Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Apakah Roh Kudus kita berbeda?
Apakah Anda percaya Yesus adalah satu-satunya Juruselamat Anda? Pasti Anda menjawab mantap, “Ya!” Jika demikian, apakah Anda telah memiliki Roh Kudus dalam diri Anda? Mungkin Anda akan menjawab “Ya” dengan nada mengambang karena waswas. Anda sudah bisa meraba akan dipojokkan dengan pertanyaan-pertanyaan penguji ada-tidaknya manifestasi Roh Kudus dalam hidup Anda.
“Apakah Anda bisa berbahasa roh kapan saja Anda mau? Anda bisa mengusir roh jahat? Anda bisa mendatangkan mukjizat? Anda pernah diajak Roh Kudus wisata ke surga? Berapa sering Anda mendapat penglihatan? Berapa sering Anda bercakap-cakap langsung dengan Tuhan Yesus?”
Duh, melihat sorot mata si penanya yang penuh belas kasihan, rasanya kita jadi minder ya. Ibarat dalam pesta ketika semua orang ketawa-ketiwi menikmati berbagai makanan yang lezat dan mahal, kita hanya berdiri sendirian di pojok memegang segelas air mineral sambil merenung, “Apa iya aku diundang ke pesta ini? Jangan-jangan namaku tidak ada dalam daftar.” Bahkan sampai ada yang berpikir, “Apa Roh Kudus kita berbeda ya?” Bukannya saya menuduh roh yang mereka miliki bukan Roh Kudus, tetapi ibarat Alkitab yang satu adanya (seperti juga Roh Kudus adanya), kita memegang terbitan tahun 1947 yang kuno bahasanya dan sulit dimengerti, sedangkan mereka memiliki terbitan tahun 2008 edisi bahasa gaul yang sangat mudah dimengerti dan dipraktekkan.
Sebelum menulis lebih lanjut, saya ingatkan bahwa artikel ini tidak bertujuan mencegah Anda pindah ke gereja karismatik. Tidak berdosa kok sekali waktu Anda hadir di persekutuan atau kebaktian karismatik untuk menikmati nuansa baru. Satu saja yang perlu diperhatikan, yaitu ujilah segala sesuatu yang Anda lihat, dengar dan rasakan dengan Alkitab Anda. Jangan mengganti wahyu tertulis dengan wahyu lisan, yang bisa ditengarai dengan pembuka kalimat, “Tadi malam saya bertemu Yesus dan Ia ingin saya menyampaikan pesan ini kepada kamu sekalian.” Ketika saya menghadapi prakata mantera ini dari seorang yang sok rohani saya menjawab, “Apa Yesus sedang repot ya. Biasanya Ia langsung mengabari saya jika Ia mau menyuruh saya melakukan sesuatu, tidak lewat biro jasa.” Mengapa sih karakter manusia duniawi masih dipelihara? Kalau mau memeras langsung saja, tak usah mencatut nama jenderal, walikota atau presiden segala.
Bagaimana jika kemudian Anda merasa cocok dan hepi di gereja itu? Ya pindah saja daripada tidak merasa sejahtera di gereja Anda sekarang. Saya tahu gereja atau persekutuan karismatik yang teguh memegang pengajaran yang benar masih ada. Sebaliknya, gereja main stream yang sekarang berubah menjadi gereja main main juga ada.
Btw, ada beberapa hal yang perlu diingat saat Anda bingung menentukan langkah.
1* Roh Kudus adalah karunia yang diberikan kepada setiap orang percaya tanpa prasyarat.
“Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu” (Efesus 1:13). Tak peduli ketika kita terima Yesus hidup kita masih berantakan, Tuhan mengaruniakan Roh Kudus sebagai kadonya. Bagaimana bila kemudian kita tetap saja jatuh-bangun dalam menaati Firman Tuhan? Apakah Allah Bapa akan mencabut Roh Kudus yang kita miliki, seperti yang sering dikatakan orang kepada kita?
Hati saya selalu terperas haru bila membaca Yohanes 14:16, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” Tiada allah sperti Allahku, kata sebuah lagu Sekolah Minggu. Ia amat sangat baik. Orang tua saja ada yang tega mengusir anak kandungnya yang amburadul, bahkan mengglonggongnya dengan baygon. Tetapi Allah kita tidak. Dan jangan lupa, janji ini diucapkan oleh Yesus yang kita percayai. Jadi, jika ada teman bahkan pendeta yang ahli menengking setan mengatakan Anda tidak punya Roh Kudus, berserulah kepadanya, “Demi kasih karunia Tuhan Yesus yang mengherankan, aku tengking kamu agar lenyap dari hadapanku!” Hehehe, punya kasih kok menengking saudara seiman. Jadi ikutan salah dong.
Setiap orang percaya punya Roh Kudus. Ini pernyataan Tuhan Yesus, bukan perkataan saya. Hanya saja Anda lupa di mana Roh Kudus ini Anda simpan sehingga ketika Anda membutuhkan-Nya Anda susah menemukan-Nya kembali.
2* Berilah kesempatan Roh Kudus berkerja dalam hidup kita.
