Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Antara Aku, Bergota, Telogorejo dan Purnomo

iik j's picture

Gara-gara komentar di sini,  saya merenung, berpikir, mencari-cari lebih keras, lebih serius dari sebelumnya semalaman. Helai demi helai, selembar demi selembar saya kumpulkan, susun dan perhatikan, dan... “Ahaaa... aku tahu Purnomo!!!”

Saya mengurai komentar penuh makna dari Purnomo, Kisah ini lebih baik saya tulis dalam bentuk blog untuk menambahi jumlah blog saya yang akan membuat I’ik terangsang menambah jumlah blognya juga. Daripada dia (saat ini) sibuk adu lari di kuburan Bergota lebih baik saya ajak dia adu jalan cepat di rumah sakit Telogorejo.

Menambahi jumlah Blog ‘saya’
Ini sih terserah.. suka-suka dia.. ha ha ha..
 

Membuat Iik Terangsang menambah jumlah blognya juga
He he he... yakin 100%, Penulis idola saya ini tidak akan percaya jawaban ‘ngeles’ saya disini. Pancingan saya berhasil!!! Mr. Cool ini pun akhirnya terusik... waktu dengan sengaja ... ‘setiap kali beliau posting satu blog, maka beberapa hari kemudian saya juga posting satu blog juga’.  Meski kualitas beda, jenis beda, pokoknya beda banget dah!! ‘Siapa saya.. siapa Purnomo gitu loh’.. he he he. Tapi saya tidak peduli. Alasannya utamanya sih.. biar Beliau ini lebih banyak posting sehingga saya bisa lebih banyak belajar... halllah licik bangettttt.. alasannya Soalnya gaya penulisannya yang sangat bagus, misterius, manis, dan mbuh apalagi.. itu begitu mempesona bagi saya  yang sedang  ‘tertatih-tatih’ belajar menulis.
 

Sibuk adu lari di kuburan Bergota
Bergota, terkenal sebagai kompleks kuburan besar di kota Semarang. Saya tidak begitu peduli entah ada cerita seram di dalamnya atau tidak. Entahlah... Tapi apa maksudnya Purnomo dengan ‘pesan itu?”

Ahaaa.. Bergota, identik dengan kesunyian, kematian, tulang belulang, kebusukan, segela sesuatu yang udah lampau. Tanpa sadar sejak memulai gabung di Sabda Space dengan Tulisan awal “Hidupku Kembali” ini, aroma-aroma masa lalu, kematian, kesunyian, kebusukan, kekelaman masih mengikuti saya sampai sekarang dan tertuang dalam tulisan-tulisan. Dan sejujurnya, saya memang terkadang masih sibuk berlari dengan itu semua, mencoba lari dari semua ingatan itu, yaaahhh.. kadang berhasil kadang gagal. Susah....!!!!

Purnomo,
berusaha menyadarkan saya, untuk keluar dari ‘Bergota’. Itu intinya! Meski itu bukan hal mudah, karena ‘Bergota’ itu seolah sudah menyatu dengan daging saya. Bergota, telah menjadi jalan sunyi yang telah saya lewati dengan sadar selama 6 tahun terakhir ini sejak ‘kehidupan politik’ telah sengaja mulai memasuki kehidupan karier saya. Dan sekarang juga saya harus keluar dari sana!!!
 

Saya ajak
Praise God... n thanks.. untuk ajakannya!! Ya! Saya bersedia!!! He he he he... tapi konsekwensinya harus 'ngajarin' lhooooo... he he he
 

Adu jalan cepat
Belajar lebih cepat, bertumbuh lebih cepat. Saya perlu belajar sangat banyak serta berlatih lebih giat untuk itu. Apalagi orang tanpa pendidikan, simple, sederharna, dll seperti saya.... yang hanya ‘tenaga kasar dan lepasan’.
 

Rumah sakit Telogorejo.
Salah satu rumah sakit besar dan keren di Semarang. Lebih tepatnya bagi saya mungkin “Rumah sakitnya orang kaya di Semarang” Apa artinya seperti itu? No.. no .. no...  Rumah sakit berbicara tentang tempat orang-orang yang sakit, butuh penghiburan, butuh jawaban, butuh doa, butuh pertolongan, bahkan butuh mujizat.
 

Kesimpulannya
Conan Purnomo Edogawa (demikian saya menjulukinya he he he... jangan tersinggung ya pak). Bisa tahu persis siapa saya hanya dari kilasan-kilasan. Dimana saya bekerja, untuk siapa, bagaimana, apa, dan entah apalagi yang beliau tahu. Beliau tahu ‘jalan sunyi’ yang saya lewati, dan beliau berniat mengeluarkan saya dari sana. Membawa kepada sesuatu yang lebih besar, mencerahkan, dan menggembirakan serta memperbesar kapasitas saya.

Purnomo mengajak saya untuk berhenti berlari di Bergota, dan melangkah keluar ke Rumah Sakit Telogorejo. Artinya, Beliau mengajak saya untuk berhenti memikirkan diri sendiri, masa lalu, kebusukan, segala sesuatu yang kelam di ‘jalan sunyi’ itu, dan berjalan cepat bersama beliau di tempat dimana orang-orangnya butuh jawaban, butuh doa, butuh pertolongan.
 


