Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Antara Cocktail dan Kamput
“Ya tidak bisa. Cap tikus itu ‘kan beda jauh dengan cocktail.”
“Bedanya apa? ‘Kan sama-sama minuman keras?”
“Sampeyan ini gimana seh. Tanpa meminumnya kita bisa tahu bedanya waktu waiter menyodorkan nota tagihan. Harganya! Uang pembeli segelas cocktail bisa untuk beli cap tikus buat cuci muka.”
“Lalu bagaimana menangkal pengaruh negatif cap tikus?” ia mencecar.
“Minum Kamput, kambing putihnya Medan,” jawab saya yang malah membingungkan si penanya. Memang saya tidak mengalamatkan jawaban ini kepadanya, tetapi kepada orang yang ada di seberang saya. Ia tampak lunglai seperti habis lari maraton tiga hari tiga malam. Teman di sebelahnya sedang mengipasinya sambil membaca mantera pembangkit tenaga, memanggil pulang semangat yang ngelencer pergi entah ke mana.
“Kamu asal dari mana?” tanya saya kepada pasien itu.
“Medan,” jawabnya singkat.
“Medannya di mana? Dalam kota, pinggir kota atau luar kotanya?”
“Siantar,” singkat lagi jawabnya seakan-akan lidahnya juga terlanda asam urat.
“Heee semua orang tahu Siantar itu bukan Medan. Pematang Siantarnya dalam kota atau desanya. Misalnya Bah Jambi atau Kampung Jawa?” kembali saya bertanya seperti sedang mengisi formulir jati diri teroris.
“Sumber Jaya,” jawabnya.
“Oooh,’ saya berguman sambil mewaspadai serangan balik. Mengapa? Karena itu nama kelurahan yang berjarak hanya 5 km dari pusat kota Siantar. Harusnya ia menegaskan, “Jangan menghina. Aku ini anak kota, bukan anak desa.”
“Tahu desa Sei Rampah?” tanya saya setelah tahu ia tidak bakalan melakukan serangan balik.
“Tidak tahu.”
“Kalau begitu kamu juga pasti tidak tahu rasanya minuman keras Kamput ,” saya menekannya. “Lalu bagaimana kamu bisa tahan bertarung melawan pendekar mabok yang bersilat sembari nenggak Kamput? Dia pernah lama tinggal di Medan. Di Medan, anak kecil saja ada yang sudah mencicipinya. Apalagi lawanmu itu.”
Karena melihat wajah Joli menyiratkan pernyataan “kon mbujuki” saya bercerita.
Suatu ketika saya kedatangan top executive perusahaan yang berasal dari Inggris. Agaknya ia suka melihat pelabuhan sehingga setelah mengunjungi beberapa pasar di kota Medan, ia meminta saya membawanya ke Belawan. Di Pasar Belawan ketika kami ada di dalam sebuah toko, seorang anak usia SD membeli sebotol Kamput. Penjualnya menuangkan isi botol itu ke dalam sebuah kantong plastik tranparan dan memasukkan sebatang sedotan. Sementara itu saya sebagai pemandu wisata menjelaskan kepada orang Inggris ini apa itu Kamput.
“Anak sekecil ini sudah minum alkohol? Di siang seterik ini?” tanyanya heran.
“Ah, tidak. Itu untuk bapaknya,” jawab saya yang berprinsip bad or good is my country.
Anak ini menyodorkan uang dan minta ditambah coca cola. Si penjual menuangkan sebotol minuman yang diminta ke kantong yang sama. Anak ini kemudian pergi dengan sepedanya.
Kami berpamitan. Baru sejenak saya mengemudikan mobil, si Inggris berteriak-teriak histeris.
“Pur, look! Look over there! Anak itu bersepeda sambil menyedot minuman yang tadi dibelinya.”
Saya menoleh ke kiri. Kurang ajar! Betul katanya. Saya mencoba berkilah, “Mungkin saja coca cola telah menetralisir kadar alkohol Kamput sehingga bisa dikonsumsinya dengan aman. Do you want to prove it?”
Ia terbahak. “No way. Alkohol tetap saja alkohol. Orang Indonesia memang pemberani dan kuat.”