“Hidup dipenuhi oleh Roh Kudus” hanya bisa terjadi bila kita memberi kesempatan Roh Kudus menguasai setiap langkah kehidupan kita. Tidak lewat penumpangan tangan pendeta, tidak lewat doa pelepasan, tidak lewat olesan minyak urapan, atau lewat persembahan khusus. Lho, memangnya ada pendeta yang jualan Roh Kudus? Tidak ada kok. Cuma siapa tahu akibat Sunset Policy yang menghimbau pendeta juga punya NPWP dan mulai menyetor pajak penghasilannya sementara gerejanya tidak mau membayari pajak itu lalu ada yang nekad berdagang hal-hal yang rohani.
Bisa-tidaknya Roh Kudus bekerja dalam hidup kita tergantung diri kita sendiri. Bagaimana caranya?
2a* Hiduplah kudus. Bagaimana pun sulitnya, harus selalu dicoba. Jika selama ini kita merasa baru bisa mencukupkan penghasilan dengan korupsi, baik grosiran ataupun eceran, hentikanlah. Pertaruhkanlah nafkah Anda di tangan penyertaan Roh Kudus. Jika selama ini Anda baru merasa full protected bila di samping mempercayai Tuhan Yesus, Anda masih memelihara atau bersandar kepada ilmu gaib atau memelihara jin, bersihkanlah diri Anda. Pertaruhkanlah nyawa Anda ke dalam pemeliharaan kekuatan Allah (1 Petrus 1:5).
2b* Pujilah Tuhan dan bersyukur kepada-Nya dalam segala hal. Paling tidak, lakukan hal ini dalam altar keluarga atau saat teduh Anda, setiap hari, bukan setahun sekali pada malam tahun baru. Bawalah dalam doa setiap persoalan hidup bahkan hal-hal rutin dalam mencari nafkah.
Syukurilah setiap berkat yang Anda terima, sekecil apapun. Jadi kalau mau makan, berdoalah untuk mengucap syukur karena masih bisa makan walaupun berdoa sebelum makan tidak ditulis jelas di Alkitab. Mau bersyukur saja kok repot mencari ayatnya di Alkitab.
Cermatilah hal-hal positip dalam setiap masalah yang ada. “Janganlah kamu mabuk oleh anggur [terlebih lagi anggur Perjamuan Kudus], karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” (Efesus 5:18-20).
2c* Usahakanlah hubungan yang benar dengan sesama. Salah satu kebiasaan jelek saya adalah segera pasang kuda-kuda bila seseorang yang baru saya kenal bekata, “Aduuuh, jadi kita ini saudara seiman ya” atau “Saya ini hamba Tuhan lho.” Dalam hubungan dengan sesama yang menyangkut uang, saya sudah sering dikecewakan oleh saudara seiman yang yakin “masakan sesama saudara seiman mau berperkara di kantor polisi”.
Buat apa rajin ke gereja, ikut berbagai kegiatan gereja, bila melupakan Roma 13:9 “Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Tidak mudah merubah kebiasaan jelek, sampai-sampai orang Jawa bilang, “Watuk ono tambane, watak digowo mati” (Batuk ada obatnya, watak dibawa mati).
But believe me, begitu Anda mulai berusaha, Roh Kudus segera bergerak memantapkan usaha Anda. Hubungan yang benar dengan sesama bagai membukakan Alkitab bagi mereka. Dan ini nilainya jauh lebih tinggi daripada membuka Alkitab di dalam gereja. Jangan berhenti mengusahakannya walaupun kekecewaan sering menerpa kita. Berbuat baik itu berat di ongkos. Ketika Yesus akan menyembuhkan 10 orang kusta, pasti di dalam kemahatahuan-Nya Ia tahu hanya 1 orang yang bakalan bilang tengkiu. Tetapi tetap saja Ia lakukan kebaikan itu.
3* Mintalah karunia-karunia Roh.
Jangan malu bila Anda ingin mendapatkan karunia berbahasa lidah. Masuklah ke dalam kamar, renungkanlah firman Tuhan, naikkan lagu penyembahan, berdoalah dengan sungguh. Ingatlah bahwa karunia berbahasa lidah bukan untuk pameran, tetapi untuk memantapkan iman akan eksistensi Roh Kudus dalam diri Anda.
The most important thing to keep in mind isbahasa lidah adalah karunia. Karunia tidak dapat ditularkan, dikloning atau dikopi, kecuali yang buatan pabrik. Berkurung seorang diri dalam kamar juga untuk menjamin bahasa lidah yang Anda peroleh original gift from God, bukan hasil pembajakan masal atau hasil dari sebuah kursus yang pernah ditawarkan kepada saya. Jangan putus asa bila malam pertama karunia itu belum Anda peroleh. Teruslah berusaha sambil ingat “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri” (1 Korintus 14:4a).
Kemudian mintalah karunia lain, yang berguna untuk membangun jemaat, sambil ingat bisa-tidaknya Anda mengelolanya. Jangan sampai kecewa bila karunia yang telah kita miliki Tuhan ambil kembali karena kita tidak mampu merawatnya (Matius 25:14-30).
Saya kenal seorang pendeta yang punya karunia mengusir roh jahat. Ia berkeliling kota memenuhi panggilan orang Kristen yang membutuhkan jasanya bersama timnya. Suatu kali ketika seorang ibu mengeluh tentang suaminya yang kelakuannya seperti dirasuki setan, saya merekomendasikan namanya. Apa yang terjadi? Ia menjerit. “Pendeta itu sudah berulang kali saya panggil dan sudah menghabiskan seluruh tabungan saya. Tidak ada hasilnya!” Lagi-lagi uang terbukti menjadi virus teramat ganas dalam hidup rohani kita.
