Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Arie Saptaji's "The Impact: -- Sebuah Buku yang Biasa Saja
Siapa yang tak senang mendapat hadiah? Tentu saja saya melonjak kegirangan ketika Pak Wawan menjatuhkan salah satu doorprize pada saya dalam satu kesempatan di acara kopdarnas beberapa waktu lalu. Dari setumpuk buku yang beliau siapkan, empat partisipan beruntung dipersilahkan memilih salah satu judul. Saya tak pandai memilih, namun saya mujur karena Om Hai-Hai yang terkenal piawai berkenan memilihkan salah satu untuk saya. Buku mungil bersampul hitam itu bertajuk The Impact. Arie Saptaji, pengarangnya, seingat saya cukup aktif di Sabdaspace. Kesan pertama saya pada buku ini adalah biasa – sebuah buku yang teramat biasa.
Berukuran mungil dengan sampul yang didominasi warna hitam, buku ini nyaman digenggam. Begitu saya buka, saya mendapati kata-kata tercetak di atas kertas dengan kualitas baik, dan ukuran serta jenis font yang nyaman dibaca. Beberapa hal sepele yang sedikit banyak mempengaruhi kenikmatan membaca sebuah buku.
Menilik ke daftar isi, terdapat tujuh belas nama tokoh –15 pria dan 2 wanita. Saya pun berpikir bahwa ini adalah salah satu dari demikian banyak buku biografi yang menuliskan jejak-jejak orang terkenal lengkap dengan sederetan fakta historisnya. Jujur saja, meski menghargai sejarah, saya tidak terlalu menyukai buku-buku sejarah yang hanya menderetkan fakta dan seringkali kering dari emosi. Saya bertanya-tanya, adakah buku ini sama dengan buku-buku biografi yang sekedar menjejerkan fakta historis?
Ketika saya sekali lagi membaca deretan nama itu, mata saya tertuju pada beberapa nama yang belum saya kenal, seperti Solzhenitsyn dan Rose Park. Terdorong oleh rasa keingintahuan, saya membalik halaman buku dan mulai membaca dengan sungguh-sungguh. Makin saya baca, makin saya menikmati untaian kata yang dirangkai oleh penulis. Ternyata ”The Impact” menawarkan hal-hal baru yang belum saya temui di buku-buku biografi lain.
Ditulis dengan bahasa Indonesia yang kaya, kalimat-kalimat yang disajikan dalam buku ini demikian mengena. Begitupun, kekayaan bahasa tersebut tidak lantas membuat pembahasan berbelit-belit. Kisah-kisah tetap terangkai secara lugas dan cukup ringan untuk dipahami. Penulis menunjukkan upayanya untuk menerapkan prinsip Keep It Short and Simple (KISS), hingga menghasilkan sesuatu yang manis tetapi tetap ringkas.
Hal utama yang membedakan buku ini dari biografi lain adalah kolom “Jejak Iman” yang menggarisbawahi hal-hal penting dari sang tokoh yang tengah di bahas dari sudut pandang keimanan. Selain itu, pilihan tokoh yang tak terduga benar-benar menyentuhkan warna yang segar mengenai betapa orang-orang biasa dapat berdampak luar biasa bagi diri dan lingkungannya. Satu hal lain yang harus diapresiasi adalah bagian pengantar buku ini. Menurut saya, di sepanjang buku ini, penulis menyajikan tulisannya yang terbaik justru pada bagian pengantarnya. Poin yang disajikan cukup jelas: Allah tidak mencari orang-orang hebat, tetapi orang-orang yang bersedia untuk taat. Sebuah poin yang menjiwai keseluruhan isi buku setebal 136 halaman ini.
Selesai membaca, terdapat beberapa pelajaran yang dapat saya raup dari buku ini. Seperti yang disampaikan penulis dalam pengantarnya, Allah tidak menuntut kita menjadi orang penting. Selama kita taat dan menyerahkan segala yang ada pada kita ke dalam tanganNya dengan penuh ketaatan, Ia pasti mampu mengubah hal yang nampak biasa menjadi luar biasa. Seringkali saya berhenti membaca untuk sekedar merenung betapa Allah menunjukkan betapa luar biasanya IA lewat betapa biasanya manusia bila IA berkenan. Tuhan bisa menggunakan segala hal – kecil atau besar; pahit maupun manis – untuk kemuliaanNya. Allah juga penuh kejutan, terkadang rencanaNya yang besar seolah membelokkan rencana kita –seperti dalam kisah Chuck Norris—yang pada akhirnya justru lebih indah dan bermakna.