Ah, ia tak tahu saya juga kuat. Dinding dalam lambung dan usus saya berlapis formalin sehingga bisa makan di pinggir jalan berdebu tanpa kena muntaber. Sekarang di negerinya mungkin ia sedang terkagum-kagum membaca berita internet di Indonesia cicak saja berani melawan buaya. Kalau ia tersesat di Sabdaspace akan makin keras decak lidahnya, “Bukan main! Negeri ini menyimpan banyak orang pintar yang tanpa harus bergelar doktor mampu berpikir sama kritisnya dengan teolog.”
– o –
“Lalu kalau lawan kita mabok Kamput, kita harus minum apa?” tetangga saya kembali bertanya. Ia memang pintar sehingga tahu saya mau lari dari main topic. Namanya meroket di situs ini dalam satu hari karena berhasil menggalang masa untuk merepotkan pendekar Riau Daratan.
Saya melambai tangan ke seberang. “Kau minta tolong Joli membelikan satu galon ciu Bekonang.”
Tetapi Joli salah tafsir. Bergegas ia beranjak pindah ke sebelah saya dan menyodorkan sebundel print-out sambil berkata, “Kamu baca ini. Blog-blog terakhirnya berisi ide-ide baru yang perlu dikaji oleh S3 teologi.”
“Tak usah,” jawab saya. “Saya lebih tertarik membaca komentarnya dalam comment-vs-comment. Ibarat orang melakukan penginjilan, semua membawa konten yang sama. Tetapi setiap orang menyampaikan konten itu dengan caranya masing-masing. Setiap blogger baru di SS selalu berujar, ‘aku telah mengenal kamu wahai penyesat.’ Really? Saya sangat meragukan. Saya lebih mudah mengenal ‘jeroan’ pendekar mabok ini dari komen-komennya yang bertebaran di blog-blog orang lain. Saya perlu lebih dari 6 bulan untuk menyusun potongan-potongan data ini menjadi sebuah gambar. Tidak utuh, tetapi saya sudah bisa mendapat sebuah gambar kabur yang membuat saya patut menyapanya dengan panggilan ‘Empek’.”
Saya penjilat? Tidak ada alasan yang menekan saya untuk menjilat kakinya. Saya tidak punya hubungan bisnis dengannya. Saya tidak pernah bertatap muka dengannya. Apalagi ditraktirnya makan.
Ketika ada yang meributkan pernyataannya yang mengatakan “manna itu telur burung puyuh” saya heran. Blogger ini penyesat! Wow, purnomo juga akan dilabel penyesat bila ia membaca artikel saya “Biarlah Allah bekerja” di mana saya berkisah mengatakan kepada anak-anak Sekolah Minggu bahwa Abraham disuruh Tuhan menyembelih Ishak anaknya di belakang rumahnya. Di kelas remaja saya menceritakan ada VCD yang membahas mukjizat pembelahan Laut Kolzom dari disiplin ilmu pengetahuan. Lembaga itu membuktikan bahwa kadang-kadang di situ dulu ada angin begitu kencang sehingga membelah air laut. Jika ini benar, apa kesimpulannya? Mereka sendiri yang menjawab, “Mukjizat yang terjadi adalah orang-orang Israel bisa berjalan dalam angin yang begitu dahsyat tanpa diterbangkan ke angkasa.”
Saya juga tidak ragu menjelaskan bahwa Sungai Jordan sering terputus aliran airnya untuk beberapa waktu karena tebing di daerah hulunya runtuh. Yang sulit dinalar akal sehat adalah bagaimana tebing itu runtuh tepat pada saat kaki para iman menyentuh air sungai itu.
Saya tidak ragu bercerita kepada remaja asuhan saya bahwa menurut penelitian geologi tanah di bawah Sodom Gomora purba pernah mengandung belerang cair yang siap meledak sewaktu-waktu karena kumulasi tekanan. Ledakan ini sangat hebat dan kadar belerang sangat tinggi sehingga materi yang terlontar ke langit masih membara ketika terjun kembali ke bumi. Dengan informasi ini kekaguman mereka akan kemahakuasaan Allah tidak berkurang.