Seorang pamong Katolik, yang sering mendapat penglihatan, yang bahu-membahu dengan saya menyelenggarakan persekutuan Kristiani di komplek perumahan kami yang hijau pekat, suatu kali berkata kepada saya, “Bigboss semalam bilang kepada saya, Anda berpotensi memiliki karunia penyembuhan di tangan kanan Anda. Hanya saja belum Anda bangkitkan. Mari saya bantu.” Lalu ia memegang tangan kanan saya dan berdoa dengan sungguh. Apa yang saya perbuat?
Saya juga berdoa dengan “trayek” lain, “Tuhan Yesus, jangan beri saya karunia itu. Saya tidak akan kuat menanggungnya.” Saya menyadari kelemahan saya, gampang sombong. Kesombongan juga sering menghilangkan kharisma pengkhobah handal. Saya sendiri? Dengar satu orang saja memuji tulisan saya, kepala saya langsung berdenyut-denyut memuai. Karunia penyembuhan pasti akan mengundang lebih banyak orang memuji. Apa kepala saya tidak meledak karena menggelembung oversize dipompa kesombongan? Enggak ah, ngeri saya!
Usahakanlah dengan karunia-karunia yang Anda miliki, Anda bisa menjadi tanda dan sarana akan kehadiran, kuasa, dan kasih Allah bagi orang lain.
4* Waspadailah mukjizat-mukjizat dalam kehidupan Anda.
Saya yakin sekali, setiap orang percaya pernah mendapat mukjizat dari Tuhan, setelah mukjizat perdananya, yaitu menjadi orang pilihan Allah, dikuduskan oleh Roh Kudus dan taat kepada Yesus Kristus (1 Petrus 1:2). Hanya saja ia tidak menyadarinya karena peristiwa itu ia beri label “kebetulan”.
“Saya sudah hopeless waktu melamar kerja di kantor itu. Ada hampir 50 pelamar untuk 1 lowongan. Eee kebetulan, saya bertemu teman yang ternyata punya posisi kunci di kantor itu. Ia berbicara kepada bapak dirut sehingga saya diterima kerja di situ.” Jika labeling ini jadi kebiasaan, biar turun mukjizat sehebat apa pun, mata rohani kita tidak mampu melihat Roh Kudus yang berkarya dalam peristiwa itu. Akhirnya kita akan berpikir, “Apa iya saya memiliki Roh Kudus?”
Cobalah mencatat setiap peristiwa sekecil apapun yang punya unsur “kebetulan” yang Anda alami. Baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Perlahan tapi pasti, Anda akan melihat makin jelas mukjizat Roh Kudus dibalik kata “kebetulan” itu. Dan akhirnya Anda akan menyerukan kalimat yang sering diucapkan orang Jawa, “ndilalah kersane Allah” (tak disangka atas kehendak Allah). Ceritakanlah mukjizat itu kepada teman, untuk membangunnya, bukan untuk bilang, “Tuh liat, gue lebih dikasihi Tuhan daripada loe ‘kan.”
Tentunya, tidak semua mukjizat bisa di-sharing-kan. Ada mukjizat yang bersifat amat sangat pribadi sehingga malah mendatangkan tsunami bila dipublikasikan. Contohnya? “The lady is so pretty dan menggoda sehingga saya lupa Tuhan dan kedudukan saya di gereja, apalagi istri yang jauh di rumah. Saya ajak ia masuk ke kamar hotel. Baru saja saya duduk di tepi tempat tidur, mendadak tubuh saya gemetaran menggigil kedinginan sampai gigi saya beradu. Saya melihat ke AC. Heran, AC itu belum dinyalakan. Saya ketakutan. Yakin saya, itu perbuatan Roh Kudus yang diam dalam diri saya. Segera saya minta maaf kepada perempuan itu dan mempersilakannya meninggalkan kamar saya.”
Pur, contoh di atas itu fikti atau fakta?
Hehehe, mo tau aza. Udah ya, saya pamit dulu sebelum preman-preman datang ramai-ramai memalak saya.
(the end)
Belum ada user yang menyukai
- Purnomo's blog
- Login to post comments
- 4796 reads
perbuatan Roh Kudus....
he he.., saya pernah punya pengalaman 'menarik' Pak Pur..
suatu ketika saya diundang ke sebuah kota, sendirian, diberi fasilitas oleh pengundang dengan penginapan bintang 4, pikiran saya "wah.. ini kesempatan...." (itu acara perusahaan, banyak SPG-nya cantik-cantik he he he..)
menjelang jam 10 malam, sy masih duduk2 di lobby sambil baca koran, seorang teman perempuan berdada montok, sharing pengalamannya sering diganggu oleh roh jahat. Tidak mungkin saya bercerita panjang lebar tentang hal "spiritual" di lobby hotel, ya.. saya ajak dia ke kamar saya dan sampai lewat tengah malam, kami berdua berdiskusi tentang keyakinan, tentang Tuhan dan setelah saya doakan, dia pergi ke kamarnya, dan tinggal saya sendirian di kamar yang dingin (AC-nya benar-benar dingin) dan mengucap syukur, telah melayani seseorang, dan merenung, ".... batal deh.. "kesempatan" yang saya pikirkan ketika berangkat...." Tapi sy yakin, itulah pekerjaan Roh Kudus.
