Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tuhan Dengan Huruf Besar
Tuhan dengan huruf besar,
hari ini 'ku ditegur guru agamaku
kar'na menuliskanmu
dengan huruf kecil
Wahai,
Tuhan dengan huruf besar,
aku tahu 'kok mengenai aturan menulis
pelajaran bahasaku dapat nilai sembilan
dan aku tahu engkau tahu itu
'ku bayangkan saat itu
ada yang sedang tersenyum
melihatku menangis mendapat sembilan
Tapi bukankah kebesaranmu
tidak bisa ditandingi
oleh besarnya huruf, Oh, Tuhan
dengan huruf besar?
Atau mereka ingin agar,
satu halaman buku menulis indahku,
hanya penuh dengan huruf besarmu?
Aku bisa 'kok menuruti mereka
dengan gembira hati
Akan 'ku tulis huruf T besar
Bukan. BESAR,
dengan ditauti gambar
gedung pencakar langit
dihiasi pesawat, bunga dan pegunungan
sawah, burung di udara dan jalan raya
juga bendera
dan gereja berkubah
Tapi 'ku tahu,
oh Tuhan dengan huruf besar,
engkau tidak bisa ditandingi
oleh bukuku yang berhalaman,
oleh gedung, bahkan oleh
'pak Lukas guru agamaku
Mereka bilang aku tidak
menghormatimu ketika
aku menuliskanmu
dengan huruf kecil
isi hatiku, dari mana
tahu mereka?
'kutuliskanmu, oh tuhan,
dengan huruf kecil
supaya aku bisa
merasa dekat denganmu
(dan aku tahu engkau tahu itu)
- PlainBread's blog
- Login to post comments
- 3527 reads
anaknya dimarahin guru
anaknya dimarahin guru agamanya ya ^^
Menarik
Kalo tidak salah menangkap, puisi ini memberi pesan alangkah bijaksana untuk bertanya kepada tokoh 'aku' mengapa dia menuliskan 'tuhan' dengan huruf kecil. Ketimbang boro-boro memarahinya (sebagai sikap pembelaan terhadap keagungan Tuhan?). Sebab jauh di dasar hatinya tokoh 'aku' sesungguhnya menghormatiNya. Itu dilakukannya terdorong rasa kedekatan.
Ga tau apa rada nyambung. Ketika masa es em pe, saya mengenal seseorang yang suka memberi persembahan dengan uang receh, sehingga ketika dimasukkan berbunyi gemerincing ( kantong dari rotan). Saya terpesona ketika suatu ketika 'kebetulan' mendapati dia ternyata, juga menyelipkan pecahan uang 10rb-an di antara recehannya.
Tuhan Gembalaku
Cerpen 100 kata (3)
Baca blog ini aku dapat ide seperti di bawah ini, PlainBread.
PANGGILAN TUHAN
Karena semalam nonton siaran sepak bola hingga pagi, Dulmonyong terkantuk-kantuk di bangku paling depan gerejanya. Melihat itu sang pendeta menghardiknya.
"Hai, bagaimana kamu bisa mendengarkan suara Tuhan kalau ngantuk begitu?"
"Ah pak Pendeta, bukankah Yusuf dapat mimpi dari Tuhan saat tidur?"
"Betul, Yusuf tidur dapat mimpi, tapi kamu tidur ngiler dan mengigau nggak karuan!"
"Barangkali Tuhan memang membuatku tidur nyenyak seperti di Kejadian 2:21 pak . Siapa tahu nanti aku bangun tulang rusukku hilang satu untuk dijadikan temanku agar ada yang membangunkan tidurku."
"Ya, semoga saja kamu tidak tidur selamanya!"
"Tuhan pasti mengabulkan doa pak Pendeta, amin deh."
Sekian
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@PB another satire?
Sepertinya puisi ini diberikan untuk salah satu komentar yang ada di SS, benarkah?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Simbolisme
@Sandman: Bukan, ini bukan satir. Saya kalo buat satir hampir selalu untuk suatu golongan atau kelompok, bukan untuk menanggapi seseorang atau pribadi.
Silakan kalo mau diartikan secara literal juga gpp karena artinya gak akan berbeda jauh dari arti yang saya maui, tapi saya membuat isinya sebagai simbol saja. Kalo untuk menanggapi komen seseorang, biasanya saya akan berusaha terang2an bilangnya bahwa komen atau blog ini untuk orang tersebut alias sebut nama, daripada nyindir2 gak jelas.
@Si Om: Belum punya anak, Om. Kami berdua gak planning untuk punya anak tahun ini, karena ada rencana akhir tahun ini atau awal tahun depan yang bakal menguras tenaga dan waktu kami berdua. Kasian istri (dan anak) kalo nanti kita punya anak dengan sikon seperti itu.