Jadi, bagaimana menyikapi pendekar mabok ini? Empek yang hobi baca buku kuno pasti usul, “Sebelum berperang kenalilah terlebih dahulu lawanmu.” Purnomo melanjutkan, “Setelah itu baru putuskan tetap maju laga kambing atau duduk semeja main catur.”
Tetapi mana ada yang sempat meluangkan waktu mencari tahu tentang dirinya bila sudah merasa dilecehkan terus menerus dengan pernyataannya yang senada dengan sebuah iklan minyak goreng, “Orang cerdas pakai minyak gorengku.” Ini memang strategi pemasaran favoritnya. Yang tidak sependapat berarti tidak cerdas, bodoh, goblok, tolol, idiot. Maka kita bersegera mengerahkan segenap daya dan bila perlu massa untuk memukulinya. Bagi seorang penyesat tidak perlu lagi sebuah wawancara. Jika seorang jelas terbukti mencuri ayam untuk apa ditanya mengapa ia mencuri? Jika semua orang benar berkiblat ke selatan sudah jelas dia yang berkiblat ke utara adalah penyesat. Itu juga yang dulu ada dalam pikiran saya sampai suatu kali saya terbahak-bahak ketika orang ramai-ramai mengejarnya ke utara diam-diam ia berbalik ke selatan sehingga pengejarnya kecele. Sebaiknya ada larangan di situs ini yang tidak memperbolehkan blogger mengupdate atau mengedit konten blognya. Repot kalau ada blogger berbelok tanpa menyalakan lampu sein sementara yang membuntutinya sudah terlanjur panjang berlerot.
Tetapi apa yang muncul dalam benak Anda bila membaca sekilas info ini? Ia tidak konsisten, ia tidak punya prinsip, bahkan ia gila. Hari ini bilang tidak percaya mukjizat, minggu depan mati-matian bilang aku percaya mukjizat. Dalam blognya ayat-ayat Alkitab dipotong-potong seperti daging sapi dijual eceran. Dalam komentar di blog orang lain ia membahas Firman sesuai dengan standar sekolah teologi yang diakui banyak gereja dengan apik, jelas dan hormat, sampai-sampai ada yang mengira ia itu The Fat Sam dalam nickname lain.
Saya yakin ia tidak gila. Kalau pura-pura gila, mungkin. Bukankah orang gila juga punya daya tarik yang tak kalah dengan daya tarik orang jenius?
Kalau Anda datang ke Semarang dengan kereta api, Anda akan turun di Setasiun Tawang yang sampai sekarang belum berubah nama menjadi Setasiun Tawangmangu. Di seberang setasiun ini ada folder, kolam besar untuk penampungan air banjir atau rob. Dulu, itu lapangan sepakbola terbuka. Pada hari-hari tertentu saya dengan teman-teman naik sepeda ke situ untuk menonton sepakbola. Di dekatnya ada markas para pemainnya, Rumah Sakit Jiwa. Ketika mereka bermain bola, orang-orang yang melintasi jalan sekitar lapangan banyak yang berhenti untuk menonton. Tidak ada satupun aturan persepakbolaan yang tidak dijungkirbalikkan di sini. Setelah menangkap bola dengan manis, kiper meletakkan bola di tanah, lalu berbalik dan tiba-tiba menendang keras bola itu ke gawangnya sendiri. Ia melompat-lompat kegirangan. Ia sedang mengaplikasikan ajaran kasihilah musuhmu. Teknik total football juga mereka lakukan dengan paripurna. Semua pemain ramai-ramai mengarahkan bola ke sebuah gawang. Setelah berhasil membobol gawang dengan terlebih dahulu menelikung kipernya, mereka semua menggiring bola ke gawang lainnya. Ini efisiensi tingkat tinggi. Dua kesebelasan bisa mencetak gol dalam jumlah banyak dalam waktu singkat dengan strategi kolaborasi.