Pagi harinya.. ketika matahari terbit, saya sudah berangkat ke kota lain lagi, dan sambil nyetir di jalan raya yang mulai ramai, saya telepon perempuan tadi, supaya kapan-kapan kalau lewat Salatiga mampir ke rumah, dan benar, beberapa waktu kemudian dia mampir, dan saya beri dia sebuah Alkitab.
Pengalaman itu masih saya ingat..., "Tuhan (Roh Kudus) selalu ingin kita benar..., bahkan ketika kita punya "free will" untuk tidak benar..."
Jadi... apa yang perlu kita kuatirkan, jika Roh Kudus selalu menemani kita?
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)
"Leres niku..."
Saya juga sering diselamatkan Roh Kudus dari situasi itu,maklum memang situasi kerja saya yang jauh dari rumah dan lekat dengan dunia gemerlap malam....
Disaat situasi meruncing dan di ujung tanduk,dan rasa - rasanya kita ga bakal bisa lari dari "keterjatuhan" cara Roh Kudus begitu dahsyat tak terpikirkan oleh akal kita.
Kalo di ingat -ingat satu ,dua, tiga ,empat, lima.....wah tak terhitung dia luputkan saya dari situasi itu.Memang Tuhan sudah berjanji menyediakan seorang penolong kepada orang - orang percaya sampai kepada akhir jaman, yah.. itulah "Roh Kudus" yang setia menemani.....
GBU
laskris007
Pak Yanto & Laskris, thanks
untuk melengkapi blog saya.
Note untuk Laskris:
Saya ingin sekali membaca pengalaman Anda bekerja di atas lautan karena pengalaman saya hanya mengarungi daratan.
Salam.
@purnomo, Tanggapan dan Pertanyaan
Sdr. Purnomo,
Ijinkan saya memberikan tanggapan/pertanyaan:
Anda menulis:
Bagaimana jika kemudian Anda merasa cocok dan hepi di gereja itu? Ya pindah saja daripada tidak merasa sejahtera di gereja Anda sekarang.
Mengapa diri kita selalu dijadikan patokan/ukuran tentang sesuatu? Jika Saya Cocok, JIka Saya Senang, Jika Saya Lega, Jika Saya Diberkati, Jika Saya Nyaman, Jika Saya ... maka selalu diambil kesimpulan bahwa gereja itu benar. Mengapa tidak menggunakan "Kebenaran Firman" sebagai patokan? Karena firman yang benar belum tentu membuat saya lega, puas, nyaman dan cocok.
Setiap orang percaya punya Roh Kudus. Ini pernyataan Tuhan Yesus, bukan perkataan saya. Hanya saja Anda lupa di mana Roh Kudus ini Anda simpan sehingga ketika Anda membutuhkan-Nya Anda susah menemukan-Nya kembali.
Menurut Sdr. Purnomo, Roh Kudus itu apa/siapa sehingga bisa disimpan? Tolong jelaskan mengenai "konsep" Roh Kudus, karena setahu saya Roh Kudus = Roh Allah = Allah, Dia jauh lebih besar dari saya, Dia bukan sesuatu yang bisa saya simpan atau buang.
“Hidup dipenuhi oleh Roh Kudus” hanya bisa terjadi bila kita memberi kesempatan Roh Kudus menguasai setiap langkah kehidupan kita.
Yang ini saya setuju, kepenuhan Roh buat saya bukan Roh yang memenuhi, tapi kita yang mengosongkan diri dari kedagingan dan menyerahkan seluruh hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Bisa-tidaknya Roh Kudus bekerja dalam hidup kita tergantung diri kita sendiri. Bagaimana caranya? ... Hiduplah Kudus...
Wah, ini saya agak bingung, kalau bekerjanya Roh Kudus tergantung saya, berarti Roh Kudus tidak berkuasa dong, terus kalau saya bisa hidup kudus dengan diri sendiri, apa gunanya Roh Kudus lagi?
Jangan malu bila Anda ingin mendapatkan karunia berbahasa lidah. Masuklah ke dalam kamar, renungkanlah firman Tuhan, naikkan lagu penyembahan, berdoalah dengan sungguh. Ingatlah bahwa karunia berbahasa lidah bukan untuk pameran, tetapi untuk memantapkan iman akan eksistensi Roh Kudus dalam diri Anda.
Kenapa terpaku dengan karunia bahasa lidah? Kenapa bukan karunia yang lain? Kalau bahasa lidah untuk memantapkan iman, lalu firman Yesus Kristus itu untuk apa?
Berkurung seorang diri dalam kamar juga untuk menjamin bahasa lidah yang Anda peroleh original gift from God, bukan hasil pembajakan masal atau hasil dari sebuah kursus yang pernah ditawarkan kepada saya.
Dari mana anda yakin bahwa seorang diri di dalam kamar pasti mendapatkan sesuatu dari Tuhan? Banyak kejadian orang-orang yang menyendiri di kamar ternyata menyimpan banyak rahasia-rahasia yang menakutkan.
Sekali lagi maafkan saya Sdr. Purnomo, tanggapan maupun pertanyaan saya hanya bermaksud untuk mencari kebenaran bukan untuk memojokkan siapa pun.
Kiranya Tuhan memberkati. GBU.
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Pernyataan pak Purnomo memang kurang tepat
Purnomo berkata:
Berkurung seorang diri dalam kamar juga untuk menjamin bahasa lidah yang Anda peroleh original gift from God, bukan hasil pembajakan masal atau hasil dari sebuah kursus yang pernah ditawarkan kepada saya.
murid kristus berkata:
Dari mana anda yakin bahwa seorang diri di dalam kamar pasti mendapatkan sesuatu dari Tuhan? Banyak kejadian orang-orang yang menyendiri di kamar ternyata menyimpan banyak rahasia-rahasia yang menakutkan.