Konkritnya?
  Purnomo mengajak saya merubah arah penulisan saya lebih kepada ‘sesuatu’ yang menyegarkan, membawa kehidupan, memberikan jawaban, di suatu tempat. Dimana? Salah satunya di media maya ini. Kenapa? Orang-orang yang membaca SS, ada ratusan atau ribuan. Apakah semuanya orang-orang yang ‘baik-baik saja”... tentu tidak!! Mungkin beberapa diantaranya sedang ‘sakit’, atau yang lain. Nah.. di situlah kemungkinan tulisan saya akan berguna (mungkin iya mungkin juga tidak.. he he...). Kira-kira begitulah.. (kalau ada kesalahan kesimpulan mohon dimaafkan ya pak... saya ambil sisi positifnya kok...)

Teguran halus penuh makna tersebut ‘tepat’ mengena saya. Saya tertempelak!! Iya!! Saya harus berubah! Menanggalkan ‘sesuatu’ untuk ‘sesuatu’ yang lebih besar!!!

Ahaaaa... sekarang aku tahu siapa Purnomo!!! Aku tahu siapa beliau ini... Beliau adalah....*

Tengky somaaatttt... Pak Purnomo...

 

Note: *orang luar biasa yang telah menegur saya...

 

 

erick's picture

guru skola minggu

purnomo=guru skola minggu yg ngeyel jualan (salesman)

 

bener gak Iik?

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

iik j's picture

@Erick, yup

ya... begitulah...

passion for Christ, compassion for the lost

Purnomo's picture

Iik ada di sotoh rumah

Saya menyelipkan pesan di dompet Eha, Iik ngebalesnya pake kotak pengeras suara di atas sotoh rumah seperti orang mantenan saja. Saya jadi malu. Langsung saya mengetik balasannya. Untung saya teringat untuk tidak langsung mengunggahnya. Nah, sekarang saya unggah setelah saya edit, setelah cekakakan membaca komen Udalama kepada cicik Joli yang sudah berlelah-lelah menerjemahkan “Serat Centhini”-nya. Biarpun saya sendiri sering jengkel membaca blognya Udalama yang mirip-mirip dengan Kocak Humor, tetapi sering juga blognya memberi hiburan bagi hati yang sedang jengkel.

 

Seperti pepatah Minang yang pernah saya tulis, kayu di rimbo kok samo gadang, dima angin bakeh lalu (kayu di rimba jika sama besar, di mana angin dapat lalu). Setiap orang tanpa disadarinya Tuhan tempatkan dalam posisi yang tepat dengan kegunaan masing-masing yang unik. Pesan yang saya selipkan di dompet Eha, juga berhubungan dengan Udalama. Iik terangsang melihat blog Udalama sehingga sibuk mengintili-nya dengan komentar dan terperosok ketika mempermasalahkan kata “katon”.

 

Pesan itu intinya hanya lebih baik menyibukkan diri dengan menulis blog daripada main udak-udakan seperti itu. Tetapi bila pesan itu membuat Iik berpikir semalaman, sambil berjaga-jaga kalau-kalau ada genting terbang ditiup angin malam itu, ya maaf saja. Nah, serem lagi menghadapi Conan Purnomo Casper. Paragrap pembuka The War of the Waroengs menunjukkan di mana saya tinggal sehingga angin ribut di atas rumah saya pasti juga akan mampir di rumah Iik (mudah-mudahan tidak selalu begitu). Beberapa bulan yang lalu setiap dua hari saya harus ke Ungaran pagi-pagi sekali dengan sepeda motor. Sering karena masih mengantuk dan menghindari seramnya lalu lintas di jalan propinsi, saya mengambil jalan alternatip, blusukan di perumahan-perumahan di sisi timur jalan itu, menyusup di belakang vihara Watugong dan muncul kembali di jalan propinsi di batas kota. Karena itu tidak perlu diherankan bila suatu kali saya melihat Iik sedang menunggu angkot dan kita tidak bisa berboncengan karena saya ke selatan Iik ke utara.

 

Apa yang Iik uraikan dalam blog di atas menunjukkan kemampuan Iik dalam memaknai sebuah peristiwa. Anda kaya pengalaman (yang lalu maupun yang kini), kaya Firman, kaya hati, kaya otak, dan cerdik dalam mengungkapkan pemikiran Anda. Tidak perlu mengharamkan menulis kisah sedih di masa lalu selama blog Anda tidak menjadi sebuah diari yang membuat pembaca kena dehidrasi karena menangis, tetapi pergunakan pengalaman itu sebagai referensi, rujukan, ilustrasi untuk membuat pembaca bisa lebih mudah mendapatkan manfaatnya.

 

Sebagai penulis saya menilai Iik sudah berada di tingkat trampil yang sanggup melalui tulisannya membuat pembaca knowing the good; melalui uraiannya membuat pembaca desiring the good; melalui konklusinya mendorong pembaca doing the good. Jangan turun kelas! Clara Anita pernah menulis pesan bagus, “Pergunakan cobek, jangan blender.”

 

Jadi, sekian dulu, mohon pamit.

Salam.