Seperti yang kita lihat ditivi, selesai bertanding dua kesebelasan biasanya saling bertukar kaos. Mereka juga mengikuti tradisi ini. Tetapi mereka tidak mengekor budaya asing. Mereka bertukar celana. Dan penonton tahu diri karena mendapat hiburan unik ini. Mereka memberi bungkusan makanan kepada para pemain. Ada juga yang memberikan uang. Seorang pemain favorit penonton berkata, “Minggu depan datang lagi Mas ke mari nonton kami main. Hari ini kami menaklukkan Aceh Milan. Minggu depan kami akan menghadapi Aceh Pidie.”
Strategi yang dipakai oleh blogger ini seperti yang dulu dilakukan oleh Pendeta Mabuk alias Mang Ucup yang nama aslinya Yusuf Randi pakar komputer yang pada tahun 1980-an namanya hampir setiap hari dimuat di koran seperti selebriti. Semua orang tahu apa yang terjadi bila seorang pendeta mendadak berkata kepada sidang penatuanya bahwa Yesus bukan satu-satunya juruselamat dunia. Ia dengan bersemangat memaparkan alasan-alasannya dan ayat-ayat Alkitab yang mendukung. Sidang gempar, pasti. Kemudian, para penatua berusaha meyakinkan beliau bahwa pendapatnya itu salah dan dengan pengetahuan yang dimiliki berusaha membawa pendetanya ke jalan yang benar dan baku. Sementara itu sang pendeta mengangguk-angguk dan sesekali menyanggah mereka. Di akhir pertemuan beliau berujar, “Terima kasih atas argumen-argumen yang telah Anda sekalian berikan. Bapak Ibu telah membantu saya menyusun materi pelatihan penatua untuk tahun depan.”
So what? Kalau Anda minum jeruk keprok untuk menghadapi orang mabok Kamput, itu salah besar. Minumlah ciu Bekonang sehingga Anda bisa menghadapinya dengan hahahihi, tanpa harus sakit hati. Tetapi di mana kamu sekarang? Apa sedang mabuk ciu sendirian?
Sebentar! Apakah purnomo sekarang jadi vulgar karena menganjurkan saudara seimannya minum miras? Apakah purnomo sedang jadi pembisik atau pembusuk? Tidak! Jangan berprasangka buruk. Minum anggur itu tidak haram bagi orang Kristen karena buktinya sampai sekarang perjamuan kudus masih mempergunakan anggur bukan air aki. Kalau Nuh mabok karena minum anggur itu karena ia belum tahu seberapa banyak anggur bisa diminum tanpa mabuk karena anggur adalah tanaman baru yang Tuhan tambahkan setelah banjir besar. Sayangnya buah durian yang juga tanaman baru hanyut jauh dan mendarat di Asia Tenggara. Kalau saja buah durian tersangkut di pegunungan Ararat, pasti setiap perjamuan kudus kita minum jus duren.
Apa saya menulis blog ini sambil mabuk? Tidak! Saya tidak minum miras. Saya tadi ke Muntilan dan beli tape ketan 1 kilo. Saya menghabiskannya sambil menulis blog ini. Makan tape ketan tidak berdosa, bukan? Kalau ada mashab yang mengatakan berdosa, mudah-mudahan bukan dosa yang membawa maut.
Salam.
- Purnomo's blog
- Login to post comments
- 27542 reads
@Purnomo.. ck..ck.. (kayak cicak)
Purnomo, ck..ck..
Baru mudeng pebicaraan pating clebung di rumah singgah tentang kamput dan ciu bekonang setelah baca tulisan ini. Iya juga sih, jeruk sak truk nggak akan mempan ya? Jurus dewa mabok mesti diimbangi jurus dewa teler gitu? Wah semakin seru neh pasar klewer..
Purnomo ck..ck..
Melihat cara berkenalan selayak interview perusahaan, seperti interogasi penyidik di drama cicak buaya. Wah, bila kenalan-nya one by one ngeri ah. Bisa-bisa rahasia luar dalam terungkap.
Bisa bayangin tuh, persiapan calon menantu berkenalan dg camer, pastilah persiapannya melebihi calon pendeta menghadapi ujian peremtoir, ha..ha..ha..