Saya menanggapi:
Pernyataan pak Purnomo memang kurang tepat. Kalau saya sih akan pakai ungkapan. Kalau mau mendapat karunia Roh Kudus maka cukup menginginkan hal tersebut dan minta langsung pada Tuhan dan nggak perlu ditumpang tangan atau lewat perantaraan orang lain.
Lukas 11:13
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
1 Korintus 14:1
Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
1 Co 14:1 (KJV)
Follow after charity, and desire spiritual gifts, but rather that ye may prophesy.
Untuk memperoleh karunia Roh Kudus cukup menginginkan hal tersebut dan minta kepada Bapa.
SF, thx
untuk ikutan melengkapi blog saya.
Salam
@mK, ini bukan pledoi
MK, terima kasih telah membaca artikel saya dengan teliti. Saya akan menjawab pertanyaan yang Anda ajukan dengan mempergunakan huruf warna biru. Pertama-tama saya akan menanggapi kalimat penutup komen Anda.
- - - tanggapan maupun pertanyaan saya hanya bermaksud untuk mencari kebenaran bukan untuk memojokkan siapa pun.
Memang biasanya bila seseorang dicecar banyak pertanyaan, otaknya sudah membuat kesimpulan “si penanya ini mau mempermalukan aku”. Bila ia kemudian tidak bisa menjawab pertanyaan yang disodorkan, ia merasa bagai dipojokkan di sudut ring tinju untuk dibantai.
Saya tidak merasa dipojokkan oleh MK dengan sekian banyak pertanyaan. Bukan karena saya sudah terlatih pibu di situs ini, tetapi karena menyadari pengetahuan saya masih kurang dan apa yang saya tulis hanya berdasarkan pengalaman pribadi yang bisa tidak ilmiah atau keliru menafsirkan ayat Alkitab. Karena itu jangan beranggapan jawaban saya di bawah ini pasti benar. Ujilah kembali.
Anda menulis:
Bagaimana jika kemudian Anda merasa cocok dan hepi di gereja itu? Ya pindah saja daripada tidak merasa sejahtera di gereja Anda sekarang.
Mengapa diri kita selalu dijadikan patokan/ukuran tentang sesuatu? Jika Saya Cocok, JIka Saya Senang, Jika Saya Lega, Jika Saya Diberkati, Jika Saya Nyaman, Jika Saya ... maka selalu diambil kesimpulan bahwa gereja itu benar. Mengapa tidak menggunakan "Kebenaran Firman" sebagai patokan? Karena firman yang benar belum tentu membuat saya lega, puas, nyaman dan cocok.
MK betul. Kebenaran Firman (yang sudah tertulis) harus didahulukan. Berbicara dengan beberapa anggota jemaat gereja saya yang telah pindah ke gereja lain, mereka tahu pasti kotbah-kotbah di gereja kami selalu menjaga kebenaran Firman. Mereka pindah gereja bukan karena masalah Firman yang diberitakan, tetapi –
** Tempat tinggal mereka yang baru membuat jarak dari rumah ke gereja lama menjadi jauh sementara di dekat rumahnya ada gereja yang juga menjaga kebenaran Firman.
** Yang pemuda berbisik gereja kami isinya kebanyakan orang tua dan ini membuat mereka sulit mencari calon pasangan hidup (bukankah pasangan mereka harus seiman?).
** Gereja baru yang jauh lebih besar mempunyai lebih banyak kegiatan pelayanan sehingga mereka bisa ikut terlibat di dalamnya, sementara gereja kami “lowongan” pelayanan jarang muncul. Seorang bapak pindah ke gereja lain karena ia senang menyanyi dan gereja kami tidak mempunyai paduan suara kaum bapak. Dengan bercanda saya minta ia pindah atestasi sambil saya menunjukkan gambar dirinya dalam foto paduan suara para bapak yang dimuat di majalah gereja yang tidak satu denominasi dengan gereja kami. Ia menolak.
Saya pernah dimarahi penatua karena sering menganjurkan anggota jemaat yang sudah lama tidak ke gereja dengan alasan usia makin lanjut sehingga tubuh makin lemah, untuk pindah ke gereja lain yang dekat dengan rumahnya. “Lebih baik mereka ke gereja lain daripada tidak ke gereja samasekali,” ini pembelaan saya. Orang-orang lanjut usia ini sering berpendapat (tentunya karena ada kotbah yang bilang:) “tetaplah di gereja ini karena gereja inilah yang (paling) benar dan yang lain tidak benar.”
Dalam kasus-kasus seperti ini, walaupun mereka telah berada di gereja lain, mereka tetap memegang KTA (kartu tanda anggota) gereja kami. Mereka yang mendapat santunan diakonia, tetap mendapat santunan. Jika mereka meninggal, kami ikut melayaninya bersama dengan gereja barunya. Bila diperlukan kami mengirim peti mati gratis (Maaf, jangan menanyakan alamat gereja saya).
