Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tidur panjang

Pak Tee's picture

      "Waktumu hampir tiba, lakukanlah yang terbaik!" Aku terperangah. Antara sadar dan tidak, aku melihatNya. Sungguh cantik! Malaikat itu tersenyum kepadaku. Lalu seketika raib, lenyap dari pandanganku. Aku pun melipat tanganku. Tak ada kata-kata yang terucap, tetapi hatiku meluap penuh dengan ucapan syukur. Tak terasa, air mataku meluncur turun, membasahi pipi.

      "Cik....!" Adikku mengusap air mataku dengan tissu yang dibawanya. "Jangan pikirkan Koko....!"

      Aku memandangnya dan tersenyum. "Aku sudah dijemput! Ternyata malaikat itu cantik sekali....!"

      Adikku mendekapku. Kepalanya di dadaku. Bajuku basah oleh air matanya.

****

      Ini hari kelima aku di rumah sakit. Dokter sudah angkat tangan. Penyakit kankerku sudah menyebar. Aku tahu itu sekalipun mereka berbisik-bisik di belakangku. Tahun lalu rahimku sudah diangkat. Jadi jika sekarang penyakitku kambuh, aku sudah tahu seberapa parahnya.

      Anakku laki-laki tidak bisa menjengukku. Dia di penjara, kena kasus narkoba. Anakku perempuan sibuk dengan teman-temannya. Suamiku sudah lebih dari tiga bulan tidak mau mengajakku bicara. Dia selingkuh dengan pegawai tokoku. Tubuhku sendiri terlalu lemah. Aku sakit. Jiwa dan raga.

      Apa lagi yang bisa kulakukan?

****

      "Tuhan....., apa yang harus kulakukan?" Aku menatap langit-langit kamarku. Bau obat dan karbol khas rumah sakit. Lalu seolah ada yang berbisik di telingaku, "Ampunilah suamimu! Ampunilah anak-anakmu....!"

****

      Aku tersenyum. Teman-teman gerejaku datang. Mereka mengajakku menyanyi. Mereka membacakan firman Tuhan. Mereka berdoa untukku. "Tuhan.... berikan yang terbaik untuknya....!" Mereka tidak berdoa untuk kesembuhanku. Mereka tahu keadaanku. Aku tahu keadaanku. Dan sekali lagi aku tersenyum.

      Sebelum pulang mereka menjabat tanganku satu per satu. Kutatap wajah-wajah mereka seolah aku tak akan pernah melihatnya lagi. Tangan terakhir kujabat erat. Aku bicara kepadanya, "Tolong, suruh suamiku ke sini. Katakan aku sudah mengampuninya! Katakan juga bahwa aku ingin dia juga bersedia mengampuniku, karena aku bukan istri yang sempurna. Katakan pada anak-anakku, aku mencintai mereka. Aku mengampuni mereka. Aku ingin mereka juga tahu, bahwa aku memang bukan ibu yang sempurna bagi mereka, tapi aku mengasihi mereka. Katakan, aku rindu pada mereka..... !"

****

      Seharian aku menunggu, tetapi suamiku tidak juga kunjung datang. Anakku juga tidak. Seharian aku berdoa, antara sadar dan tidak. Semoga cintaku pada mereka, tak pernah diambil Tuhan dari hatiku......

****

      Pagi ini mereka membawaku pulang ke rumah. Aku tak tahu siapa mereka. Tapi seorang di antara mereka menelpon, dan aku mendengarnya, "Doakan....! Sekarang! Dia kritis!"

      Aneh! Aku tak merasakan sakit. Aku bisa tidur. Berjam-jam. Begitu nyenyaknya!

      Ketika terbangun, kulihat tubuhku di pembaringan. Bibirnya tersenyum. Begitu cantik.

 

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

Zakheus's picture

Nostalgia

membaca tulisan ini, jadi teringat masa2 sulit dan mengharukan ketika orang2 yg ku sayangi pergi setelah sekian lama menderita sakit.... sedih seh, tapi itu yg terbaik menurut Tuhan... Nica artikel pak Tee, Gbu

 

Pak Tee's picture

@Zakheus ; thanks!

Terima kasih commentnya. Semoga tidak lama-lama bersedih. Kemarin sy juga baru saja melayat guru TK sy yang meninggal. Oya, cerita sy di atas pun berdasarkan pd kisah nyata yang belum lama terjadi, bentuk empati sy pada si tokoh utama. Tentu saja ditambah bumbu imajinasi, jadinya ya seperti itu.... Salam hangat sy dari Yogya.

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!