Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ternyata (2)...
Hari ini di gerejaku diadain misa Imlek. Sungguh di luar dugaan ternyata umat yang hadir bener-bener banyak banget. Sampe-sampe kursi-kursi yang udah disediain di depan gereja (di halaman) endak muat. Masih banyak umat yang harus rela berdiri karena ndak kebagian tempat duduk. Sementara di dalam gereja, bangku-bangku juga terisi penuh.
Misa diawali dengan perarakan yang dipandu oleh empat gadis cantik berpakaian kuning berselempangkan selendang warna merah yang menari dengan lemah gemulai. Mereka mengantar perarakan hingga di depan altar. Setelah itu misa berjalan seperti biasa.
Karena misa khusus (yang hanya setahun sekali diadakan) maka ada yang bener-bener spesial yaitu pemberian angpao untuk anak-anak kecil dan pembagian bingkisan. Anak-anak dengan tertib maju berdua-dua dalam deretan yang panjang, dengan sabar menerima berkat dari romo juga pembagian angpao oleh panitia. Sementara seluruh umat mendapatkan bingkisan berupa satu buah jeruk, kue kranjang dan sebungkus jamu.
Setelah menerima bingkisan, banyak umat yang kemudian bergegas pulang (apalagi yang berada di luar gereja) padahal misa belum berakhir. Ternyata mereka betah berlama-lama mengikuti misa (yang hampir dua setengah jam) karena ada iming-iming pembagian bingkisan. Jika bingkisan udah didapat, ya udah trus pulang. Lebih-lebih jika ada umat yang dengan begitu gembiranya menenteng bingkisan, satu di tangan kiri, satu di tangan kanan. Mereka bangga karena bisa mendapat dua, sementara yang lain harus gigit jari karena endak kebagian. Ternyata banyak juga dari kita yang masih bisa bersikap seperti itu. Serakah dan ndak peduli dengan orang lain. Tenyata banyak diantara kita yang bener-bener mengharapkan mendapat bingkisan. Entah apapun bentuknya.
Memang, mengharapkan mendapat bingkisan itu adalah hal yang wajar. Manusiawi. Tapi kalo terus karena hal itu membuat kita jadi egois dan serakah, hal ini yang harus dibuang jauh-jauh. Sebab masih banyak orang lain yang punya keinginan sama dengan kita. Masih banyak yang punya harapan seperti kita. Oleh karena itu, jika memang mampu sebaiknya kitalah yang menjadi pihak pemberi. Karena walau bagaimanapun memberi (apalagi dengan penuh ketulusan hati) akan terasa lebih bermakna jika dibandingkan dengan hanya menerima saja.
- cahyadi's blog
- Login to post comments
- 2877 reads
@cahyadi, manusiawi,bila maunya menerima saja.
@ cahyadi, sejak bayi manusia sudah dididik untuk menerima saja, tidak boleh menolak, sampai usia sekolah, demikian juga, murid hanya boleh menerima saja, tidak boleh bertanya (tapi sekarang ada sistim kompetensi, murid bisa berinteraksi dengan teman atau guru). Setelah selesai sekolah, bekerja, terjun ke masyarakat, pola menerima masih melekat, karena merasa belum mapan, ya terima saja dulu, terima gaji, terima suapan, terima objekan, jadilah orang yang hanya menerima tak harap memberi.Tidak ada yang salah , manusiawi, itulah kedagingan, tidak pernah merasa puas. Tapi bila sudah dipilih Allah, menjadi ciptaan yang baru, penuh dengan kasih karunia, maka kasih itu akan mengalir dan mengalir, kepada orang lain. Kasih pasti memberi, tapi memberi belum tentu kasih.GBU