Satu penggalan yang paling saya sukai dari buku ini ternukil dari kisah Blaise Pascal;
” ....ia tidak menyajikan kesimpulan definitif keculai kerendahan hati, ketidaktahuan dan kasih karunia.” (hal. 26).
Sejurus penggalan tersebut mengingatkan saya pada I Petrus 5:6
”Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”
Tidak perlu mengejar kesempurnaan, hanya perlu sebentuk hati yang taat dan mau tunduk pada rencana-Nya untuk dapat memberi dampak pada dunia; perlu untuk berani menanggalkan keakuan dan meninggalkan zona aman dengan menyerahkan semua kepada Sang Empunya hidup.
Setiap buku menyuguhkan sari kehidupan yang dalam keunikannya memberi kebijaksanaan. Demikian sederet kalimat tersebut tertera di sudut tersembunyi di buku mungil itu. Bagi yang tidak awas, tentu saja untaian kata tersebut akan terlewat begitu saja padahal sebaris tulisan itu sudah cukup untuk merangkum keseluruhan buku yang tidak sekedar layak dibaca, namun juga patut direnungkan ini. Sebuah buku biasa yang berdampak luar biasa – setidaknya bagi saya.
Lepas dari segala kelebihan buku ini, saya menangkap beberapa hal yang sebenarnya dapat disajikan dengan lebih baik. Pertama, pada akhir tiap kisah, simpulan yang disajikan terkesan mengambang. Mungkinkah hal ini disengaja oleh penulis untuk memberi ruang bagi pembaca untuk menarik simpulan sendiri atas pengalaman membacanya? Selain itu, meski tak sekering biografi lain pada umumnya, beberapa bagian dari buku ini terkesan hanya menderetkan fakta sehingga terasa gersang. Bisa jadi hal ini dilakukan penulis untuk menjaga objektifitasnya dan menghindari melompat pada penilaian yang salah.
Singkatnya, buku ini layak dibaca dan cukup menyentuh. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika membacanya, jangan lihat deretan fakta dan pencapaian akhir tapi proses mencapainya ; ketika Tuhan mengijinkan perubahan terjadi. Buku mungil ini tersaji manis dan patut dimiliki. Salut untuk penulis yang berhasil memilih tema yang tepat untuk menggugah orang-orang yang merasa dirinya biasa-biasa saja untuk berani melakukan hal yang luar biasa. Kita mungkin terlalu lemah dan kecil untuk melakukan hal besar, namun bersama-NYA tidak ada hal yang terlalu besar untuk dilakukan.
***
Penggalan ini tetap saja terbayang setelah saya selesai membaca buku itu:
“Anda orang yang biasa-biasa saja? Berbahagialah! Kalau Allah sanggup memakai orang-orang biasa secara luar biasa, bukankah Anda termasuk satu kandidat yang tepat?..... kiranya kita dimampukan untuk berdiri dan berkata, ‘Saya ini bukan siapa-siapa dari diri saya sendiri, karena itu saya menyerahkan diri saya sepenuhnya ke dalam kekuatan dan anugrah Kristus.’ Amin!” (h. 13)
Normal
0
false
false
false
MicrosoftInternetExplorer4
Normal
0
false
false
false
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
Identitas Buku
Judul buku : The Impact
Pengarang : Arie Saptaji
Penerbit : Gloria Graffa
Tahun Terbit : 2008
Tebal : 136 halaman
Genre : Non fiksi – inspirasional
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 5071 reads
@pak wawan, om hai & Mas arie saptaji....
Dulu pernah seorang guru saya meminta kami untuk membaca buku karangan beliau. Hal ini cukup sulit kami lakukan. Pasalnya, buku mengenai metode penelitian itu laris manis di pasaran sehingga tidak satu pun dari kelas kami berhasil membelinya. Suatu sore, Pak Dosen membawa tujuh buah buku tersebut dan membagikannya pada kami. Anehnya, ketika kami bertanya berapa harga yang harus kami bayar untuk buku itu, beliau menolak dan mengatakan bahwa penghargaan tertinggi atas tulisannya adalah ketika kami membacanya dan memaknai pengalaman yang kami dapat darinya. Ajaran tersebut sangat membekas, sehingga saya merasa berdosa apabila saya tidak melakukan sesuatu untuk menunjukkan apresiasi saya atas karya Mas Arie yang saya terima lewat Pak Wawan dan pilihan Om Hai. Satu hal yang paling tidak dapat saya lakukan adalah mengulas buku tersebut sebagai wujud terima kasih saya.
GBU
anita
@Clara, Syukurlah ...
Syukurlah buku pilihan saya cocok untuk anda. Nampaknya anda memahaminya dengan baik. Anda sudah mendapat petuah yang lebih baik dari buku tersebut kan? Ha ha ha ha ...