Pating clebung – pating ceblung
Saya tidak tahu arti pating clebung. Apa ini frase khas Solo yang di Semarang berubah menjadi pating ceblung yang terbentuk dari bunyi akibat benturan benda padat pada permukaan air? Kalau diterjemahpaksakan dalam bahasa Indonesia, “berceblungan.” Bunyi-bunyian ini muncul apabila pada malam hari orang-orang jongkok berderet di pinggir kali untuk melepaskan hajat. Kalau pakai kloset duduk atau kloset jongkok, orang butuh waktu tidak lebih dari 15 menit. Tetapi beraktivitas di kloset ceblungan ini bisa menyita waktu hampir 1 jam karena dibarengi acara ngrumpi dengan para tetangga. Makin banyak tetangga, makin lama ceblungannya.
Dalam keseharian frase pating ceblung dikenakan kepada pembicaraan yang asal-asalan, banyak kwantita tetapi tanpa kwalita. Saya setuju dengan penilaian Joli ini. Tetapi lebih tepat bila dikatakan pating pecotot. Sekarang giliran Joli yang menjelaskan kepada khalayak ramai artinya.
Karena itulah laporan kopdar Joli jadi garing karena sulit menotulakan pembicaraan pating ceblung – pating pecotot.
Kapan sih acara pertemuan camen – camer untuk Clair?
Clebang-clebung
Purnomo, lah mbuh tidak tahu, yang bener clebung atau ceblung, Joli biasa ngomong-e clebang-clebung, dari mana asalnya nggak tahu, mungkin bener Purnomo kalee..
Pembicaraan kopdar kemarin babar blas tidak ter-record di otak Joli, tubuh di rumah singgah, pikiran dimana juga tak tahu, kadang ada, kadang blank.. ha..ha. jadi nggak nyambung, dan asal nimbrung, sorry ya..
Tapi enjoy kok ketemu kalian, setelah antar IIk pulang, lewat tol, belum keluar dari semarang, dah tertidurrr.. zzzz.. itu tanda hari sabtu yang menyenangkan.. zzzzz..
@Pak Purnomo : Bisa aja....
Pak Purnomo memang piawai meramu setiap pengalaman menjadi cerita yang menarik, termasuk meledek Siantarman yang mengaku berasal dari Medan. Pak Pur, jangan begitulah sama kawan kita itu, orang Sumatera Utara memang punya konsep yang khas tentang 'asal' atau kampung halaman.
Teman Pak Pur (he...he...Deta ya ? - ada ceritanya di blognya Joli) pasti berpikir orang seperti Pak Pur tak kenal Sumatera Utara, maka untuk meringkas jawaban tentang asal muasalnya lazim menggunakan kata 'Medan' sebagai representasi 'Sumatera Utara'. Daripada ditanya-tanya panjang lebar 'Siantar itu dimananya Medan?' maka lebih mudah menjawab 'dari Medan' saja; tak ada pretensi untuk menyamarkan jawaban.
Jangankan manusia, ikan teri dari Sibolga dan Bagansiapi-siapi serta kopi dari Dairi saja juga sering 'terpaksa' mengaku asal Medan, supaya tidak diinterogasi berlama-lama oleh orang yang tak kenal Sumatera Utara.
Kalau orang Sumut (khususnya Batak) ditanya oleh orang yang juga berasal dari Sumut, maka jawaban seperti 'Dari Siantar' juga tidak akan cukup lengkap. Sekali waktu, saya mendengar dialog dua orang 'Medan' yang baru berkenalan di sebuah rumah makan khas daearah di seberang Kantor Telkom di Bandung seperti ini :
" O...jadi kamu marga X, ya ?! Aslinya dari mana ?"
" Dari Medan "
(Nada marah). "Tak ada X dari Medan!"
" Saya memang dari Medan. Lahir dan besar dari Medan. Sekolah sampai SMA di Medan, baru sekarang pindah ke Bandung untuk kuliah"
(Nada ngotot). " Kalau ditanya asalnya dari mana, jawablah yang benar !! Kampungmu di mana ?!! Dari mana asal ompungmu ? Dari Balige-nya, Porsea-nya, Parsoburan-nya, Samosir-nya ?!! Kayak bukan orang Batak sazzzaa kau ini!!!