Dalam artikel saya, kasus yang dimunculkan adalah ketertarikan orang terhadap manifestasi Roh Kudus yang lebih dikedepankan oleh gereja lain. Gencarnya “promosi” gereja-gereja baru ini membuat sementara orang dari gereja ‘kuno’ berpikir “di sini tidak ada Roh Kudus, di sana ‘banyak’ Roh Kudus. Di sini kering berkat, di sana berkat melimpah.” Jika mereka mau pindah, atas dasar apa kita bisa mencegahnya? Bukankah itu hak setiap orang Kristen? Tetapi, seperti pendapat MK, saya selalu mengingatkan mereka untuk “Jangan mengganti wahyu tertulis (Alkitab) dengan wahyu lisan”.
Setiap orang percaya punya Roh Kudus. Ini pernyataan Tuhan Yesus, bukan perkataan saya. Hanya saja Anda lupa di mana Roh Kudus ini Anda simpan sehingga ketika Anda membutuhkan-Nya Anda susah menemukan-Nya kembali.
Menurut Sdr. Purnomo, Roh Kudus itu apa/siapa sehingga bisa disimpan? Tolong jelaskan mengenai "konsep" Roh Kudus, karena setahu saya Roh Kudus = Roh Allah = Allah, Dia jauh lebih besar dari saya, Dia bukan sesuatu yang bisa saya simpan atau buang.
Konsep MK tentang Roh Kudus adalah benar. Itu yang harus (bukan “seharusnya”) diamini oleh setiap orang Kristen, termasuk saya. Tetapi mengapa saya menulis kalimat yang begitu kurang ajar walaupun sebelumnya saya telah mengutip Yohanes 14:16 yang telah menjelaskan “apa/siapa” Roh Kudus itu? Karena itulah yang sering kita lakukan dalam keseharian. Apa yang kita amini belum tentu kita amalkan.
Satu dari sekian kejelekan saya adalah kegemaran menulis kalimat parodi, mengomedikan tragedi. Sampai-sampai seorang blogger Sabdaspace berkomentar di forum diskusi www.akupercaya.com begini,
“Penulis blog ini adalah seorang yang sangat 'hobby' menyindir. Tulisan2nya selalu 'miring'2, menempatkan diri sebagai seorang yang sinis sekaligus melawak; tipe2 yang, buat gue, susah ditebak. Kata2nya selalu mengambang dan seakan mengundang untuk bisa di-interpretasikan dari berbagai sudut.” (Hayo ngaku, siapa yang menjelek-jelekkan saya di luar situs ini)
Dia teliti, dia benar. Blog-blog sebelumnya juga mengandung kalimat-kalimat konyol seperti misalnya,
“Orang Kristen memang cerdik menyiasati Tuhannya.” (blog “Berapa banyak pacar Yesus?”) walaupun kita tahu benar Tuhan tidak mungkin disiasati.
“Sekarang kejadian yang menyedihkan ini terulang kembali ketika kita mengatakan tidak menyediakan roti untuk Tuhan! Tuhan, tunggu sajalah remah-remah rotiku yang jatuh ke lantai. Dengan mencari-cari uang receh untuk persembahan, kita telah menempatkan Tuhan di bawah meja makan kita. Maaf, pernyataan ini teramat sangat kurang ajar. Tetapi sulit mencari kalimat yang lebih halus tanpa mengaburkan kekurang-ajaran kita dalam memberi persembahan.” (blog “Titah Kadaluwarsa”)
“Tuhan Yesus, sertailah dan bentengilah saya, karena saya akan mengambil apa yang sebetulnya bukan hak saya, tetapi saya betul-betul membutuhkannya. Amin.” (blog “Menyiasati Biaya Pendidikan”)
Kata “simpan” dalam kalimat “di mana Roh Kudus ini Anda simpan” lebih mudah dimengerti bila diganti “tempatkan” sehingga kalimat itu menjadi “Di manakah Allah Roh Kudus Anda tempatkan dalam kehidupan Anda?” Di tempat tertinggi sebagai pemandu hidup kita? Atau di samping kita sebagai co-pilot yang baru diajak berunding bila kita bingung? Atau di kabin penumpang yang dalam keadaan gawat darurat baru kita teriaki “Tuhan, bisakah Engkau menolongku”? Ah, sinis lagi.
Saya miris melihat orang membentak-bentak Tuhan dalam doanya. Bukankah kita sering mendengar orang berteriak sambil merem “Tuhan, aku klim janji-Mu!”. Di manakah Tuhan kita tempatkan? Sebagai pemilik perusahaan asuransi all risk? Memangnya kita sudah membayar preminya? Apalah kita ini sampai berani-beraninya membentak-bentak Dia? Seorang budak (ini istilah kegemaran JF) membentak Tuannya, dunia memang sudah kiamat sebelum waktunya.
“Hidup dipenuhi oleh Roh Kudus” hanya bisa terjadi bila kita memberi kesempatan Roh Kudus menguasai setiap langkah kehidupan kita.
Yang ini saya setuju, kepenuhan Roh buat saya bukan Roh yang memenuhi, tapi kita yang mengosongkan diri dari kedagingan dan menyerahkan seluruh hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Bisa-tidaknya Roh Kudus bekerja dalam hidup kita tergantung diri kita sendiri. Bagaimana caranya? ... Hiduplah Kudus...
Wah, ini saya agak bingung, kalau bekerjanya Roh Kudus tergantung saya, berarti Roh Kudus tidak berkuasa dong, terus kalau saya bisa hidup kudus dengan diri sendiri, apa gunanya Roh Kudus lagi?