@TP: Bener itu 100 kata? Saya percaya aja deh, soalnya gak ngitung :D
@Samy_Siga: Iya, kurang lebih seperti itu. Banyak orang memaksakan Tuhan dari satu sisi saja. Padahal ada sisi2 Tuhan yang lain yang tampaknya berlawanan. Tuhan menerangi, tapi Tuhan juga dikelilingi kegelapan. Tuhan jauh, Tuhan juga dekat. Tuhan marah, tapi Tuhan juga mengasihi. Tuhan tidak bisa disamakan dengan manusia, tapi Tuhan ternyata jadi manusia. Tuhan yang besar, juga bisa jadi Tuhan yang kecil.
Terhadap manusia juga begitu. Siapa sangka Tuhan bakal bilang orang2 yang paling hina itu adalah Tuhan sendiri? Saya tidak mau tertipu oleh label atau kulit luarnya saja. Banyak orang berpenampilan menarik tapi hatinya dendam, sebaliknya gak sedikit yang berpenampilan buruk tapi hatinya mulia. Buat saya, uang receh adalah simbol ketidakmampuan. Kalo saya liat gerejanya sudah besar, saya malah dengan senang hati akan kasih uang receh. Tukang parkir saya rasa lebih pantas mendapatkan uang lebih banyak karena sudah menjagai mobil saya dengan baik, daripada misalnya seorang pendeta yang asetnya mampu menghidupi keluarga 7 turunan. "Seorang tukang parkir patut mendapatkan upahnya, seorang hamba Tuhan yang kaya raya SUDAH mendapatkan upahnya."
Buat teman2 saya yang percaya dengan prinsip persepuluhan (walaupun saya tidak), saya selalu mengingatkan mereka bahwa gereja bukanlah rumah perbendaharaan. Saya minta mereka untuk memberikan persepuluhan kepada orang2 yang membutuhkan seperti gelandangan, yatim piatu, janda, dll, karena memberi ke mereka sama dengan memberi ke Yesus.
Besar jadi kecil, kecil jadi besar. Demikianlah halnya Kerajaan Sorga.
One man's rebel is another man's freedom fighter
kamu nulis huruf depan nama
kamu nulis huruf depan nama orang besar atau kecil ? kamu nulis huruf depan nama presiden besar atau kecil ? Kamu ngerti tata bahasa kan ? Gimana kamu membuat tugas2 bahasa Indonesia kamu waktu sekolah ?
kalo kamu nulis huruf depan nama orang dengan huruf besar tapi Tuhan dengan huruf kecil ? kamu bisa menilai sendiri bagaimana diri kamu :) Itu hanya hal sepele, tp udah bisa mencerminkan siapa diri kamu.
TonyPaulo Mana mungkin Tuhan jadi manusia?
Si aku dalam puisi itu bilang bahwa dia mengerti aturan menulis dan tata bahasa. Bukankah si aku juga menulis Tuhan dengan huruf besar?
Lagipula aturan Tuhan dengan huruf besar adalah karena kata Tuhan sebagai proper noun.
Saya sudah jelaskan makna puisi di atas kepada Sammy Siga. Bisa anda baca. Tidak perlu anda sampai bilang udah bisa mencerminkan siapa diri kamu. kecuali kalau anda memang seperti pak Lukas guru agama si aku di mana di situ pak Lukas si guru agama tentu adalah simbol juga :).
Guru2 agama dari sejak 2000 tahun lalu memberikan batasan tentang Tuhan. Makanya mereka tidak percaya Tuhan menjadi manusia, Tuhan bisa dikatakan lahir sebagai manusia, Mesias anak tukang kayu, datang dari Nazaret, dll. Mereka maunya Tuhan yang maha besar, Mesias yang lahir di tempat terhormat seperti istana, yang mentaati hari sabat, tidak usah menolong orang di hari sabat, cukup diam saja di rumah ibadat bersama pemimpin agama.
Orang2 seperti kaum farisi maunya Tuhan itu grande, maha besar, gak bisa gak. Masa Tuhan lahir dari manusia sebagai manusia?
Bukankah itu mengecilkan Tuhan, Dari Tuhan menjadi tuhan, mana mungkin Tuhan jadi tuhan? Mana mungkin Tuhan jadi manusia? :)
Kalau anda tidak protes Tuhan menjadi manusia, dari besar menjadi kecil, kenapa anda protes penulisan kata Tuhan menjadi tuhan?
mungkin disini?
kira-kira mana komentar saya yang kurang santun bagi anda?
apa ada saya menyebut anda tolol? bodoh? bahkan gila?
ukuran kesantunan apa yang anda pakai sebenarnya