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@Hai: satu pertanyaan
Saya amat mencintai buku, dan dalam setiap buku -- bahkan yang paling sederhana pun -- selalu mengandung kebijakan-kebijakan yang selalu dapat dimaknai secara baru.
Buku pilihan Om memang bagus dan sarat makna. saya tersanjung karena menurut om hai-Hai yang terhormat saya sudah dapat mengambil pesan dengan baik. Hanya tinggal satu pertanyaan saya : Dari setumpuk buku saat itu, mengapa buku ini yang om pilihkan buat saya? Saya hanya mampu menduga-duga...
Terimakasih
Tuhan memberkati
anita
@nona, Apa dugaan Anda?
Nona, apa dugaan anda?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@Hai
Dugaan saya;
Om Hai-hai bisa saja mengambil buku secara acak dan buku inilah yang menang. Tapi sepertinya kemungkinannya kecil orang sekaliber Om Hai-Hai memilih secara random.....
Selanjutnya; saya belum punya dugaan..
Tapi, bagaimanapun saya beruntung mendapat buku yang baik
@Clara, Itu Pilihan
Nona, itu bukan pilihan acak.
Ordinary woman who try to do extraordinary ...! Bukankah itu adalah impianmu selama ini? Hal-hal luar biasa adalah kumpulan dari hal-hal biasa. Itulah yang kurang kita sadari selama ini. Itulah muatan di dalam buku The Impact yang saya pahami. Itu pulalah kekuatan dari tulisan-tulisan mas Arie Saptaji. Mas Arie bukan seorang PENGGEDOR namun seorang PENGETUK. Sementara kamu bukan seorang yang suka digedor namun suka diketuk. Itulah alasan saya merekomendasikan buku The Impact untuk kamu.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
apresiasi yang tidak bisa
matur nuwun untuk anita yang telah mengapresiasi the impact secara tidak biasa.
matur nuwun untuk mas wawan yang telah menenteng buku itu ke kopdarnas.
matur nuwun untuk hai hai yang memilihkan buku itu untuk anita.
dan, matur nuwun untuk pembaca yang sudah atau akan melariskan penjualan buku itu. ;-)
@arie..: tidak biasa???
Saya yang seharusnya berterima kasih atas tulisannya yang demikian baik. Apresiasi saya tidak biasa? Wah, saya jadi bingung mencari letak "ketidakbiasaan"-nya. Saya hanya mengikuti cara standar untuk mereview sebuah buku Mas...
Semoga buku yang baik ini dapat dinikmati oleh lebih banyak pembaca sehingga dapat memberi dampak yang luar biasa.
Apresiasi saya atas buku Mas Arie yang sudah membawa dampak setidaknya pada saya..
Terima kasih
Tuhan memberkati
Anita
Mas Arie, Itu Buku Bagus
Mas Arie, The Impact adalah buku yang bagus! Saya mengoleksinya setelah membacanya serta merekomendasikan handai taulan untuk membeli dan membacanya juga.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
tidak biasa...
iya, anita, tidak biasa karena... judulnya "menyesatkan"!
untuk hai hai, sekali lagi, matur nuwun atas rekomendasi anda... saya tunggu juga buku anda yang saya dengar bocorannya dari mas wawan
@arie
Ha.. ha...
Karena saya tidak pernah belajar bagaimana cara membuat judul yang baik untuk sebuah ulasan ^_^
Tapi bukankah judulnya sesuai dengan judul buku, Mas Arie? Bukankah yang biasa-biasa saja adalah kandidat yang tepat untuk menjadi luar biasa? :P
GBU
nita
Jadi pengen baca... Kemarin
Jadi pengen baca...
Kemarin waktu Pameran Buku di Wonosobo, untuk pertama kalinya ada stand buku "Kristen". Lumayanlah, diantara hiruk-pikuk buku dakwah, muncullah buku-buku beraroma 'kita'. Saya masuk stand tersebut dan membeli 2 buku, yang satu adalah buku tulisan Mas Ari : Bible Trivia yang kedua, tapi sepertinya saya tidak melihat ada The Impact. Mungkin sudah laku terjual. Nanti deh kalau ke Jogja dengan 'uang saku yang mencukupi', saya akan cari The Impact. Bu Guru dan Om Hai-hai saja bilang bagus, maka saya yakin bahwa buku itu PASTI BAGUS!
Bolehlah ini menjadi
Bolehlah ini menjadi wishlist saya kalau belanja buku lagi
trimakasih buat mbak anita yang sudah mereviunya.
salam
helvry