Btw, mosok sih anak Siantar yang tidak tahu Sei Rampah, pasti tidak tahu rasa Kamput ? Hubungannya apa ?
Erkata bedil i kota Medan
Terima kasih sekali atas tambahan informasinya. Dengan info ini kita-kita yang kemarin-kemarin tak tahu, tak lagi menuduh orang Batak mencatut alamat asalnya.
Apa hubungannya antara tahu Sei Rampah dengan tahu rasa Kamput? Tidak ada! Lalu mengapa dihubung-hubungkan? Seperti kata Joli, kwalitas pembicaraan saya itu pating ceblung bahkan pating pecotot. Melompat-lompat kian kemari tanpa bisa diramal mau ke mana. Ditambah lagi arogan dan vulgar seolah-olah saya lebih mengenal Pematang Siantar daripada anak Siantar Martoba ini. Itu dikarenakan saya panik melihat usaha teman kita mengembalikan semangat yang terbang dengan mengipasinya tidak berhasil. Jadi aku sepak-sepak dia lah. Seandainya bygrace juga hadir di situ, pasti bygrace marah besar melihat halak kita ini lemah gemulainya mengalahkan orang Jawa. Pasti bygrace berdiri tegak di depannya, mengepalkan tangan di depan wajahnya dan dengan semangat tinggi meneriakkan “Halo-halo Bandung”-nya orang Medan untuk membangunkannya: “Erkata bedil i kota Medan, arih o Turang!” (bedil berbunyi di kota Medan, kekasihku).
Tapi kita boleh bernafas lega karena pada akhir interogasi pating ceblung – pating pecotot ada konfirmasi yang pasti dalam waktu dekat ia akan menjemput energizer dari Jakarta (@Joli diharap tidak memublikasi topik jatah-menjatah walau ini spesialisasinya Joli). Ga bohong kok, saya tidak ingin ia menghilang. So,
Ida gambiri i topi pasar (pohon kemiri di pinggir jalan)
panjomuran ni saputangan (penjemuran saputangan)
Ai anggo misir ma ham patar (bila abang berangkat besok)
gendo pala marjabat tangan (mari kita berjabat tangan)
@ Bygrace & Purnomo, serba salah..
Serba salah saya.. ini kopdar apa interview kerja? Galaknya bukan main !!!
Pak Purnomo sangat senior (baca: tua), jadi segan saya, kalo si Hai hai pantas lah dimaki-maki: "sok tahu", "tolol", dsb.
Thanks utk penjelasannya. Bygrace!
NB: Wah blog ini sudah membongkar info bahwa saya Siantarman.., bahkan kampung saya jg ketuan. Pak Purnomo sudah melanggar kode etik blogger nih.. Saya jd kecewa ama pak Pur.
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
@bygrace, Lazarus sudah bangkit
Serba salah saya.. ini kopdar apa interview kerja? Galaknya bukan main !!!
Bukan interview kerja, tapi dikerjain interview.
Pak Purnomo sangat senior (baca: tua), jadi segan saya,
Karena itu nama lengkapnya Purnomo TOP (tua, ompong, pikun).
kalo si Hai hai pantas lah dimaki-maki: "sok tahu", "tolol", dsb.
Sebentar lagi namanya menyusul jadi hai hai TOP (tolol, orgi, peyot).
blog ini sudah membongkar info bahwa saya Siantarman
Memangnya jadi Siantarman tidak bisa dibanggakan?
Purnomo sudah melanggar kode etik blogger nih
Belum, karena dari awal sampai akhir interview aku panggil kamu “Det, Det” tanpa tanya original name-nya. Juga tidak memosting fotocopy Kartu Keluarga Deta.
Saya jd kecewa ama pak Pur.
Saya senang diriku menambah jumlah orang yang mengecewakan dikau dan ini juga dialami oleh setiap orang. Tetapi, jangan sekali-sekali kamu kecewa terhadap dirimu sendiri.
Bygrace, bersukacitalah bersama saya karena Lazarus sudah bangkit setelah berendam ciu Bekonang.
Kalau mau pesan, kontak Joli.
Salam.
