidak sanggup menanggung beban,

tapi . . . .

kalau bleh pinjam idenya Mbak Fishback . . .

di saat-saat dimana sepertinya Tuhan tidak ada di samping kita, sebenarnya ia sedang terbang dan mengangkat kita ke titik yang lebih baik.

GBU 

Ari_Thok's picture

Melihat Masalah dengan Cara yang Beda

Saya cukup bersedih membaca cerita diatas. Betapa sempit pemandangan seseorang ketika mendapatkan suatu masalah. Yah, seringkali memang seperti itu, masalah yang datang seakan-akan membuat kita kalut dan putus asa. Sayang sekali cerita diatas tidak dilengkapi dengan latar belakang mengapa mahasiswa tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hidup kita tidak hanya sebatas masalah atau selebar masalah itu. Kita bisa mencoba dengan memandang dari sisi orang lain memandang masalah yang kita hadapi. Melihat gambaran besar dari masalah yang kita hadapi. Menyadari bahwa orang lain juga mempunyai masalah dan bagaimana mereka mencoba bertahan dan menyelesaikan setiap masalah bukan malah menyerah. Intinya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Ingat juga ada teman-teman di sekitar kita yang juga bisa menolong. Hehe ..
__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

ce_zixc's picture

hidup itu mank sulit

saya setuju ama lu karna hidup itu sangat lah berharga di mata TUHAN !hm...gitu dech hmm....saya akui kalu hidup itu mank sangat sulit.hidup itu ngak lah semudah membalikan telapak tangan tp perlu diperjuangkan .karna hidup itu di ibarat kan uap sebentar kelihatan lalu lenyap....!!!
__________________

hm...gitu dech