Saya pribadi berpendapat bekerjanya Roh Kudus tergantung dari diri kita, seperti yang MK tulis yaitu dengan “mengosongkan diri dari kedagingan dan menyerahkan seluruh hidup dalam pemerintahan Tuhan.” Tetapi mungkinkah ini? Apalagi bila kita harus terlebih dahulu hidup kudus agar Roh Kudus bekerja? Siapakah yang berani memastikan dirinya bisa hidup kudus? Karena itu keterangan yang saya tulis dalam butir 2a mengajak kita untuk mempertaruhkanlah hidup kita dalam pemeliharaan kekuatan Allah (1 Petrus 1:5) dalam usaha kita untuk bisa hidup kudus. Ada keterlibatan Allah dalam usaha kita.
Anda agak bingung “kalau bekerjanya Roh Kudus tergantung saya, berarti Roh Kudus tidak berkuasa dong”. Saya malah sangat bingung melihat paradoks ini. Allah Roh Kudus itu mahakuasa. Kemahakuasaan-Nya membuat Ia bisa memencet satu tombol di “remote control” yang dipegang-Nya agar semua orang di dunia ini bergerak menuju pertobatan. Tetapi mengapa tidak Allah lakukan?
Wahyu 3:20 mencatat “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
Tuhan mau-maunya mengetok pintu rumah budak-Nya padahal Ia berhak masuk tanpa permisi. Kita yang sudah tidak punya nilai – najis, ibarat kain lap – masih Allah hargai padahal kita sendiri sering masuk ke kamar PRT tanpa mengetok pintu terlebih dahulu. Tuhan mempersilakan kita untuk membuka atau menutup pintu. Tuhan yang mahakuasa mempersilakan manusia yang tidak punya kuasa, untuk mengambil inisiatip pertama. Tidak ada allah sehebat Allah kita bukan? Perkasa sekaligus lembut hati. Bukankah karakter Allah ini dijelaskan oleh Yesus dalam perumpamaan Anak Bungsu. Bapanya tidak pergi mencarinya atau mengutus pelayan-pelayannya mencari anak amburadul ini. Ia membiarkan anaknya sendiri yang mengambil keputusan. “Free will”, teriak JF penuh semangat. Tetapi ketika ia melihat anaknya berjalan pulang dalam keadaan yang najis, ia berlari menyambutnya, memeluknya, dan mengembalikan semua haknya sebagai anaknya. Kasih Allah memang mengacaukan logika manusia.
“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (Yakobus 2:22)
Jangan malu bila Anda ingin mendapatkan karunia berbahasa lidah. Masuklah ke dalam kamar, renungkanlah firman Tuhan, naikkan lagu penyembahan, berdoalah dengan sungguh. Ingatlah bahwa karunia berbahasa lidah bukan untuk pameran, tetapi untuk memantapkan iman akan eksistensi Roh Kudus dalam diri Anda.
Kenapa terpaku dengan karunia bahasa lidah? Kenapa bukan karunia yang lain? Kalau bahasa lidah untuk memantapkan iman, lalu firman Yesus Kristus itu untuk apa?
Pertanyaan “Kenapa terpaku dengan karunia bahasa lidah?” tidak mempunyai subyek kalimat. Agar saya dapat menjawabnya, pertama kalimat tanya ini saya rubah menjadi –
“Kenapa Purnomo terpaku dengan karunia bahasa lidah?”
Saya tidak terpaku (tinggal pada 1 titik/tempat) dengan karunia lidah karena itu saya kemudian menganjurkan “Kemudian mintalah karunia lain, yang berguna untuk membangun jemaat, . . .” agar “Anda bisa menjadi (a)tanda dan (b)sarana akan (1)kehadiran, (2)kuasa, dan (3)kasih Allah bagi orang lain” bukan sebaliknya.
Kalau kita hanya mau memiliki “karunia yang membangun diri sendiri” tetapi tidak pernah berkeinginan memiliki “karunia yang membangun jemaat/orang lain” tentunya kita akan disebut egois.
Kalimat tanya versi ke-2 “Kenapa orang terpaku dengan karunia bahasa lidah?”
Saya tidak tahu sebabnya. Walaupun saya sudah membukakan ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan karunia ini bukan karunia yang terpenting atau satu-satunya karunia, mereka tetap terpaku dengan karunia ini.
Kalau bahasa lidah untuk memantapkan iman, lalu firman Yesus Kristus itu untuk apa?
Kalimat “bahasa lidah untuk memantapkan iman (akan eksistensi Roh Kudus dalam diri Anda)” saya adaptasi dari 1 Korintus 14:4a “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri.”
Memantapkan iman, menurut saya pribadi, tidak saja melalui eksistensi Roh Kudus dalam diri sendiri, tetapi bisa melalui peristiwa atau pengalaman lainnya. Misalnya, melalui pendidikan teologia, memahami Firman Tuhan dan mengamalkannya dalam hidup keseharian, melihat kedahsyatan dan keunikan alam, memahami keteraturan garis orbit planet, bintang dan galaksi, mengalami secara pribadi sebuah mukjizat.
Berkurung seorang diri dalam kamar juga untuk menjamin bahasa lidah yang Anda peroleh original gift from God, bukan hasil pembajakan masal atau hasil dari sebuah kursus yang pernah ditawarkan kepada saya.
Dari mana anda yakin bahwa seorang diri di dalam kamar pasti mendapatkan sesuatu dari Tuhan? Banyak kejadian orang-orang yang menyendiri di kamar ternyata menyimpan banyak rahasia-rahasia yang menakutkan.