@ Purnomo, paling berkesan
Tulisan Pak Purnomo yang paling berkesan di SINI:
Untuk apa Tuhan memberikan janin itu bila hanya untuk dibunuh? Dan itu dilakukan-Nya berulang kali. Sekedar menunjukkan kemahakuasaan-Nya tanpa peduli tangis pilu kami?
DETA:
Penderitaan disekitar membuat kita meragukan kasih Allah. Tapi penderitaan saudara seiman membuka mata. Ternyata bukan hanya aku yang menderita dan menangis. Sy jadi tambah ngerti ayat berikut:
Pengkhotbah 7:3 Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.
Jangan kuatir Pak Pur, saya belajar untuk tidak berharap pada manusia. Terima kasih untuk wejangan2 nya, dan bonus wejangan yang ini:
"jangan sekali-sekali kamu kecewa terhadap dirimu sendiri."
Thanks brow!
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
@Deta, Purnomo :Sang Dewa Arak turun ke bumi
Sebenarnya Pak Purnomo itu termasuk sosok yang misterius. Teka-teki berhadiahnya tentang penulis artikel lawas tak bisa ditebak oleh para suhu SS. Pak Purnawan dan Hai-hai pun tak berkutik, tak mampu menduga-duga siapakah Pak Purnomo. Iik dibuat bingung karena Purnomo bisa melacak detail aktivitasnya sehari-hari. Beliau ini adalah kombinasi antara ahli penyamaran, ahli pelacakan dan ahli penyidikan/interogasi (salahkah kita kalau menduga dia adalah agen CIA atau setidak-tidaknya agen KPK ? He...he...he...)
Karena itu, saya kaget juga membaca blognya Joli bahwa Pak Purnomo dengan santainya (walaupun dengan sedikit trik dari Joli, ya) turun gunung lalu kopdar dengan Deta secara impromptu . Dan semuanya menjadi terjawab dengan pernyataannya "Lazarus sudah bangkit setelah berendam ciu bekonang". Ternyata Sang Dewa Arak bersedia membuka jati dirinya agar bisa membuatkan ramuan ciu bekonang bercampur kamput untuk membangkitkan Lazarus. Dan tampaknya dia berhasil. Sip...lah.
pleidoi pengacara sabdaspace
Tetapi mana ada yang sempat meluangkan waktu mencari tahu tentang dirinya bila sudah merasa dilecehkan terus menerus dengan pernyataannya yang senada dengan sebuah iklan minyak goreng, “Orang cerdas pakai minyak gorengku.” Ini memang strategi pemasaran favoritnya. Yang tidak sependapat berarti tidak cerdas, bodoh, goblok, tolol, idiot. Maka kita bersegera mengerahkan segenap daya dan bila perlu massa untuk memukulinya.
sayang itulah yang kelihatan nya satu2 nya reaksi yang terjadi. dalam benak gue, kayaknya si pemabuk masih menunggu lawan yang sepadan. lawan yang akan bertanya "kenapa lo bilang gue goblok?", atau lawan yang bisa membalas sapaan "salam kenal" tadi dengan "another salam kenal" yang sepadan.
satu kali dalam chat iseng2 gue menyombong dan berkata kira2 gini, "om, sebagai setan, gue udah muak melihat pertandingan berat sebelah antara buaya pemabuk melawan cicak yang merasa diri godzilla. sama sekali ga seru dan malah jadi miris melihat koar2 cicak2 itu. gue akan cari buaya lain, untuk masuk sabdaspace, agar lo dapat lawan sepadan dan sebagai setan, gue bisa melihat pertarungan yang seimbang, hahaha".
tau gak dia jawab apa? dengan pongahnya dia bilang begini, "tan, lo ga bakal dapet buaya lain yang sepadan ama gue; masalahnya, begitu dia sepadan sama gue, dia ga akan melawan gue karena sebagai sesama buaya, kita lulus di sekolah yang sama dan pendapat2 kita akan jadi selalu sama, minimal mirip."
sialnya, sampai hari ini, kata2 pongah itu masih belum bisa gue lawan. hiks....
btw... lo dibayar sama si pemabuk pake apa nih om pur?
Dilepas di Taman Safari
Nis, di sini yang punya pengacara hanya 1 orang. Lainnya? Hanya punya adpokat.