Kata “pasti” dalam kalimat MK tentu merujuk kata “menjamin” dalam kalimat saya. Dan di belakang kata “menjamin” itu saya tulis apa yang saya jamin yaitu mendapat Roh Kudus yang bukan hasil rekayasa. Kalau memintanya di dalam sebuah persekutuan, teman-teman bisa tidak sabar kalau Tuhan tidak juga memberikannya sehingga kemudian mereka ramai-ramai menumpang tangan ke atas kepala kita.
Pernah mengalami kepala Anda ditekan-tekan ramai-ramai oleh 10 tangan? Pusing, mumet! Apalagi bila ada tangan yang masih basah bekas ingus pemiliknya karena sebelumnya kita nangis bareng-bareng. Saya tidak sinis lho, ini kenyataan.
Pernah dalam sebuah KKR ketika seluruh jemaat menangis dengan suara keras, tiba-tiba oma di sebelah saya menyeka ingusnya dengan tangan telanjang kemudian mengebaskannya. Saya yang jadi korban segera keluar mencari kamar mandi. Firman Tuhan memang harus didahulukan. Tetapi, maaf saja, saya lebih memilih membersihkan baju saya terlebih dahulu. Apalagi mendengar sang pengkotbah dengan suara lantang berteriak: “Lihat orang yang ada di samping kamu. Bila ia tampak mengeraskan hatinya, tumpangkanlah tanganmu dan berdoalah dengan sungguh untuknya.” Inilah ruginya bila kita tidak ikut menangis ketika semua orang menangis.
Matius 6:6 mengatakan “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Tidak boleh dipungkiri bahwa masuk kamar niatnya untuk bedoa dengan tenang tetapi yang terjadi malah kita tidur dengan tenang. Ya, semua terpulang kepada sekuat apa niat hati kita untuk melaksanakan rencana kita. Jadi yang menjamin dapat sesuatu dari Tuhan dengan berkurung di dalam kamar adalah yang bersangkutan sendiri.
Banyak kejadian orang-orang yang menyendiri di kamar ternyata menyimpan banyak rahasia-rahasia yang menakutkan.
di antaranya adalah melihat kehadiran Yesus, atau selama sekian malam mendapat pelajaran teologia langsung dari Yesus, bukan?
Dan ini pernah dialami oleh seorang pengkotbah yang membawakan renungan dalam sebuah bidston penghiburan di rumah teman saya setelah 3 hari ibunya dimakamkan. Saya tidak berpikir ia bohong karena saya tahu kegiatan Tuhan Yesus tidak bisa dipagari oleh logika manusia. Dalam kotbahnya yang berapi-api muncul pernyataannya yang membuat hadirin tersentak.
“Jika Tuhan Allah mengasihi seseorang, Ia pasti menampakkan diri-Nya kepada orang itu.” Belum sempat kami menurunkan tensi, ia berteriak lagi, “Orang yang dikasihi Tuhan Yesus tidak akan mati muda.” Jelas sudah yang ia temui di dalam kamarnya bukan Yesus yang sejati tetapi “yesus” yang muncul akibat kekuatan gelombang otaknya yang berhasil memvisualisasikan sesuatu yang diinginkannya (ini istilah teknis yang baru saja saya dapat dalam seminar Inner Healing yang sekerabat dengan Hipnoterapi).
Saya mengambil gelas minum saya lalu keluar dari ruang tamu itu untuk duduk di halaman. Saya tahu, selesai ia berkotbah, pasti ia diadili oleh teman-teman saya. Saya tidak tega melihat seperti apa raut wajahnya nanti.
Akhir kata, kembali saya ingatkan jangan menerima 100% uraian saya di atas. Anda tidak tahu siapakah saya dalam dunia nyata. Seorang pembisik atau seorang pembusuk. Seorang S.Th (Sarjana Teologia) atau seorang bergelar M.Min (Mung Minteri, sekedar sok pandai). Lebih bijak untuk mendiskusikannya dengan pendeta yang Anda percayai memegang teguh kebenaran Firman.
Salam.
@purnomo, what can I say?
Sdr. Purnomo,
Saya pun belajar untuk tidak sempit. Sebelum saya mengenal theologi reformed, saya banyak berkeliling dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Banyak pengajaran/pengalaman yang saya dengar. Maka itu saya percaya bahwa segala sesuatu itu indah pada waktuNYA.
Karena anda menulis:
Akhir kata, kembali saya ingatkan jangan menerima 100% uraian saya di atas. Anda tidak tahu siapakah saya dalam dunia nyata. Seorang pembisik atau seorang pembusuk. Seorang S.Th (Sarjana Teologia) atau seorang bergelar M.Min (Mung Minteri, sekedar sok pandai). Lebih bijak untuk mendiskusikannya dengan pendeta yang Anda percayai memegang teguh kebenaran Firman.
Apa lagi yang dapat saya katakan? selain GBU
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
@Purnomo yang berdenyut-denyut
Purnomo menulis:
"Dengar satu orang saja memuji tulisan saya, kepala saya langsung berdenyut-denyut memuai"
Lho, itu kan karena saudara/i seiman sudah mengakui berkat Tuhan yang dilimpahkan melalui situ, untuk membangun 'gerejaNya'.
Kalo berdenyut-denyut, ya jelas-jelas itu Roh Kudus yang bilang, "Hayoooo...nyombong yaaa"