Mau tahu saya dibayar berapa?
Yaaa, harapan saya sih bisa untuk beli hape baru gitu. Tapi rasa-rasanya nanti kalau ketemu di Jakarta paling juga ditraktir makan sop kaki kambing sampai kenyang, lalu dibawa piknik ke Taman Safari dan dilepas di sana. Karena, biar dibaek-baekin tetep aja dienya nunjuk ke jidat gue, “Loe blogger yang paling menyebalkan di sini.”
Btw, thx untuk tambahan informasinya.
Salam.
Hebat Om
Ngobrol tentang Kamput n cap tikus, di jadikan cerita sekaligus merenung, he he he he
Apa saya menulis blog ini sambil mabuk? Tidak! Saya tidak minum miras. Saya tadi ke Muntilan dan beli tape ketan 1 kilo. Saya menghabiskannya sambil menulis blog ini. Makan tape ketan tidak berdosa, bukan? Kalau ada mashab yang mengatakan berdosa, mudah-mudahan bukan dosa yang membawa maut......
Ditambah rica2 Rw pasti lebih marem lg tuh,...
Roti tart untuk Eha
Sam, rasanya kamu yang ditugasi Joli untuk menulis blog kopdar rumah singgah. Lha kok cuma nulis komen. Aku masih menunggu-nunggu postingan kamu. Soale, ada yang aku lupa gara-gara sibuk bergumul dengan Deta.
Ada acara ngulangtahuni Eha. Hape Joli begitu nyambung sama hape Eha, kita rame-rame nyanyi lagu happy birthday. Aku tidak ingat apa lalu disambung doa on line. Aku juga tidak ingat kita tiup lilin apa tiup api kompor. Yang sekarang jadi kepikiran, seingatku kok aku hanya kebagian makan nasi sama ayam goreng saja. Roti tartnya aku tidak kebagian. Apa memang Joli bilang sama kamu roti tartnya tidak usah kita makan, tapi dikirim ke rumah Eha? Kalau sudah kamu sampaikan sih gapapa. Aku hanya kuatir kamu lupa. Sayang kalau roti itu rusak kelamaan tersimpan dalam lemari kamu. Kalau sampai rusak kamu 'kan harus menggantinya dengan yang baru.
Salam.
sudah saya icip
Pak Pur, tartnya sudah saya icipi di etalase joli. Tart dengan sedikit butter cream buat pemanis. Tart yang sudah beberapa hari disimpan di kulkas, mungkin biar tambah meresap percikan rhum-nya, dan tambah nikmat citarasanya dengan butter cream dingin yang menyentuh lidah.
Sayang saya terlambat datang. Tapi saya tetap suka tartnya. Tart unik yang cuma bisa dijumpai di SS. Terima kasih semuanya.
eha
eha
mas Pur nyicipin minumannya sedikit ya"
Jeng Esti, biar OrLa tapi masih nyus.
Terima kasih sudah mau dolan ke mari Jeng Esti. Rasanya kok ndak enak ya dituwir-tuwirkan. Biar hanya kasi komen sana sini, saya senang Mbak Esti nongol kembali. Gara-gara nama Esti terpampang, saya jadi ingat ada artikel saya yang belum saya postingkan sampai 1 tahun. Lho, apa hubungannya? Karena nama Oma Esti saya sebut di situ yang komennya di blog Anita Clara menginspirasi saya untuk menulis artikel itu.
"Biar OrLa", ini potongan bujukan TP kepada Panjenengan 'kan? TP ini blogger OrBa, maksud saya Orang Badung, yang kreatif inovatif provokatif produktif dan lokomotif. Hobinya sambil hahahihi nabrak sana sini. Dia baik kok, kalau sedang tidak mabok. Tapi kalau sedang nandak di panggung ketoprak, ya perlu dimaklumi lha wong tidak bayar kok disuruh lama jejingkrakan.
Bukannya ngusir, tetapi saya berharap Jeng Esti juga "nyowani" kios-kios blogger lain yang dulu sering Jenengan dolani. Apa ndak rumongso dikangeni orang banyak?
Nyuwun pamit.
Salam.